Hilang - 20

157 46 30
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

Olive terus menangis sepanjang malam. Ketukan pintu yang sedari tadi terus berbunyi, perlahan menghilang. Olive tidak tahu apakah masih ada di luar atau laki-laki itu sudah pergi. Dia tidak bisa menggambarkan bagaimana rasa sakit hatinya sekarang, mendengar pernyataan bahwa Adiba sedang mengandung anak Sandy.

Sakit. Sakit sekali, Olive merasa dunianya runtuh detik itu juga. Saat dia merasa dunia baru saja berpihak padanya dengan Sandy yang kembali ke kehidupannya, namun secepat membalikan telapak tangan laki-laki itu mengecewakannya. Apa yang perlu Olive dengar lagi sekarang?

Laki-laki itu kini bukan miliknya lagi, semua rencana yang ia susun bersama Sandy musnah sudah. Sandy akan hidup bersama perempuan lain, menimang seorang bayi yang tidak lama lagi akan lahir ke dunia. Sandy akan menemani perempuan itu melahirkan nantinya, memberi makanan yang bergizi agar janin dalam perut perempuan itu sehat sampai bayi itu lahir.

Membayangkannya saja sudah membuat Olive sakit hati. Apalagi jika itu benar terjadi. Olive tidak tahu akan berjalan ke arah mana, jika dia terus menerus di sini, dia akan tetap melihat laki-laki itu sepanjang hidupnya.

Ini adalah fase paling menyakitkan, ketika Olive tidak bisa menjelaskan bagaimana dan apa yang Olive rasakan. Berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong, tetapi Olive bisa merasakan hatinya semakin berat dari detik ke detik berlalu.

Sudah semalaman Olive tidak keluar. Pagi ini adalah pagi pertama Olive bangun dengan mata yang sembab, napasnya masih sesak jika mengingat kejadian semalam. Bahkan untuk beranjak dari ranjang pun rasanya berat. Olive memilih untuk merebahkan tubuhnya sambil memeluk guling, matanya menatap buket bunga yang ada di atas meja hadapannya.

Bunga itu masih segar, aromanya pun belum hilang. Tidak ada tanda-tanda kering di bunga itu, namun seseorang yang memberikannya bunga sudah meninggalkan jejak kehancuran dalam hidup Olive.

Olive memejamkan matanya ketika ketukan pintu kembali terdengar, namanya disebut terus menerus oleh seseorang yang Olive yakin adalah Sandy. Olive tidak bergerak sedikit pun, dia membiarkan laki-laki itu terus mengetuk pintu kamarnya.

Sandy menunduk, dia tidak tahu lagi harus melakukan apa ketika Olive tidak membukakan pintu untuknya. Sandy terus berusaha membuka pintu kamar perempuan itu, namun pintu itu tetap terkunci. Sudah dari tadi malam ia duduk di depan pintu kamar Olive, perempuan itu belum juga keluar sama sekali.

Laki-laki itu juga hancur. Apa yang dia rencanakan bersama Olive sirna begitu saja karena kelalaian yang tidak ia sadari sama sekali. Perempuan yang ia cintai sudah terluka, perempuan yang membuatnya berubah menjadi lebih baik, perempuan yang memandangnya sebagai manusia di saat orang memandangnya bagaikan sampah.

Tapi kini, perempuan itu sudah hancur sehancur-hancurnya. Sandy tidak tahu akan merapikan kembali hati Olive bagaimana setelah ia membuat hati Olive pecah begitu saja. Tangisan, tatapan bahkan tamparan tangan Olive masih sangat terasa di pipi Sandy. Rasa sakit yang Sandy rasakan tak sebanding sakit yang Olive terima.

Setelah memilih untuk pergi, Olive pun keluar. Dia sudah siap dengan pakaian kerjanya, Olive menghabiskan waktunya dengan terus bekerja tanpa mengambil jam istirahat. Semua mata tertuju padanya, wajah Olive terlihat pucat, semangatnya pun tidak seperti biasanya.

Sesekali Olive mengusap keningnya yang di penuhi keringat. Dia memang fokus mengerjakan berbagai pekerjaan di kantor, tapi tidak dengan hatinya yang masih tertinggal di kejadian semalam. Rasa kecewanya menguasai benak Olive, susah sekali untuk Olive tidak memikirkan hal itu.

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang