Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.Benar-benar tidak bisa membuat Olive tertidur lelap, padahal tubuhnya sudah sangat pegal duduk seharian di dalam mobil dari Surabaya sampai Jakarta. Dengan sebisa mungkin Olive memejamkan matanya, menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya.
Pesan Sandy belum juga ia balas atau mungkin dia tidak akan membalas pesan laki-laki itu.
Apa lagi yang harus dia dengar dari laki-laki itu? Ucapan perpisahan? Olive rasa, dia tidak perlu mendengar itu. Yang ada hatinya semakin hancur. Setelah menerima Sandy kembali kemarin, rasanya sudah berbeda jika ia melihat wajah laki-laki itu lagi. Walaupun sejujurnya, dia ingin memeluk erat tubuh laki-laki tinggi itu.
"Eh, Olive."
Olive menoleh ketika baru saja naik ke anak tangga yang menuju masuk ke dalam kantor. Benar, Olive hari ini kembali berkerja seperti kemarin. Masih di tempat yang sama dengan suasana ... yang berbeda.
Gibran menghampirinya, kedua tangannya memegang dua air mineral botol kecil. Laki-laki itu menyodorkan satu botol untuknya dan tersenyum. "Buat lo," ucapnya.
Perempuan berambut sebahu itu mengernyit, pasalnya dia baru saja datang. Olive menoleh kesana kemari sebelum menerima air dari atasannya itu. "Untuk apa?"
"Minumlah, yakali untuk mandi," jawab Gibran dengan kekehan. Olive terlihat kikuk, akhirnya dia menerima air pemberian Gibran itu.
"Gue turut berduka cita atas meninggalkannya nyokap lo, ya." Gibran tersenyum pelan.
Olive mengangguk. "Iya, makasih, ya."
"Lo yang kuat, gue tau gimana rasanya di tinggal nyokap. Nyokap kandung gue juga baru aja meninggal dua bulan yang lalu," ucap Gibran sambil mengusap hidungnya.
"Serius?" Gibran mengangguk. "Gue juga ikut turut berduka atas meninggalnya nyokap lo, Gib."
Laki-laki berjas hitam itu tersenyum lebar, ia mengangguk dengan mata yang menyipit karena senyuman lebarnya. "Lo ... malam ini free?"
Perempuan berambut sebahu itu terdiam beberapa saat, dia mengangguk. Apalagi yang dia lakukan selain tidur di kos setelah pulang dari tempat kerjanya, dan kini dia sudah tidak berada di kos itu lagi.
"Jalan, yuk?"
"Eezz, pepet terus!" seru laki-laki bernama Naufal yang baru saja datang dan menepuk pundak Gibran. Gibran berdecak, menepis tangan Naufal dengan kesal. Olive mengulum bibirnya sendiri, meremas botol air yang Gibran berikan padanya tadi.
Beberapa pasang mata menjadikannya dengan Gibran pusat perhatian, sehingga Olive sedikit menggoyangkan jari-jarinya untuk menghilangkan kegugupannya.
"Hati-hati sama dia," ucap Naufal menunjuk Gibran.
"Dia kalau udah bucin, jadi menjijikan," lanjutnya.
Olive mengernyit. "Pergi sana!" ucap Gibran.
Naufal tertawa, lagi-lagi ia menepuk pundak Gibran sebelum pergi meninggalkan Olive dan laki-laki itu yang masih berdiri di sana. "Maafin adek gue kalau ngomong, dia emang gak punya sopan santun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang
Romance18+ Sudah tidak heran dengan pergaulan bebas, kan? Sebenarnya aku sedikit syok, apalagi dengan lingkungan baru seperti ini. Ini juga aku lakukan karena terpaksa. Jika bukan karena mamaku yang sedang butuh uang untuk keperluan sehari-hari, mungkin ak...