Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.Suara tangisan Olive disepanjang perjalanan membuat Gibran terdiam. Dia menjadi tidak fokus pada setirnya, sesekali menoleh untuk memastikan Olive baik-baik saja.
Sejak pagi tadi memang Olive tampak gelisah, pekerjaannya menjadi sedikit berantakan karena pikiran yang tidak menentu. Perempuan berambut sebahu itu menjadi banyak diam, senyuman yang biasa ia pancarkan hari ini tidak ada. Olive terus menangis, sesenggukan dengan napas yang sesak.
Gibran akhirnya tahu siapa laki-laki yang membuat Olive seperti ini. Tapi laki-laki itu tampak kekeh menyuruh Olive untuk tetap padanya, padahal jelas-jelas hari pernikahan Sandy sudah di depan mata. Gibran juga tahu, Olive pun masih belum sepenuhnya mengikhlaskan Sandy.
Olive menarik napas panjang, berusaha untuk tidak larut dalam tangisannya. Dia merindukan Sandy, tapi sakit rasanya jika terus mengingat kesalahan yang telah Sandy lakukan sehingga mengecewakannya. Sandy adalah laki-laki brengsek yang Sandy sendiri maksud, dia tidak akan membiarkan Olive hidup bersama laki-laki sebrengsek Sandy, 'kan?
Tatapan laki-laki itu membuat Olive kembali mengingat kejadian malam itu. Apalagi yang harus Olive dengar? Kata perpisahan terucap dari mulut Sandy? Itu tidak akan mungkin, Olive bisa gila jika laki-laki itu mengucapkan hal itu.
Perempuan berambut sebahu itu mengusap matanya, rasanya sudah sangat sakit jika terus-terusan menangis. Dia menyandarkan tubuhnya, menatap ke luar sana melihat banyaknya pejalan kaki, kendaraan beroda dua dan empat berlalu lalang berlawanan arah. Keramaian di luar sana sama sekali tidak ada pengaruhnya untuk sepinya hati Olive sekarang.
Di sisi lain, Sandy pun pulang. Dia melajukan motornya menabrak hujan deras malam hari, Sandy tidak peduli dia akan sakit atau apa keesokan harinya, yang dia tahu adalah hatinya sangat sakit saat melihat Olive satu mobil dengan laki-laki lain yang membela perempuan itu tadi.
Siapa laki-laki itu? Apa benar laki-laki itu pacar Olive?
Sandy turun, membuka helmnya sembari berjalan naik ke tangga. Beberapa orang di depan rumahnya yang menjadi tukang penghias rumah pengantin, menatap kedatangan Sandy yang basah kuyup. Laki-laki itu tetap berjalan ketika Adiba datang menghampirinya. "San," panggilnya.
"Lepasin!" teriak Sandy dengan kasar ketika Adiba memegang lengan laki-laki itu.
Semua orang yang di sana langsung menghentikan aktivitasnya, lebatnya hujan tidak menghalang suara keras Sandy ketika membentak Adiba.
"Jangan pernah sentuh gue!" lanjutnya.
"San, lo kenapa sih enggak bisa nerima gue dengan baik?"
"Ya, gimana gue mau nerima lo dengan baik kalau lo aja datang enggak baik-baik ke dalam hubungan gue?! Lo buta atau gimana, sih, ha?! Lo enggak lihat gimana sakitnya gue pisah sama Olive? Lo enggak lihat gimana sakitnya Olive tau lo hamil yang katanya anak gue itu? Gue baru aja ngelamar dia kemarin, tapi tiba-tiba lo datang dengan drama busuk lo ini dan lo berharap gue nerima lo dengan baik? Lo sehat, 'kan?" ucap Sandy dengan napas dan amarah yang menggebu-gebu dahsyat.
Perempuan berambut coklat itu terdiam, matanya menatap mata tajam Sandy dengan berkaca-kaca. Hatinya sangat sakit, dia meneteskan air mata tanpa suara, semua orang di sana lagi-lagi melihat pertengkaran kedua pasangan itu di depan. "Lo mendingan sekarang sadar, gue enggak cinta sama sekali sama lo dan lebih baik lo pergi jauh-jauh dari hidup gue, gugurin kandungan lo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang
Romance[SELESAI] 18+ Sudah tidak heran dengan pergaulan bebas, kan? Sebenarnya aku sedikit syok, apalagi dengan lingkungan baru seperti ini. Ini juga aku lakukan karena terpaksa. Jika bukan karena mamaku yang sedang butuh uang untuk keperluan sehari-hari...