Bab 17

7.4K 714 63
                                    

"Apa kau yakin?"

Abdur mengangguk."Laura pergi karena jatuh cinta dengan pria bernama Alex. Tapi setelah beberapa bulan, pria itu malah selingkuh dan meninggalkan Laura yang sedang hamil."

Rendra menghela napas kasar. Bisa-bisanya dia ditipu. Laura bilang ia pergi karena sakit lalu di sana malah bertemu pria bajingan yang memperkosanya hingga hamil.

"Bukan itu saja, pria bernama Alex itu sedang ada di Indonesia. Dia bertemu dengan Laura di rumah yang anda berikan."

Bukk

Rendra segera memukul meja kerjanya. Pantas saja wanita itu tidak datang hari ini.

"Kita ke sana."ucap Rendra lalu segera berdiri dan melangkah keluar dari ruang kerjanya.

Tiba di rumah yang dia berikan. Rendra segera saja masuk. Di ruang tamunya ada begitu banyak koper. Sepertinya pria itu berniat untuk menetap di sini.

"Mereka sepertinya di kamar."tunjuk Abdur membuat Rendra segera melangkah ke sana.

"Ahh ahh Alex.. "

"ouchh"

Plok

Plok

Plok

Suara percintaan keduanya terdengar sangat keras meskipun didengar dari luar kamar.

"Tuan baik-baik saja?"tanya Abdur khawatir.

Rendra mengangguk. Anehnya dia sama sekali tidak merasa kesal. Tidak seperti dulu, saat Laura meninggalkannya. Kali ini dia justru merasa tenang saat Laura kembali mengkhianati dirinya.

"Kirim beberapa orang untuk mengusir Laura dan kekasihnya dari rumah ini. Blokir juga kartu yang kuberikan pada Laura!"titah Rendra membuat Abdur mengangguk.

"Baik, tuan."

Rendra berbalik dan melangkah menuju pintu.

"Dan satu lagi, jangan biarkan Laura menginjak gedung Leroy lagi. Hubungi semua orang yang bertanggungjawab atas bisnis kita untuk melarang Laura menginjakkan kaki di sana."

Abdur segera mengangguk. Tadinya dia ragu untuk menyampaikan kebenaran tapi sepertinya ini berjalan dengan lancar.

Begitu berada di dalam mobil.

"Kita pulang saja."ucap Rendra lalu memejamkan mata.

"Tuan yakin baik-baik saja?"tanya Abdur memastikan. Mengingat bagaimana gilanya tuannya dulu saat ditinggal Laura.

"Iya. Dan tambahkan orang untuk mencari wanita itu. Aku ingin mendengar kabar baik secepatnya."

Abdur mengangguk lalu segera meminta supir untuk melajukan mobilnya.

"Nyonya meminta tuan untuk kembali ke rumah."beritahu Abdur setelah menerima sebuah telpon.

Rendra yang sedang memejamkan mata hanya bisa menghela napas. Kali ini entah pukulan seperti apa lagi yang akan dia terima.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang