Hilang - 5

50 38 20
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

Entah sudah ke berapa kalinya Olive bertemu dengan Galang. Tapi tadi, pertemuannya dengan laki-laki itu cukup membuat Olive merasa senang. Ditambah Galang memberikan makanan untuknya yang sekarang ada dalam pandangannya. Perempuan itu juga tidak tahu, kenapa tiba-tiba saja Galang datang padanya dan mengajaknya berbicara. Apa jangan-jangan Sandy telah menceritakan kejadian tadi pagi ke tongkrongan mereka?

Olive menggeleng cepat, dia tidak akan tahu bagaimana malunya jika benar memang laki-laki itu sudah menceritakan dirinya di luar sana.

Sudah hampir tiga jam Olive duduk di dapur, Galang pun sudah pergi lebih dulu. Perempuan itu benar-benar tidak habis pikir jika memang Sandy dengan lancang dan dengan wajah mesumnya bercerita tentangnya di sana, Olive berdiri dan membersihkan piring/piring yang ada di hadapannya, mencucinya lalu meletakan pada tempatnya masing-masing.

Setelah selesai, Olive pun membuka lilitan handuk yang ada di kepalanya karena merasa rambutnya sudah cukup kering walau pun tidak sepenuhnya. Dia menggapai plastik yang tadi Galang berikan dan ia berjalan masuk ke dalam kamarnya yang tidak dia kunci.

"Hai."

Plastik dalam genggaman Olive jatuh tepat mengenai kakinya, mata perempuan itu membulat saat melihat Sandy yang menggunakan baju hitam polos dan celana jeans pensil panjang duduk menyandar di kursi depan kaca. "Lo?"

Dengan cepat Olive menutup pintu kamarnya dan kembali menghampiri Sandy yang asik merokok. "Lo ngapain di sini, sih? Lo mau maling, ya? Kenapa bisa masuk ke kamar gue?!"

Laki-laki itu tertawa pelan, ia menekan ujung bara api rokoknya di salah satu pembungkus rokok yang sudah habis. Setelah mematikan rokoknya, ia menatap Olive yang masih berdiri itu. "Maling apaan? Emang lo punya apa kecuali keperawanan lo doang?"

Olive terbelalak, ia mengatup bibirnya dan menggeleng. Laki-laki itu berdiri, Sandy mendekat lalu menunduk untuk mengambil plastik yang jatuh itu. Dia mendengus dan langsung meletakan plastik itu di atas meja sebelum menghampiri Olive yang mendongak menatapnya. Perempuan itu memalingkan wajahnya ketika Sandy terus memperhatikan mimik wajahnya, jantungnya kembali berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Asik banget ngomong sama Galang sampai enggak kunci pintu kamar," sindir Sandy.

Perempuan itu berusaha untuk tidak menggubris ucapan Sandy. Ia duduk dan menyampirkan handuknya di kepala kursi, Olive tidak memperdulikan Sandy yang terus memperhatikannya dari pantulan kaca. Ia dengan santai mengeringkan rambutnya dengan alatnya, menyisirnya lalu memberikan sedikit semprotan parfum rambut.

Olive mengembuskan napas berat setelah jengah dengan Sandy yang terus melihatnya. Perempuan itu memutar tubuhnya untuk menghadap sepenuhnya ke arah Sandy yang duduk di belakangnya. "Ada apa lo ke sini?"

Kali ini Olive berbicara dengan nada yang sudah capek. Dia juga sudah tidak tahu harus mengusir Sandy dengan cara seperti apa agar laki-laki itu pergi dari kamarnya. Sandy menggeleng, dengan keras menarik kursi yang Olive duduki mendekat ke arahnya. Kini perempuan itu sudah berada tepat di hadapan Sandy, menatap laki-laki itu dengan mata yang membulat sempurna.

"Emang kenapa kalau–"

Belum selesai berbicara, Olive sedikit mendekat dan mengendus aroma tubuh Sandy dengan pelan. "Ngapain?"

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang