"Kalau desain ini bagaimana?"tanya Hasti sambil menunjuk salah satu gambar.
"Kurang. Lebih baik seperti ini."tunjuk Riana membuat keduanya langsung saling pandang.
"Tidak. Yang ini lebih baik, apalagi kalau warna ungu."ucap Hasti kekeh.
"Apaan warna ungu? Memang kita janda. Warna merah muda lebih baik."balas Riana tak mau kalah.
Keduanya sedang berdebat tentang pakaian yang akan dikenakan nanti saat resepsi pernikahan Anna dan Rendra.
"Hoamm.. Kalian kapan selesainya sih? Sudah tiga jam loh, bahkan desain dan warna saja belum ditentukan."ucap Anna. Ia segera duduk, setelah tadi tidur di sofa. Padahal sebelum menutup mata ia yakin sekali bahwa mama dan calon mertuanya itu berdebat tentang desain dan saat bangun perdebatannya masih tentang itu-itu saja.
"Kamu sebagai pengantin pasti akan lebih ribet nanti menentukan desain dan warna gaun. Belum lagi nanti jenis kain dan hiasan lainnya."ucap Hasti membuat Anna menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Enggak tuh. Biasa saja."sahut Anna cuek.
"Kalau belum dihadapkan pada situasi yang sama ya mana tahu."ucap Riana.
"Iya. Lihat saja nanti, satu minggu juga belum tentu selesai perkara gaun."sahut Hasti yang tiba-tiba akur dengan calon besannya.
Anna hanya mengusap perutnya."Padahal masalah gaun sudah kelar loh."ucap Anna membuat Hasti dan Riana melotot.
"Kok bisa? Kapan ngurusnya?"tanya keduanya bersamaan.
"Tadi. Sebelum tidur."sahut Anna santai.
"Kok bisa?"tanya Riana. Ini menantunya ajaib sekali.
"Ya bisa. Kan aku bilang terserah saja untuk desain dan jenis kain, yang penting warna putih dan cocok untuk ibu hamil. Jadi nanti ke sana tinggal ukur doang."
"Hah? Cuma begitu? Kamu nggak mau request desain atau semacamnya? Nanti nyesal loh pas sudah jadi tapi tidak bisa dirubah lagi."ucap Riana membuat Anna menggeleng.
"Lagian dipakai cuma sehari, itupun sebentar doang. Buat apa ribet."ucap Anna lalu melotot saat Rendra mengiriminya pesan. Ia bergegas menelpon calon suaminya itu.
"Hallo, mas. Mas lagi survei gedung buat resepsi kita ya?"
"Iya, sayang. Kamu nyesal kan nggak ikut?"
Anna langsung menggeleng. Pasalnya hari ini Rendra mengajaknya survey gedung tapi ia menolak. Jadilah pria itu pergi bersama papa dan calon mertuanya.
"Bukan, mas. Di seberang gedung itu ada yang jual rujak kan? Nah nanti mas beliin aku."ucap Anna membuat di seberang sana langsung hening.
"Hallo, mas? Mas masih di sana kan? Jangan lupa rujaknya loh."
"Iya. Ini gedungnya bagaimana? Mau mas kirim fotonya?"
"Nggak usah. Mas atur saja, yang penting gedungnya nggak rubuh saat resepsi nanti."ucap Anna lalu segera mematikan telponnya setelah sekali lagi berpesan tentang rujak.
Riana dan Hasti yang mendengar itu hanya bisa saling pandang.
"Desain yang ini."tunjuk Riana.
"Warna ungu."ucap Hasti lalu keduanya mengangguk.
Deal. Ternyata semudah itu.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Orang (End)
RomansaHarap bijak memilih bacaan! Anna Harun diusir dari rumah karena terlalu boros. Ia boleh kembali asalkan berhasil mengumpulkan uang satu milyar. Tapi saat kembali, bukan hanya uang yang ia bawa tapi juga janin di dalam kandungannya.