Hilang - 25

28 27 21
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

Malam pun berganti pagi, Olive sudah siap dengan pakaian yang ia siapkan sejak tadi malam. Dia berdiri menatap dirinya di pantulan kaca, perempuan itu terdiam cukup lama. Tangannya terangkat melihat cincin yang masih melingkar cantik di jari, cincin pemberian dari Sandy.

"Berarti lo juga enggak punya alasan buat enggak cinta lagi sama dia."

Benar, Olive tidak mempunyai alasan untuk berhenti mencintai Sandy seperti dia tidak mempunyai alasan ketika mulai mencintai laki-laki itu. Dia akan membiarkan cinta itu hilang dengan sendirinya, ia berjanji akan tetap menghilangkan Sandy dari hidupnya.

Olive menghela napas panjang, ditariknya cincin itu dari jari lalu meletakannya kembali ke dalam laci kamarnya. Olive memperbaiki rambutnya lalu mengangguk menyakinkan diri sendiri agar tetap kuat.

Perempuan itu menarik kopernya, membuka pintu dan melihat kedua adiknya, Arga, Bayu dan Yuni yang berdiri di ruang tengah. Olive mendekat, sebisa mungkin ia tetap tersenyum walaupun rasanya berat sekali meninggalkan adik-adiknya bersama Yuni. "Kakak jalan dulu, ya? Kalian jangan macem-macem di sini, turutin apa kata Tante Yuni. Jangan bandel, kalau butuh apa-apa langsung telfon Kakak, jangan repotin Tante Yuni."

Arga dan Bayu saling menatap ketika melihat Olive yang sedikit membungkuk untuk melihat kedua adik laki-lakinya itu.

"Kakak lama enggak di sana?" Tanya Fatah.

Olive menggeleng. "Kakak bakalan cepet balik kalau emang Kakak udah cepet ngumpulin duit buat kalian."

"Dan kamu Reza, jaga diri kamu baik-baik. Kalau bisa jangan keluar malem, Kakak enggak mau denger kabar kamu sakit, ya?" Reza mengangguk. Adik laki-laki satunya ini memang lebih banyak diam, dia lebih terlihat dingin sejak kecil. Beda dengan Fatah yang sangat manja kepada Olive.

"Kakak hati-hati di sana," balas Reza.

Perempuan itu tersenyum lembut, ia menarik Reza dan Fatah secara bersamaan ke pelukannya. Kedua adiknya pun memeluknya begitu erat, rasanya enggan untuk berpisah dengan Olive yang sekarang menjadi satu-satunya yang mereka punya. Ibunya telah meninggal dunia, papanya pun tidak bisa mereka harapkan. Sudah lebih beberapa tahun pergi meninggalkan keluarga ini, tanpa pesan dan kesan yang ia tinggalkan.

Olive tidak bisa membayangkan bagaimana sesaknya kedua adiknya yang mendapatkan waktu dari ibunya lebih sedikit, di usia mereka yang masih begitu muda mereka harus menerima takdir hidup yang sangat pahit.

Olive berjanji, dia akan datang dan kumpul kembali bersama adik-adiknya.

"Kak Yuni, gue titip adek-adek gue, ya? Maaf banget ngerepotin, kalau emang ada apa-apa lo bisa langsung telfon gue," ucap Olive sembari melepas pelukan.

Yuni mengangguk, kini kedua adik Olive sudah berada di rangkulan tangannya. "Santai aja, jangan khawatir kalau sama gue. Mereka bakalan aman, lo jaga diri baik-baik di Jakarta, jangan sampai lo sakit dan kenapa-napa di sana."

Kini, tatapannya beralih ke arah Arga dan Bayu.

"Kalian jaga Olive baik-baik. Gue enggak mau denger kabar buruk tentang cewek satu ini, terutama lo Bayu!"

Laki-laki itu mendelik, ia menatap bergantian ke arah orang-orang yang ada di depannya sekarang. "Apaan langsung nyebut gue? Emang gue apain Olive, cuy? Yang ada noh Sandy, udah pacaran sama Olive malah hamilin si Adiba."

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang