Bab 62

4.9K 716 106
                                    

Anna langsung mengemas barang-barangnya setelah hari ini resmi bercerai. Sesuai rencana, ia akan pergi ke luar negeri dan memulai hidup baru.

"Jaga diri baik-baik di sana. Jangan sampai hamil lagi."pesan Hasti.

"Kalau hamil, langsung pulang saja. Jangan mau diajak nikah."lanjut Harun membuat Anna memutar bola matanya kesal. Orang tuanya ini sedang melawak atau menyindir.

"Tidak ada pesan yang lebih berfaedah?"tanya Anna sambil menutup koper terakhir miliknya.

Hasti dan Harun hanya menghela napas."Intinya jaga diri di sana dan jika terjadi sesuatu segera kabari kami."

Anna mengangguk lalu segera memeluk orang tuanya."Terima kasih, mah, pah."ucap Anna lalu bergantian mencium pipi kedua orang tuanya.

Mobil dan sopir sudah siap untuk mengantar Anna ke bandara. Tadinya Harun dan Hasti ingin ikut mengantar namun tidak jadi. Tentu saja karena Anna menolak karena ada tempat yang ingin ia kunjungi sebelum pergi.

"Hati-hati! Kabari kami jika sudah tiba di sana."ucap Hasti.

"Siap, mah."balas Anna lalu melambaikan tangan saat mobil melaju pergi.

Hasti segera memeluk suaminya."Apa papa yakin kalau Rendra tidak akan mengganggu kita untuk menanyakan Anna lagi?"

"Entahlah. Pria bajingan itu tidak datang saat sidang terakhir, padahal papa sudah bawa orang untuk memukulnya."ucap Harun kesal. Padahal sebelumnya sering datang meminta maaf dan kekeh ingin bertemu Anna. Harun pikir pria itu akan mempersulit perceraian tapi ternyata tidak.

Untunglah, karena Harun sudah lelah. Semoga saja bajingan itu tertabrak mobil dan mati.

Di sisi lain, ada Anna yang sedang meminta sopir untuk menuju ke tempat lain. Tepatnya ke tempat di mana kedua anaknya di makamkan.

"Tapi__"

"Lakukan saja! Hanya sebentar, kita tidak akan terlambat ke bandara."potong Anna cepat.

"Baiklah."

Mobilpun melaju cepat ke arah yang berbeda hingga akhirnya berhenti saat tiba di tempat yang tiga bulan lalu pernah Anna datangi.

"Bapak tunggu di sini."ucap Anna lalu segera turun dan melangkah memasuki kawasan pemakaman.

Anna segera menuju ke arah makam kedua anaknya.

"Mama datang, sayang. Kali ini mama ingin pamitan dengan kalian. Mungkin mama tidak akan berkunjung untuk waktu yang lama. Tapi percayalah, mama akan selalu mengingat kalian. Dan seperti janji mama, secepatnya kalian akan kembali tumbuh di rahim mama dan kali ini mama pastikan bahwa kalian akan lahir dengan selamat."ucap Anna. Karena memang hanya itu yang bisa menghibur hati Anna yang terluka. Bahwa suatu saat kedua anak kembarnya akan kembali ke pelukannya lagi. Dan saat itu terjadi, maka Anna pastikan akan menjaga keduanya dengan sebaik-baiknya.

Setelah cukup lama, akhirnya Anna memutuskan untuk pergi. Namun saat melangkah, ia melihat seseorang yang cukup dikenalnya.

Damian.

Anna yakin, bahwa pria bertubuh kekar itu adalah Damian. Tapi kenapa pria itu ada di sini?

Perlahan Anna melangkah mendekat lalu jongkok di samping pria itu.

"Kau menangis?"tanya Anna membuat Damian menoleh. Pria itu nampak kaget untuk sesaat namun kemudian langsung memasang wajah datar.

"Ini makam anakmu?"tanya Anna membuat Damian mengangguk lalu berdiri dan melangkah pergi.

Sedang Anna langsung mengejar."Aku juga kehilangan kedua anakku."ucap Anna membuat Damian berhenti. Dia baru sadar bahwa wanita di sampingnya kini sama dengan yang menciumnya di rumah sakit, juga beberapa kejadian lainnya.

"Kau baik-baik saja."ucap Damian membuat Anna mengernyit. Itu pernyataan atau pertanyaan?

"Aku memang terlihat baik-baik saja, tapi siapa yang akan baik-baik saja saat kehilangan dua orang anak. Hanya saja aku punya cara untuk menghibur diriku sendiri."ucap Anna membuat Damian menatap penasaran.

"Bagaimana?"

Anna tersenyum lalu melangkah menjauh sedang Damian hanya diam di tempatnya. Namun tiba-tiba saja Anna berbalik lalu menunjuk perutnya.

"Karena aku percaya bahwa kedua anakku akan kembali kepadaku. Mereka akan tumbuh di rahimku dan saat itu terjadi maka aku akan menjaga mereka dengan baik. Kau juga bisa melakukan itu, jika kau sedih atau merasa bersalah. Minta anakmu itu kembali dan tumbuh di rahim istrimu."ucap Anna membuat Damian diam. Dia langsung melangkah cepat dan melewati Anna.

"Eh kenapa?"tanya Anna bingung. Apa yang ia katakan salah? Tapi memang cara menghibur diri setiap orang berbeda-beda.

"Istriku sudah meninggal,"ucap Damian. Dia tiba-tiba saja berhenti lalu berbalik menatap Anna."Apa ada saran lain?"

Anna melotot lalu tersenyum tipis."Tergantung. Jika kau bisa membantuku mendapatkan anak-anakku kembali, mungkin aku bisa membantu mengembalikan anakmu juga."

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang