Hilang - 2

81 43 26
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

Olive menghentikan langkahnya ketika sudah beberapa kilometer dia berjalan kaki. Ia berdecak, mengusap pelipisnya yang sudah dihiasi keringat sehingga membasahi keningnya. Perempuan berambut sebahu itu menoleh ke sana ke mari melihat beberapa pengendara yang berlalu lalang, terik matahari membuat Olive sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan.

Akhirnya, ia memilih untuk duduk di salah satu ruko yang tertutup. Tampaknya memang ruko itu tidak berpenghuni, sebuah spanduk terpasang besar di atas ruko itu bahwa ruko ini di kontrakan. Olive meluruskan kedua kakinya dan menghela napas panjang, sesusah ini ternyata rasanya mencari kerja.

Sudah beberapa kantor dan toko ia singgahi, bertanya lowongan kerja bahkan sampai melihat beberapa berkas Olive. Namun tetap saja, Olive belum mendapatkan rejekinya. Dia sudah tiga hari di Jakarta, terakhir dia menelfon ibunya saat sudah sampai di kota ini, posisinya pun masih duduk di dalam bus. Sampai sekarang, Olive belum juga menelfon ibunya.

Olive menarik ponselnya untuk melihat sudah pukul berapa sekarang. Setelah melihat jam Olive berdecak pelan, rupanya jam sudah menunjukan pukul dua siang, pantas saja terik matahari begitu panas sehingga Olive terus-terusan mengipas dirinya sendiri dengan berkas miliknya.

Sebenarnya ini tidak terlalu jauh dari kos, namun untuk melakukannya dengan berjalan kaki seperti Olive rasanya tulang kaki Olive pun ingin patah. Padahal, tadi Arga sudah menawarkan dirinya untuk diantar dengan laki-laki itu. Tapi Olive menolak, alasannya supaya Olive bisa mengetahui jalan sekitaran kos. Namun, Olive bukan hanya mempunyai alasan itu saja.

Mengingat dirinya dengan Arga satu kos membuat Olive teringat dengan cerita Mitha siang itu. Apa Arga pernah melakukan hal itu dengan teman-teman kos? Apalagi Arga berada di atas, di mana banyak kamar yang dihuni oleh perempuan. Hanya Arga saja yang laki-laki di atas.

Olive merasa merinding mendengar cerita singkat dari Mitha, perempuan itu juga ternyata melakukannya karena alasan terdesak. Orang tuanya sakit, jika mengandalkan gaji dari pekerjaannya yang hanya seorang pembersih di kantor saja memang tidak bisa.

"Ngapain lo ngintip-ngintip? Mau gue ewe?"

Perempuan berambut sebahu itu menggeleng cepat. Ucapan laki-laki bertubuh tinggi dan putih itu membuat Olive bergidik ketakutan malam itu. Entah siapa laki-laki itu, awal dari iseng mengetuk pintu kamar Olive sampai meneriakinya malam kemarin. Apa laki-laki itu sering ke kosan itu juga? Atau dia juga salah satu penghuni kosan?

"Olive?"

"Ha? Mitha? Lo ngapain di sini?"

Mitha tertawa pelan, ia menghampiri Olive yang masih terduduk itu. "Justru gue yang nanya sama lo, ngapain lo di sini siang-siang?"

"Gue lagi cari kerja, Mit. Susah banget, udah ke mana-mana juga belum dapet sampai sekarang," balas Olive dengan nada lemasnya. "Bantuin gue, dong."

"Apa, ya?" Mitha menyipit, memalingkan kepalanya ke arah lain sambi berpikir. "Lo mau enggak kerja jadi ob? Gue lupa, kebetulan kantor gue emang lagi buka lowongan kerja. Tapi, ya, itu, jadi ob. Lo enggak papa?" tanya Mitha.

Olive mengangguk cepat, "iya! Enggak papa, deh, jadi ob sambil nyari-nyari sampingan nanti."

Akhirnya Mitha menganggukkan kepalanya. "Besok kita ke kantor sama-sama. Mungkin lo bisa langsung kerja kalau emang lo keterima di sana."

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang