Bab 58

5.2K 711 201
                                    

"Kenapa istrimu tidak bisa mengerti, kak. Padahal aku sudah berjanji akan pergi."tangis Laura membuat Rendra mengusap punggung wanita itu.

"Jangan menangis lagi."bujuk Rendra lembut.

"Mana mungkin aku bisa berhenti menangis, kak. Bayiku pergi tanpa sempat melihat dunia ini. Kenapa aku tidak ikut mati saja? lagipula tidak ada yang peduli padaku lagi."

Rendra segera memeluk Laura yang menangis histeris."Tenanglah, bayimu sudah pergi ke surga. Anak itu akan menjagamu dari sana."

"Semua ini karena istrimu, kak. Aku kehilangan bayiku karena ia egois."

Rendra hanya diam tidak membela istrinya. Semalam juga salahnya, kenapa menurut saja saat diminta tidak menjawab panggilan Laura. Padahal jelas Laura hanya sendirian, jika bukan padanya lalu dengan siapa lagi bisa meminta tolong.

Laura terus saja menangis dan Rendra terus memeluknya sedang di ruangan lain. Dokter baru saja memastikan bahwa benturan yang terjadi saat jatuh membuat kedua janin tidak bisa bertahan.

Ya, dua janin yang dimaksud adalah anak kembar Anna dan Rendra.

Hasti dan Riana langsung menangis mendengarnya. Begitupun Imron dan Harun, kedua calon kakek benar-benar merasa sangat sedih. Harusnya mereka tak percayakan Anna untuk dijaga oleh Rendra.

Sedang Damian, dia langsung mengusap wajahnya kasar begitu mendengar kabar itu kemudian segera melangkah pergi. Dan di kejauhan terlihat Elang yang mendekat. Dia ada operasi dan tidak bisa menjawab telpon tapi begitu diberitahu, Elang langsung saja bergegas pergi mencari Anna.

"Om, tante."panggil Elang membuat Hasti menggeleng dengan tangisan keras. Hatinya benar-benar terasa remuk, rasanya luar biasa sakit.

Elang memilih untuk masuk dan melihat keadaan Anna langsung. Sedang Rendra nampak kembali setelah berhasil membuat Laura tertidur.

"Kenapa kalian menangis di sini?"tanya Rendra dengan wajah lelah. Laura begitu kasihan, ia menangis sepanjang waktu dan baru saja bisa istirahat.

Imron yang melihat putranya segera saja maju untuk memukul.

"Kurang ajar! Kenapa kau tinggalkan istrimu hah?"bentak Imron dan memukul membabi buta.

Sedang Harun dan Hasti hanya diam dengan wajah kecewa.

"Rendra, apa kau tahu bahwa Anna terjatuh dan pendarahan?"tanya Riana mendekat membuat tubuh Rendra yang sudah jatuh akibat pukulan segera melihat ke arah mamanya.

Riana memasang wajah penuh kekecewaan lalu mengangkat tangan dan memukul wajah putranya.

Plak

Plak

Plak

Plak

Tamparan itu berulang kali dan sangat keras."Ini untuk kedua cucu mama yang sudah tiada karenamu. Demi tuhan, Rendra. Mama begitu membencimu sekarang."teriak Riana membuat Rendra melotot.

"Itu tidak mungkin, mama bohong kan? Mama pasti berbohong. Anak-anakku tidak mungkin__"Rendra langsung diam saat melihat tatapan kecewa kedua mertuanya. Dia segera bangkit dan mendekat ke arah keduanya.

"Mah, pah, itu bohong kan? Kalian pasti menipuku."tanya Rendra memelas.

Hasti dan Imron hanya diam. Mereka bahkan tak sudi menatap Rendra lagi.

"Katakan sesuatu! Kalian pasti bohong kan untuk menakutiku."teriak Rendra membuat Imron segera menarik kerah baju putranya kemudian kembali melayangkan pukulan.

Riana segera mendekati Hasti dan Harun, ia bergegas memohon karena melihat keduanya diam jauh lebih menakutkan."Pukul saja dan maki Rendra. Dia pantas mendapatkan itu setelah menyakiti putri kalian. "

Hasti menggeleng."Aku hanya memaki menantuku yang salah."

"Aku juga hanya memukul menantuku. Tapi Rendra, mulai hari ini dia tidak ada kaitannya lagi dengan putriku."ucap Harun tegas. Dia sudah putuskan. Meski apapun yang terjadi, dia tak akan biarkan pria bajingan itu kembali pada putrinya.

"Hasti, Harun__"Riana kehabisan kata-kata untuk membujuk. Karena pada dasarnya memang putranyalah yang salah.

Hasti berdiri."Mulai hari ini, anggap saja jika kita tidak saling mengenal."

Riana langsung menyatukan tangannya memelas."Tolong jangan seperti ini."

"Kami akan segera urus perceraian agar putra bodoh kalian itu bisa menikahi mantan pacarnya yang sangat dia cinta."ucap Harun lalu meludah saat melewati tubuh Rendra yang terdiam di lantai.

Hasti menatap Rendra lalu menunjuk dengan kasar."Kau sangat cinta dengan mantanmu itu kan? Kalau begitu kembalilah padanya. Putriku sama sekali tidak butuh suami sampah sepertimu. Ingat untuk jangan muncul di depanku lagi atau aku akan membuatmu menyesal."bentak Hasti lalu berlalu pergi.

Rendra langsung menatap orang tuanya dengan tubuh gemetar."Mah, itu tidak benar kan? Anna dan calon anak kami baik-baik saja kan?"

Imron dan Riana langsung membuang muka. Hancur sudah. Semua sudah hancur. Dan itu karena kebodohan putra mereka.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang