"Itu anakku kan?"tanya Rendra.
"Iya."sahut Anna tanpa berpikir.
Saat ini keduanya sedang duduk di sebuah cafe dan tentu saja Rendra yang mengajak untuk bertemu.
"Aku akan bertanggungjawab."ucap Rendra setelah diam beberapa saat.
Anna mengusap perutnya."Tidak perlu. Aku lebih suka hidup tanpa suami."
"Dan membiarkan anak-anak kita hidup tanpa kasih sayang orang tua yang lengkap?"tanya Rendra membuat Anna diam.
Benar juga. Hari ini ia hamil tanpa suami dan tidak diejek tentu karena tidak ada yang tahu. Kalau ada yang tahu, ia pasti sudah menjadi topik pembicaraan. Lalu anak-anaknya nanti, bukankah mereka juga cepat atau lambat akan keluar dan bertemu teman-teman. Lalu bagaimana jika suatu saat ada pertanyaan tentang keberadaan ayah mereka, ia harus jawab apa pada saat itu.
"Kalau begitu datanglah ke rumah dan bicara dengan orang tuaku."ucap Anna membuat Rendra diam. Kalau semudah itu pasti sudah dia lakukan.
"Tapi kamu tahu kan tentang keadaan keluarga kita? Keduanya sangat sulit untuk disatukan."ucap Rendra pelan.
Anna mengangguk lalu berdiri. "Kalau begitu tidak perlu dibicarakan lagi. Anggap saja bayi ini hanya anakku, masalah selesai."ucap Anna membuat Rendra segera mencegah kepergian wanita itu dengan memegang tangannya.
"Bagaimana cara kita mengatakannya?"tanya Rendra membuat Anna mengernyit. Cara mengatakannya? Memang apa yang sulit.
Dua jam kemudian, di rumah keluarga Harun.
"Pah, Anna kan hamil. Nah ini orang yang buat Anna hamil. Namanya Rendra, anaknya om Imron."ucap Anna santai membuat Rendra yang tadinya mau basa-basi langsung saja dibuat pucat pasi.
Sedang Harun dan Hasti tentu saja langsung berdiri saking kagetnya. Melihat Rendra datang bersama Anna saja, mereka sudah hampir menyemburkan api. Sekarang malah mendengar fakta yang sama sekali tidak enak didengar.
"Apa itu benar?"tanya Harun marah.
"Benar dong, pah. Kan tadi Anna sudah bilang."jawab Anna santai lalu menepuk pundak Rendra seolah menyemangati pria itu.
Rendra hanya bisa melotot ke arah Anna. Dasar calon istri kurang ajar.
"Kamu yang jawab, Rendra! Benar kamu ayah dari anak yang ada dikandungan putri om?"tanya Harun membuat Rendra menguatkan tekadnya lalu mengangguk.
"Benar om_"
"Kurang ajar."maki Harun lalu segera saja menerjang Rendra dan memukul secara membabi buta.
Anna hanya bisa menggeleng pelan melihat pemandangan di depannya.
"Bisa-bisanya kamu hamil anaknya Rendra. Memang tidak ada laki-laki lain apa hah?"bentak Hasti lalu mengangkat tangannya bersiap memukul. Namun Anna segera saja menunjuk perutnya.
"Anna lagi hamil loh, mah. Kalau mama pukul, nanti Anna kabur saja sama Rendra. Biar cucu-cucu mama ini nanti tinggalnya sama kakek dan neneknya yang lain."
"Apa?"kali ini Harun dan Hasti langsung berteriak bersamaan. Tidak boleh. Mana boleh begitu. Itu kan cucu mereka.
Sedang Anna hanya tersenyum cerah. Orang tuanya, mana mungkin ia tidak tahu kelemahan keduanya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Orang (End)
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Anna Harun diusir dari rumah karena terlalu boros. Ia boleh kembali asalkan berhasil mengumpulkan uang satu milyar. Tapi saat kembali, bukan hanya uang yang ia bawa tapi juga janin di dalam kandungannya.