Bab 21

7.7K 810 169
                                    

"Tidak bisa ikut atau memang Rendra tidak punya calon istri?"tanya Harun membuat Imron dan Riana langsung mendesis kesal namun segera menutupinya dengan senyuman.

"Namanya juga wanita hamil, tidak enak badan ya wajar. Apalagi kami sebagai calon mertua memang sangat peduli dengan kesehatan calon menantu kami. Tolong jangan disamakan dengan seseorang yang tidak punya suami atau mertua."balas Riana membuat kali ini Harun dan Hasti yang mendesis kesal.

"Ya begitulah. Setidaknya kami akan memiliki cucu, tidak seperti seseorang yang hanya bilang akan punya tapi tidak ada buktinya."ucap Harun membuat Imron dan Riana melotot.

"Punya cucu tapi tidak punya menantu juga buat apa. Kasihan cucunya nanti diejek tidak punya ayah."balas Riana membuat Harun tersenyum mengejek lalu melihat ke arah Rendra.

"Punya cucu tapi bukan darah daging sendiri juga buat apa? Kalau kami kan jelas, putri kami yang hamil."

Imron segera menatap istrinya minta bantuan. Jangan sampai mereka kalah.

"Baiklah. Kami mengalah karena ini adalah momen bahagia untuk putri kalian. Tapi ngomong-ngomong kok acara empat bulanan cuma ada kami saja sebagai undangan. Malu ya ngundang tetangga lain?"tanya Riana membuat Hasti tertawa.

"Acaranya memang hanya mengundang keluarga dekat saja."ucap Hasti membela diri.

Imron dan Riana langsung tertawa."Tapi kita bukan keluarga. Hubungan pertemanan tidak bisa disebut keluarga kecuali anak kita menikah. Tapi itu tidak mungkin. Soalnya Rendra sudah punya calon istri yang cantik dan baik."

"Siapa juga yang mau kita besanan. Lebih baik putri kami punya anak tanpa menikah dari pada punya suami seperti Rendra."ucap Hasti pedas.

"Oh baguslah. Karena kami juga tidak mau putri kalian jadi menantu di keluarga Leroy."balas Riana tak kalah pedas. Keduanya benar-benar saling tatap dan seperti siap saling jambak.

Baiklah. Sepertinya sepanjang pertemanan mereka. Ini adalah momen terpanas dan terhot. Biasanya hanya adu mulut, sekarang hampir adu fisik.

"Mah, kok lama sih? Anna capek nungguin di kamar."ucap Anna yang tiba-tiba saja muncul di ruang tamu dengan make up dan pakaian super cantik. Jangan lupakan perut buncitnya yang kini sudah sangat terlihat.

Hasti segera berdiri dan melangkah mendekati putrinya."Kenapa keluar? Kan tadi mama suruh tunggu di kamar."omel Hasti namun Anna malah diam dengan mulut terbuka.

"Anna Harun!"tegur Hasti karena putrinya tiba-tiba saja bengong.

Bahkan bukan hanya Anna tapi tiga orang lainnya yang ada di sana juga nampak membeku.

'Wanita itu?' batin Rendra kaget.

'Perutnya?' batin Riana dengan mata melotot.

'Kenapa harus putri Harun.' batin Imron dalam hati.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang