Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.Tepat sebulan sudah Olive berkerja. Hari ini adalah hari pertama dia gajian. Ternyata begini rasanya mendapat uang hasil kerja keras kita sendiri.
Olive menekan beberapa nomor ibunya yang sudah ia hafal, menelfon wanita itu lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga sembari berjalan keluar dari kantor. "Halo, Bu. Gimana kabarnya?"
"Olive, ibu baik-baik aja, Nak. Kamu gimana di sana?"
Perempuan itu tersenyum, ia menoleh kesana kemari melihat beberapa pengendara yang berlalu lalang. Setelah merasa cukup aman, Olive pun menyebrang dengan berlari kecil. "Baik, kok, Bu. Reza gimana? Udah sembuh dia?"
"Iya, dia udah sehat sekarang. Udah pergi main dia keteman-temannya. Uang yang kamu kirimin juga kemarin masih ada, Liv. Kamu kerja apa, Nak, kenapa bisa sebanyak itu kamu kasih ke Ibu? Kamu ada pegangan?"
Olive terdiam. Tepat dia sudah masuk ke salah satu ATM, ia menghentikan langkahnya. Ia mengerjap ketika mengingat bahwa uang itu bukan dari dia, melainkan dari Sandy. Dia juga tidak mengambil sepeser pun uang itu, Olive mengirim semua uang kepada Ibunya.
Padahal, dia baru saja ingin memberi sebagian uang yang ia punya untuk wanita itu. Namun setelah mendengar hal itu, ia mengurungkan niatnya. Bukan karena dia tidak ingin membagi gaji pertamanya, namun dia tidak ingin membuat ibunya bertanya-tanya tentang kehidupannya di Jakarta.
Perempuan itu menunduk. Olive menggeleng sambil tertawa canggung. "A-ada, kok, Bu. Olive masih ada pegangan. Yaudah, kalau gitu nanti Olive telfon lagi, ya. Olive mau pulang dulu, sekarang masih di jalan."
"Iya, sayang. Hati-hati, ya, Nak. Inget pesan ibu, jangan bergaul sama orang-orang yang enggak baik."
Olive hanya mengangguk, walau pun anggukan itu tidak dilihat oleh ibunya secara langsung. Ia mematikan ponselnya dan memilih keluar dari ATM, ia berlari kecil untuk mencari angkutan umum yang mungkin saja masih ada sore hari ini.
Setelah sesampainya dia di kos, ia memperlambat langkahnya ketika melihat Arga yang sedang mencuci motornya depan kost. Arga tersenyum saat menyadari kehadiran Olive dari kejauhan, ia berdiri sambil memegang kanebo yang di penuhi busa itu.
"Baru pulang?"
Olive tersenyum, ia mengangguk pelan. Tatapan Arga turun ke tangan Olive yang masih ada plaster luka, laki-laki di hadapannya itu mengernyit, "tangan lo kenapa?"
Perempuan itu mengerjap, ia melihat tangannya sendiri sambil menggeleng. "Udah, enggak kenapa-napa, kok. Cuma kemarin–"
Ucapan Olive terhenti ketika melihat Mitha yang keluar dengan beberapa tas bawaannya. Arga pun menoleh, ia melihat mata sembab Mitha yang masih bercucuran air mata. Perempuan itu diam, tatapannya menajam ketika melihat Olive. Dia seperti sudah tidak menyukai perempuan berambut sebahu itu, sesekali berdecih.
Setelah hampir dua hari Olive tidak melihat Mitha, akhirnya dia kembali bertemu perempuan itu di depan kos. Sepertinya perempuan itu akan pergi.
"Lo mau kemana, Mit?"
"Gue mau pergi," ucap Mitha melirik Olive. "Gue udah enggak betah tinggal sama orang-orang munafik di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang
Romance18+ Sudah tidak heran dengan pergaulan bebas, kan? Sebenarnya aku sedikit syok, apalagi dengan lingkungan baru seperti ini. Ini juga aku lakukan karena terpaksa. Jika bukan karena mamaku yang sedang butuh uang untuk keperluan sehari-hari, mungkin ak...