Hilang - 35

89 34 16
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

"Lo mending pulang aja," ucap Olive ketika dia baru saja turun dari motor Bayu dan menghadap ke arah Bayu.

Bayu mengernyit. "Pulang gimana? Bukannya gue yang ngajak lo, kok malah ngusir suruh pulang, sih."

"Ya, itu bisa besok, Bay! Gue mau ngobrol dulu sama bokap gue."

"Enggak bisa! Lo harus tau sesuatu hari ini, enak aja main ngusir-ngusir gue."

Olive berdecak, ia tidak lagi membalas ucapan Bayu. Perempuan berambut sebahu itu mendengus, berusaha melepaskan helm yang sangat susah ia lepaskan dari kepalanya. Melihat Olive yang kesusahan, dengan kesal pun Bayu melepaskan terlebih dahulu helm yang ada di kepalanya lalu menarik tangan Olive agar lebih mendekat ke arahnya. "Gini doang lo kagak bisa, gimana nanti kalau di suruh buat anak sama Sandy. Paling lo diem doang."

Perempuan itu mendelik, tangan Bayu melepaskan penggait helm tepat di bawah dagunya dengan seksama. Dia tidak kesal dengan ucapan Bayu yang memang selalu membuatnya kesal, namun dengan keberanian Bayu yang menarik tangannya dan membantu Olive dari kesusahan membuka helm itu.

Setelah melepaskan helm itu, Bayu pun turun dari motornya. Laki-laki ituu mengernyit ketika melihat Olive yang masih bergeming di sana sedangkan pria yang menyebutnya ayah Olive sudah masuk lebih dulu ke dalam restoran yang ada di belakangnya. "Heh! Ayo! Ngapain malah bengong begitu?"

Olive mengerjap, tiba-tiba dia menjadi bingung dengan dirinya sendiri. Dengan cepat ia melangkah meninggalkan Bayu terlebih dahulu dan tak menggubris ocehan Bayu yang kesal karena Olive meninggalkannya.

Kini mereka sudah duduk berhadapan dengan pria itu. Namanya Arnold. Pria itu duduk tepat berhadapan dengan Olive dan Bayu yang duduk bersama di depannya, sesekali Olive melirik Bayu yang terus menatap Arnold seperti mengetahui sesuatu.

"Olive, ayah mau minta maaf kalau selama ini ayah enggak pernah jengukin kamu sama adek-adek kamu ke Surabaya. Tapi percaya sama ayah, ayah kangen banget sama kalian. Ayah enggak pernah absen sehari pun tanpa memikirkan keadaan kalian di sana, semua yang ayah lakukan ada alasannya." Arnold tersenyum, menggapai tangan Olive lalu menggenggamnya di atas meja. Hal itu memancing Bayu melirik tangan keduanya. "Ayah selalu berdoa untuk keadaanmu di sana. Setiap saat ayah menelfon lewat hp ibumu, tapi ibumu enggak pernah sama sekali ngizinin ayah untuk bicara sama kalian."

Olive menarik napas dalam, dadanya terasa sesak ketika mendengar sedikit fakta yang diucapkan Arnold. "Kamu tau kenapa ayah sama ibumu cerai? Ibumu tidak pernah mendukung profesi ayah yang sebagai dokter ini, sampai pada akhirnya ayah ngelakuin kesalahan yang membuat ibumu tambah membenci ayah."

"A-apa itu?" tanya Olive dengan bibir yang berkedut menahan tangis. "Apa yang buat ayah ninggalin Ibu?"

"Ayah selingkuh, Olive. Ayah selingkuh sama temen kerja ayah yang selalu support setiap kegiatan ayah. Ayah udah kelewatan sampai temen kerja ayah hamil saat itu, ibumu marah besar dan langsung menggugat cerai ayah secara sepihak tanpa persetujuan apapun."

Terlihat penyesalan besar di mata Arnold, bahkan suara pria itu bergetar saat mengucapkan setiap kata. "Akhirnya ayah pergi ninggalin kalian di Surabaya tanpa kabar sedikit pun. Di saat kamu berumur empat belas tahun dan adek-adekmu yang masih kecil. Ayah menyesal, Olive. Ayah menyesal!" seru Arnold.

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang