Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
."Lo kenapa? Tumben ngajak ketemu," ucap Arga sambil menyalakan pematik itu lalu membakar ujung rokok sehingga menjadi bara api kecil. Laki-laki itu menatap Olive yang duduk menyandar di beanbag sebelah kanannya.
Olive menggeleng, ia memeluk dirinya sendiri sambil meluruskan kedua kakinya. "Gue enggak bisa tidur."
"Mikirin siapa?" Pertanyaan Arga membuat perempuan berambut sebahu itu menoleh, ia menatap Arga yang menaikan kedua alisnya. "Pacar lo?"
Lagi-lagi perempuan itu menggeleng. "Arga," panggilnya setelah beberapa saat diam. Laki-laki bernama Arga hanya berdeham, menghisab rokok yang ada di sela-sela jarinya lalu mengembuskan asapnya ke udara.
Olive kembali diam. Dia mendongak melihat langit yang bertaburan bintang, hembusan angin malam membuat Olive memejamkan matanya dan hanyut dalam pikirannya. Perempuan itu tidak tahu tujuan dan maksud Galang tadi mendatanginya dan memberinya makanan, bercerita banyak hal hingga tiba-tiba saja menyamakan senyuman Olive dengan orang di masa lalunya.
Dia juga tidak tahu, apakah Galang adalah Galang yang pernah ada dalam kehidupan masa kecil Olive atau bukan. Dia ingin menanyakan hal itu kepada Galang, namun keberaniannya tidak sebesar tekadnya.
Dan laki-laki bertubuh tinggi dan putih tadi yang menciumnya, hampir saja hanyut dalam keteledoran saat menyentuh tubuh Olive. Kenapa Olive tidak bisa menegur atau bahkan melempar senyuman saat di luar? Dia lebih berani dengan Sandy saat bertemu berdua, bersuara dengan nada kesal bahkan berani membiarkan Sandy memangkunya kemarin.
Terhitung baru beberapa hari dia di sini, namun dia sudah mempunyai kenalan sedekat itu. Apa dia akan terjun juga dalam dunia gelap itu? Apa dia akan merasakan juga dampak pergaulan bebas nantinya?
"Lo pernah enggak, deket sama orang yang baru beberapa hari lo kenal?"
Arga tertawa pelan, "pernah."
Olive menoleh tanpa bersuara, namun laki-laki itu tahu bahwa perempuan itu melemparkan pertanyaan. "Lo."
"His," gusar Olive. "Maksud gue–"
"Lo deket sama cowok yang baru beberapa hari lo kenal, gitu? Atau ada temen kantor lo yang deketin lo?" tanya Arga dengan cepat. Laki-laki itu kembali menghisap rokoknya dan membuang asap dari tubuhnya ke udara. Belum mendengarkan jawaban dari Olive, Arga mematikan bara api rokoknya dan menyandarkan tubuhnya kembali. Laki-laki itu menatap ke langit malam, menghela napas pelan dan berbicara kambali. "Kalau gue, pernah. Karena menurut gue, enggak ada yang tau cinta datengnya kapan, gue juga percaya cinta pada pandangan pertama."
Laki-laki itu memejamkan matanya. "Tapi udah lama banget. Itu waktu gue masih sekolah, dan dia murid baru di sekolah gue. Kebetulan gue satu kelas bahkan satu bangku sama dia, dia murid pindahan dari Bandung. Dia cantik, enggak banyak tingkah. Bahkan dia ngabisin waktunya hari-hari cuma di perpustakaan."
Olive mengernyit. "Apa yang buat lo suka sama dia?"
"Enggak ada," jawab Arga. "Enggak ada alasan buat kenapa gue bisa suka sama dia. Karena gue juga enggak ada alasan buat ninggalin dia."
"Sekarang gimana?" tanya Olive.
Arga membuka matanya, tersenyum saat mendengar pertanyaan itu dari perempuan berambut sebahu itu. "Sekarang? Masih. Kita masih deket, tapi udah jadi mantan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang
Romance18+ Sudah tidak heran dengan pergaulan bebas, kan? Sebenarnya aku sedikit syok, apalagi dengan lingkungan baru seperti ini. Ini juga aku lakukan karena terpaksa. Jika bukan karena mamaku yang sedang butuh uang untuk keperluan sehari-hari, mungkin ak...