Bab 71

4.2K 600 51
                                    

Anna mengernyit bingung saat menatap orang tuanya yang pagi ini nampak sumringah sekali.

"Kalian kenapa?"tanya Anna tak menahan rasa penasarannya.

"coba tebak!"suruh Hasti.

Anna langsung memasang wajah berpikir."Mama hamil lagi?"

"Bukan dong."ucap Hasti kesal.

"Lalu apa?"tanya Anna malas berpikir.

Harun memberikan ponselnya. Di sana ada berita tentang pembunuhan dan bunuh diri.

Anna segera membaca berita itu lalu langsung melotot menatap orang tuanya."Ini beneran?"

Hasti mengangguk."Karma memang datangnya cepat sekali."

"Padahal sudah baik dengan mantan sampai mengorbankan anak dan istri eh malah berakhir dibunuh. Kasihan juga tapi Rendra pantas mendapatkan."

"Memang Rendra meninggal, pah. Katanya di rumah sakit kan?"tanya Hasti.

"Iya. Maksud papa tuh, ini kan pembunuhan meski korbannya tidak meninggal. Tapi kalau lukanya di kepala, susah juga."ucap Harun lalu menyimpan ponselnya.

"Dan sipelakor meninggal setelah menabrakkan diri. Kata mama ini sih sudah parasit tingkat atas, mau mati pun merepotkan orang lain. Kan kasihan yang punya mobil."ucap Hasti lalu mengambil nasi goreng.

"Jadi mama sama papa mau ke rumah sakit jenguk cunguk itu?"tanya Anna karena orang tuanya nampak rapi, tapi tidak seperti mau pergi bekerja.

"Entahlah, mama masih bingung antara mau ke salon atau ke butik tante Indri."ucap Hasti santai.

"Papa juga masih bingung mau main golf atau mancing."ucap Harun tak kalah santai.

Sedang Anna hanya tersenyum. Benar juga. Mana mau orang tuanya pergi menjenguk Rendra.

"Anna hari ini mau ke mall ya, banyak yang mau dibeli."ijin Anna.

Harun mengangguk."Pergilah! Kalau perlu belanja yang banyak. Hari ini anggap saja kita lagi syukuran dan boleh menghabiskan uang sebanyak apapun."

Hasti tak kalah semangat."Mama juga mau beli tas keluaran terbaru. Kabar yang baru saja kita terima tentang bajingan itu benar-benar membuat mama malas bekerja. Maunya seharian ini leha-leha menghabiskan uang."

Anna mengangguk."Kalian memang luar biasa."ucap Anna lalu mengacungkan dua jempol.

"Tentu saja. Kau harus tahu, jika seorang istri disakiti oleh suaminya, istri itu bisa saja memaafkan tapi orang tuanya tidak. Kau mungkin merasa sakit sekali tapi kami merasakan sakitnya dua kali lipat."ucap Hasti membuat Anna mengangguk dengan senyum manis.

"Terima kasih, mah, pah. Padahal aku selalu merepotkan kalian."ucap Anna tulus.

Harun langsung menggeleng."Tidak masalah, yang namanya ujian memang bisa datang dari mana saja."ucap Harun membuat Anna langsung cemberut. Jadi ia dianggap ujian padahalkan Anna lebih mengarah ke beban.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang