Bab 53

5.1K 627 98
                                    

"Kak Elang."panggil Anna lalu segera bergerak duduk.

"Berbaring saja, tidak papa."

Anna menggeleng. Lagipula ia sudah terlalu lama berbaring."Kenapa kakak ke sini?"

"Kenapa? Apa kakak tidak boleh ke sini?"tanya Elang membuat Anna tersenyum.

"Boleh. Tentu saja, tapi___"Anna mengernyit saat tak melihat suaminya. Bukannya tadi pria itu janji akan menemui Laura dan meminta wanita itu untuk tidak menganggu lagi, tapi kenapa tidak kembali juga.

"Cari siapa?"tanya Elang sambil mengeluarkan makanan yang tadi dia bawa.

"Pria bajingan itu tidak ada. Padahal bilang akan segera kembali."sahut Anna kesal.

"Dan kau percaya?"tanya Elang membuat Anna menghela napas. Padahal pria itu menangis bahkan sampai bersujud meminta maaf dan menginginkan kesempatan kedua. Tapi setelah ia memutuskan untuk memberi kesempatan, pria itu malah seperti ini. Kira-kira ke mana perginya atau masih bersama Laura?

"Kak Elang, bisa bantu aku? Aku mau memastikan sesuatu."ucap Anna membuat Elang diam lalu mengangguk.

"Memastikan apa?"tanya Elang yang membantu Anna turun.

"Sebenarnya aku sangat ingin bercerai. Tapi setelah dipikir-pikir, itu hanya akan membuat wanita itu senang. Ia pasti akan tertawa jika hubungan kami hancur dan anak-anakku juga akan kehilangan sosok ayah. Aku pikir mengalah sedikit tidak masalah asal dia sudah menyesal. Tapi__"Anna merasa ragu untuk mengatakannya.

"Mereka ada di taman."ucap Elang membuat Anna menoleh bingung.

"Siapa?"

"Suamimu dan wanita itu."

Anna langsung menunduk."Kakak yakin?"

Elang mengangguk."Tadinya aku tidak ingin mengatakannya, tapi sepertinya kau harus tahu."

Anna berusaha tersenyum."Apa menurut kakak aku terlalu lemah?"tanya Anna pelan.

Elang menggeleng."Kau tidak menangis, itu sudah menunjukkan kalau kau kuat."

"Tapi aku sangat ingin menangis."cicit Anna pelan.

"Kalau begitu menangislah!"

Anna langsung menggeleng."Setidaknya jika harus menangis, aku harus melakukannya untuk orang yang pantas."

Elang mengusap punggung Anna."Semuanya akan baik-baik saja."

"Tidak, kak. Semua tidak akan baik-baik saja jika suamiku tidak berubah. Bagaimana kami bisa hidup bersama jika dia terus bersikap seperti ini. Maksudku, tidakkah anak-anak kami bisa membuatnya berpikir? Atau dia memang tidak pernah memikirkan kami."

Elang diam lalu menunjuk perut Anna."Justru anak-anak ini yang membuat dia berpikir."

"Maksud kakak?"

"Kau sedang hamil dua bayi. Suamimu pasti tahu bahwa akan sulit bagimu untuk meninggalkannya meski semarah apapun."

Anna diam."Maksud kakak, suamiku tahu kalau aku tidak akan bisa meninggalkannya?"

Elang menggeleng lalu mengangguk."Entahlah! Tapi buktinya kau ingin memaafkannya karena anak-anakmu kan? Jadi bisa saja suamimu juga berpikir bahwa kau akan memaafkannya demi anak-anak kalian."

Anna diam berpikir. Itu benar. Andai saja ia tidak hamil, ia pasti sudah meminta cerai dan pergi. Anak-anak yang sekarang tumbuh di rahimnya membuatnya bertahan. Lagipula pernikahan juga terjadi karena Anna ingin memberi anak-anaknya keluarga yang lengkap.

"Kakak benar. Untuk hal ini, aku akan pikirkan lagi."ucap Anna lalu meminta dibantu untuk berjalan keluar.

Elang memapah Anna dengan hati-hati."Mau menggunakan kursi roda?"

"Tidak perlu. Aku sudah baik-baik saja."sahut Anna lalu terdiam saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana suaminya memapah wanita lain.

"Jangan melihatnya jika tidak kuat."bisik Elang namun Anna justru menggeleng. Ia kuat, bahkan dengan cepat melepas lengan Elang yang membantunya.

Anna menatap datar pemandangan di depannya. Di mana suaminya bersama wanita lain seperti pasangan. Melangkah dan tertawa bersama. Meski wajah Rendra terlihat datar tapi pria itu sama sekali tidak terlihat risih dipegang dan disentuh oleh Laura.

"Setelah ini, aku tidak mau memaafkanmu, mas. Tidak mau."gumam Anna lalu menatap datar saat Laura melihat ke arahnya. Namun meski begitu, wanita itu malah terlihat menyombongkan diri bahkan yang lebih parah lagi, Anna melihat Laura mencium pipi suaminya.

"Mas Rendra!"teriak Anna keras membuat Rendra yang mendengarkan spontan mendorong tubuh Laura menjauh.

"Sayang, kau__"Rendra bergegas berlari mendekati istrinya sedang Anna langsung saja berbalik menghadap Elang kemudian menarik pakaian pria itu agar menunduk, kemudian_

Cupp

Anna menutup matanya setelah berhasil mencium bibir Elang. Namun seperti ada yang salah. Tubuh Elang tinggi tapi tidak setinggi ini. Badan Elang juga kurus, tidak sebesar dan sekekar ini meski perutnya ada delapan kotak.

Perlahan Anna melepas ciumannya lalu membuka mata, dan_

Deg

Kenapa Elang memakai seragam tentara?

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang