Bab 64

4.4K 639 80
                                    

"Kamu ketemu preman begitu di mana sih?"tanya Hasti. Ia sengaja mengajak Anna menjauh untuk bertanya.

"Kok preman? Ganteng gitu kok."ucap Anna santai.

"Iya. Tapi tubuhnya sekekar itu, mama jadi takut."bisik Hasti.

"Mama takut apa? Dia baik kok."

Hasti segera mencubit pinggang putrinya."Sekarang memang baik, tapi nanti bagaimana? Kalau Rendra jahat sama kamu, mama dan papa berani pukul. Tapi kalau yang ini, kami nyerah."

Anna menggeleng pelan. Lagipula niatnya bukan untuk menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga. Damian adalah tentara, dan sudah pasti akan sering pergi dan tugas dalam waktu yang lama. Jujur saja, Anna hanya ingin anak-anaknya kembali. Tapi hamil tanpa suami sudah jelas bukan cara yang benar.

Di ruang keluarga, ada Damian dan Harun yang duduk berhadapan.

"Nama?"tanya Harun.

"Damian Arta Dewantara."

Harun melotot."Dewantara? Seperti pernah dia dengar.

"Usia?"

"Tiga puluh dua tahun."

"Pekerjaan?"

Damian diam membuat Harun mengenyit.

"Apa pekerjaanmu hingga berani datang melamar putriku? Cepat jawab!"

"Apa itu penting?"tanya Damian.

"Tentu saja,"balas Harun."Ku beritahu padamu, putriku itu boros sekali. Uang sedikit tidak cukup, uang banyak habis. Jadi jika kau berpenghasilan pas-pasan sebaiknya mundur."

Damian mengangguk.

"Jangan cuma mengangguk, katakan pekerjaanmu!"bentak Harun sok keras.

"Saya punya beberapa bisnis."

"Hanya beberapa?"tanya Harun meremehkan."Ku beritahu ya, putriku itu selain boros juga malas. Tidak bisa memasak, kerjanya cuma ke salon dan belanja. Jadi kau harus punya penghasilan banyak agar putriku tidak menderita."

"Saya mengerti."

"Jangan cuma dimengerti. Ku beritahu padamu lagi, putriku itu orangnya aneh. Tidak cocok di bawa ke mana-mana. Kadang memalukan juga menyebalkan. Pokoknya tidak ada pantas-pantasnya menjadi istri."ucap Harun mengebu-gebu membuat Damian menghela napas.

"Singkat saja, lamaran saya diterima atau ditolak?"tanya Damian membuat Harun melotot.

"Ku beritahu hal lain, putriku itu__"

"Saya akan mencari tahu segalanya tentang putri anda nanti. Sekarang yang paling penting, lamaran saya diterima atau ditolak?"tanya Damian membuat Harun langsung gelisah. Ditolak takut pria kekar di depannya mengamuk. Diterima takut putrinya disakiti lagi.

"Begini saja, pulanglah dan pikirkan lagi. Jangan karena gegabah kau jadi salah mengambil langkah. Putriku itu benar-benar tidak ada sifat baik. Kelebihannya cuma satu yaitu punya banyak sifat buruk. Jadi tolong pikirkan lagi."ucap Harun meyakinkan.

"Jadi saya ditolak?"tanya Damian membuat Harun segera menggeleng.

"Bukan begitu, tapi__"Harun langsung diam begitu otaknya mengingat sesuatu. keluarga Dewantara, bukankah masuk kerabat dari jajaran orang terkaya di Indonesia. Kenapa bisa dia lupa.

"Jika ditolak maka saya akan pergi."ucap Damian lalu berdiri.

"Tidak. Siapa bilang ditolak? Kamu diterima,"ucap Harun lantang."Segera datang bersama keluargamu untuk lamaran resmi."

Damian mengangguk kemudian melirik ke arah Anna yang berdiri tidak jauh dari mereka bicara. Wanita itu terlihat aneh, seperti tidak suka dan tidak terima. Tapi untuk menyesal sekarang juga percuma. Karena Damian sudah memutuskan untuk menjadikan Anna sebagai istrinya.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang