Hilang - 23

30 30 20
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

Olive menutup buku yang sudah lebih dua jam dia buka dan ia letakan di depannya. Dia menggeleng, tatapan dengan isi pikirannya tidak sinkron, dia memikirkan hal yang seharusnya tidak perlu dia pikirkan lagi.

Bagaimana kabar Sandy?

Apa laki-laki itu tidak merindukannya? Olive melirik ke arah ponselnya yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya, ponsel itu tidak menunjukan tanda-tanda ada pemberitahuan dari seseorang yang sejujurnya Olive nantikan kabarnya. Tapi apa yang bisa Olive harapkan lagi dari laki-laki itu? Sandy akan menikah dengan perempuan lain dalam waktu dekat, apalagi sudah mengandung.

Perempuan berambut sebahu itu menggeleng. Mengembuskan napas panjang lalu menyandarkan tubuhnya di kursi yang ia duduki. Kini dia harus memikirkan dirinya dan adik-adiknya, dia harus mengambil jalan yang mana di kehidupannya seperti ini?

Papa Olive sudah tidak ada kabar, bahkan Olive tidak tahu jika papanya hidup atau meninggal. Sama sekali tidak pernah ada respon jika Olive iseng menelfon papanya itu. Sebahagia apa keluarga barunya sehingga melupakan Olive dan adik-adiknya?

Olive ingin di sini saja bersama adiknya, namun jika Olive tetap berada di sini, siapa yang akan memberi adiknya uang? Olive harus kembali ke Jakarta dan meninggalkan adiknya yang sudah mulai sekolah SMA itu.

"Kak!"

Perempuan itu mengerjap kaget, matanya melihat Reza yang membuka kamarnya dan berdiri di ambang pintu itu. Olive menaikan kedua alisnya, menegakan tubuhnya sambil menatap adiknya yang nomor dua itu. "Kenapa?"

"Ada yang nyariin," ucapnya.

"Siapa?"

"Enggak tau, pacarmu kali."

Hanya itu, Reza langsung keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Olive mengernyit, dia berdiri dengan dada yang berdebar perlahan mengencang.

Langkah Olive memelan ketika melihat Arga dan Bayu yang ada di sana. Olive mengernyit lagi-lagi ketika melihat Bayu yang kebetulan menoleh melihatnya. "Lah? Ngapain pada ke sini?"

Arga dan Bayu berdiri bersama, keduanya saling pandang ketika beberapa saat menatap kembali ke arah Olive.

"Gue ikut aja, bosen di kos." Bayu membuang muka.

"Gue turut berduka cita ya, Live. Maaf gue baru bisa ke sini sama Bayu, Galang nyuruh kita ke sini buat bilang belasungkawa sama lo," ucap Arga.

Olive tertawa pelan. "Kalian bisa telfon gue, kenapa serepot itu sampai ke Surabaya begini?"

"Sandy yang suruh, seribet itu emang anak satu itu. Kalau bukan dia yang nyuruh, gue juga bakalan telfon lo aja daripada jauh-jauh begini." Bayu mendengus.

"Tapi gue juga enggak punya nomor telfon lo," lanjutnya.

Arga menggeleng cepat. "Enggak! Bukan dia yang suruh, gue yang ngajak Bayu. Sekalian–"

"Thanks ya," balas Olive dengan cepat. Dia memaksa kedua sudut bibirnya untuk tersenyum walaupun rasanya sedikit sesak mendengar nama Sandy.

Laki-laki itu benar-benar pergi dari kehidupannya. Sandy tidak ke sini, dia sedang sibuk mempersiapkan kehidupan selanjutnya bersama Adiba 'kan?

"Lo ... baik-baik aja 'kan?" tanya Arga.

Olive mengangguk menyakinkan sambil tersenyum sebisa mungkin. "Gue baik-baik aja, kok. Emang kenapa, sih? Santai aja kali, Ga."

"Bener," celetuk Bayu.

"Lagian cowok bukan cuma dia doang, Olive masih berhak dapat cowok baik selain Sandy. Walau pun dia sahabat gue, tapi gue tau yang mana baik dan buruk untuk cewek."

"Lo diem bisa enggak?"

Arga memukul pundak Bayu karena gemas mendengar setiap ucapan yang Bayu lontarkan begitu frontal. Bayu acuh, dia tetap membuang mukanya karena jengah sendiri.

Olive lagi-lagi tersenyum getir. Dia menarik sejumput rambutnya lalu ia selipkan di belakang telinganya. "Kalian barusan sampai? Kalian tinggal di rumah kosong yang kemarin Galang tinggal, kan?"

Arga mengangguk. "Iya, Yuni udah nyuruh kita buat tinggal di rumah itu. Paling besok kita udah balik, kita ke sini emang bener-bener buat nemuin lo doang. Gue harap lo baik-baik aja, lo bakalan kembali ke sana 'kan?"

Perempuan itu tidak langsung menjawab, dia mengalihkan perhatiannya ke arah mana pun untuk menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Arga barusan. Seharusnya dia tidak selemah ini, hatinya terus merasakan tusukan jarum ketika mengingat semua yang sudah ia lewati selama di Jakarta kemarin.

Bagaimana pun dia akan tetap kembali, tapi jika untuk kembali ke kos itu seperti sudah tidak lagi. Dia harus benar-benar pergi juga dari kehidupan Sandy, dia sudah tidak bisa ia gapai lagi.

Apalagi tawaran Galang kemarin. Rasanya sangat mustahil jika dia bisa melupakan Sandy sepenuhnya kalau dia benar-benar tinggal di rumah itu, buat apa? Yang ada itu akan membuat Olive gila perlahan.

"Gue balik," balas Olive. "Tapi gue bakalan pindah."

Bayu yang tadi membuang muka, kini menatap perempuan yang ada di hadapannya. "Gue enggak bakalan kembali ke sana. Tapi gue tetep balik ke Jakarta."

"Yang penting lo aman," ucap Bayu.

Arga menoleh, menatap Bayu dan mengangguk pelan sembari kembali menoleh ke arah Olive.

"Mau bareng kita?"

Olive mengulum bibirnya pelan, dia terdiam sesaat. Dia mengangguk, sudah saatnya dia kembali berkerja untuk kedua adiknya. Dia tidak bisa terus berdiam diri di sana, adiknya juga butuh biaya. Jika bukan dia, siapa lagi?

"Boleh, tapi gue minta waktu. Lusa kita jalan, bisa?"

.
.
.
Vote dan komen jangan lupa, xixixi.

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang