Hilang - 33

79 35 16
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

Keesokan harinya.

Setelah berbincang bersama Adiba dan memilih untuk mengikhlaskan Sandy untuknya, Olive pun pulang ke kos. Dia langsung saja pergi tanpa berpamitan dengan kedua orang tua Sandy atau pun dengan orang-orang yang ada di dalam kamar itu.

Olive termenung, dia duduk dengan memeluk kedua lututnya di atas kursi. Tatapan mata perempuan itu menjadi kosong, setiap ucapan Adiba terngiang terus menerus berbunyi di hati Olive.

Entah kenapa dia menjadi lebih kasihan, bukan berarti dia merelakan Sandy karena keikhlasannya. Namun, karena dia melihat ada sosok dirinya di dalam Adiba. Perempuan yang kehilangan peran seorang ayah dan memilih jalan hidup yang salah seperti itu. Dia tidak menghakimi Adiba yang terkesan memaksakan dirinya untuk tetap bersama Sandy walaupun Adiba sudah mengucapkan bahwa dia memang cemburu ketika melihat Sandy lebih memilih Olive.

Perempuan berambut sebahu itu menghela napas, dia menoleh menatap dirinya sendiri di pantulan kaca kamarnya itu. Dia sudah bersih, tidak lagi menggunakan baju yang kering sendiri karena hujan deras semalam dan tidak lagi terlihat lusuh. Olive sudah memoles sedikit makeup di wajahnya.

Tok! Tok! Tok!

Olive menoleh, ketukan pintu barusan membuatnya mau tidak mau harus berdiri dan membukanya. Olive menaikan kedua alisnya ketika melihat Hesti berdiri di depan Olive dengan senyuman manisnya. "Saya ganggu, ya?"

"Enggak, kok, Mbak. Kenapa?" tanya Olive tak kalau baik.

"Ada Gibran di ruangan depan," balas Hesti.

Dengan pelan Olive menggerutu lalu memukul keningnya sendiri. Dia lupa meminta izin ke kantor untuk tidak masuk dua hari ini, selain capek dan malas, dia belum bisa banyak berinteraksi ketika sepanjang hari kemarin dia terus berdiam diri dan bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Yaudah, bentar lagi aku ke depan, Mbak."

Hesty hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan Olive. Lagi-lagi Olive mengutuk dirinya sendiri, apa Gibran datang akan memarahinya? Dengan cepat Olive menutup pintunya dan langsung berjalan menuju ruang tengah yang memang biasanya di pergunakan untuk menerima tamu-tamu penghuni kos.

"Hai!" pekik Olive ketika dia sudah berdiri di samping Gibran yang sedang duduk di salah satu sofa. Gibran menoleh, senyumannya melebar ketika melihat Olive yang melambaikan tangan ke arahnya. "Udah lama?"

Gibran menggeleng. "Enggak, baru aja nyampek."

Dengan pelan Gibran menarik tangan Olive untuk duduk, hal itu membuat Olive terdiam ketika Gibran berani menyentuh tangannya lalu memposisikan diri duduk bersebelahan dengannya. "Lo sakit, ya?"

Perempuan berambut sebahu itu menggeleng, tanpa menyadari bahwa tangannya masih dalam genggaman tangan Gibran.

"Terus kenapa dua hari ini enggak masuk? Lo marah sama gue?"

Kali ini Olive mengernyit. "Marah kenapa? Enggak, kok!"

"Siapa tau lo marah karena gue gendong lo sampai kamar kemarin pas lo ketiduran di mobil. Tapi enggak sendirian, ada mbak Hesty juga yang nemenin gue ke di dalam."

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang