Hilang - 3

60 43 23
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

Desahan yang terus terdengar itu membuat Olive tidak bisa tidur. Sudah hampir dua jam dia memejamkan matanya tapi belum terlelap juga, ia melempar jauh bantal yang tadi dia buat untuk menutupi telinganya. Olive berdecak, ia duduk dan mengacak rambutnya dengan kesal. Perempuan itu menggapai ponselnya yang tak jauh dari kepalanya tadi, lagi-lagi dia berdecak setelah mengetahui bahwa sekarang sudah pukul dua malam.

Olive beranjak dari ranjang dan memilih duduk di kursi. Lagi-lagi ia mendengar suara desahan itu, matanya menyipit ketika desahan semakin membuat telinganya geli. Benar-benar mengganggu. Apa ini sudah sering seperti ini?

Perempuan berambut sebahu itu menoleh, ia melihat sosis goreng yang masih dia sisakan untuk sarapan besok. Namun, tanpa sadar ia menelan salivanya saat melihat sosis goreng itu. Olive pun tanpa berpikir panjang langsung melahapnya, padahal dia sudah sangat ngantuk, matanya pun sudah sayu. Namun, desahan penghuni sebelah kamarnya ini membuat Olive tidak bisa tidur.

"Hueekk!!!"

Kunyahan Olive terhenti saat mendengar sesuatu yang membuat Olive melirik ke arah pintu kamarnya. Perempuan itu mengernyit ketika suara orang yang sedang memuntahkan isi perutnya itu di luar, terdengar cukup dekat dengan kamar Olive sehingga ia bisa mendengarnya lebih jelas. "Hueek!!"

Olive berdecak, ia meletakan kembali sosis yang baru setengah dia makan ke dalam plastik. Perempuan berambut sebahu itu berdiri, bejalan pelan untuk mengintip siapa yang ada di depan sana.

Brruukk!!!

"Aaa–" Olive langsung menutup mulutnya saat hampir saja dia berteriak keras. "Sandy?"

Laki-laki itu terbaring lemas tepat di ambang pintu Olive, sehingga perempuan itu sedikit menjinjit karena tubuh Sandy yang jatuh tepat di atas kaki Olive. Laki-laki itu memejamkan matanya, mengusap keningnya beberapa kali tanpa sadar. Olive menarik napas, ia gugup saat melihat di depan kamarnya betul-betul sepi dan tidak ada satu pun orang yang membuka pintu kamarnya kecuali Olive.

Kaki Sandy masih lurus keluar dari ambang pintu, sedangkan setengah tubuh Sandy sudah berada di dalam kamar Olive. Betapa kencangnya detak jantung perempuan itu melihat semua ini, kantuk yang tadi menguasai mata Olive seketika hilang entah kemana.

Dengan keberanian yang Olive punya, Olive sedikit menggoyangkan tubuh Sandy dengan kakinya. Itu tidak sopan, tetapi ia lebih takut jika tiba-tiba Sandy bangun dan memukulnya karena dia sudah membangunkan laki-laki itu. Tidak ada respon apa pun, laki-laki itu benar-benar tertidur di tempat seperti ini. Olive menoleh ke depan, tidak mungkin ia meletakan Sandy di depan kamarnya.

Tapi, apa mungkin Olive membawa laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya?

Olive menggigit jarinya, bingung dengan keadaan. Ia melewati Sandy dengan hati-hati dan mengambil ponselnya, Olive berdecak ketika sadar dia tidak mempunyai nomornya Arga. "Masa, iya, gue bawa dia masuk?" gumam Olive sendirian.

Akhirnya, mau tidak mau Olive pun menarik Sandy dengan sekuat tenaganya. Setelah sepenuhnya Sandy sudah berada di dalam kamarnya, ia menutup pintu kamarnya dengan cepat dan jantung yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Olive kembali membantu Sandy untuk bangun dan tidur di atas kasurnya, tubuh laki-laki itu sangat berat. Di tambah dengan tinggi tubuh Olive yang mungkin hanya selengan Sandy saja, itu membuat Olive sedikit kesusahan untuk menuntun Sandy berdiri.

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang