Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.Dengan cepat perempuan berambut sebahu dan sedikit berponi itu turun dari bus sebelum bus itu kembali melaju meninggalkan kota ini. Suara beberapa pedagang keliling menawarkan dagangan, tak kalah dengan suara teriakan beberapa kernet bus atau pun angkot yang juga menawarkan tumpangan sesuai arah tujuan angkutan itu menuju.
Kedua tangan perempua itu sudah terisi, kanan yang berisi tas jinjing dan kiri yang memegang ponselnya. Ia berjalan dengan sedikit menjinjit agar sepatu putihnya tidak mengenai jalanan becek, ia menoleh kesana kemari mencari jalan yang menurutnya cukup aman untuk sepatu putih yang ia kenakan.
Perempuan itu pun mendapatkan jalan yang bagus, dia menggenggam erat ponselnya ketika beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan. Dia berjalan cepat dan masuk ke salah satu warung, perempuan itu duduk dan menaruh tas jinjing miliknya di samping kursi yang ia duduki.
Ponselnya bergetar, setelah membaca nama siapa yang menelfonnya akhirnya ia mengangkat telfon itu.
"Halo," sapanya.
"Lo udah di mana?" tanya seseorang di seberang sana sambil mengembuskan asap rokok dari mulutnya.
Perempuan itu mengangguk walau pun anggukan kepalanya tidak dilihat oleh seseorang yang menelfon nya itu. "Iya, baru aja. Ada yang jemput gue, enggak? Gue udah di warung yang lo suruh kemarin."
"Yaudah, bentar, gue telfon temen gue buat jemput lo di situ," balas seseorang itu.
Telfon itu mati sepihak, ia meletakan kembali ponselnya ke meja yang ada di hadapannya. Mata perempuan berbaju hitam itu kembali melihat ke arah luar warung, ternyata begini suasana kota besar. Sangat amat ramai, pengendara mobil dan motor yang berlalu lalang, pedagang-pedagang kaki lima yang ada di setiap pinggir jalanan dan juga pengemis duduk di tengah-tengah pedagang kaki lima.
Ia mengingat kembali orang tuanya dan dua adik laki-laki yang ia tinggal di Surabaya. Dia juga sebenarnya tidak ingin ke sini, kota yang di mana orang bilang lebih kejam dari pada ibu tiri. Tidak buruk, bahkan beberapa kali ia sudah pernah tinggal di kota ini karena ayahnya memang asli orang Jakarta. Tapi, itu dulu. Sekarang kedua orang tuanya sudah bercerai, ayahnya mungkin sudah mendapatkan keluarga baru, dia juga tidak tahu di mana sekarang ayahnya.
Kehidupan di Surabaya semakin menakutkan, warung ibunya sangat sepi sedangkan kedua adiknya sebentar lagi akan lanjut masuk sekolah SMA. Sudah cukup dirinya tidak melanjutkan kuliah selama beberapa tahun ini, dia tidak ingin melihat adiknya merasakan nasib yang sama.
Melihat ibunya yang selalu mengeluh setiap hari karena keadaan ekonomi, akhirnya ia memilih untuk pergi merantau sendirian. Dengan modal keyakinan dan keberanian saja, dari rumah ia hanya membawa uang satu juta. Belum lagi untuk menyewa kos yang nanti akan ia tempati.
Perempuan itu juga belum tahu tujuan jelasnya ke sini, bahkan dia tidah tahu akan kerja apa nantinya. Kebetulan dia kenal dengan salah satu tetangganya yang katanya pernah bekerja di Jakarta, dia meminta agar tetangganya itu menuntunnya untuk mencari pekerjaan atau pun hanya sebatas tempat tinggal saja. Walau pun dari cara bergaya tetangganya saja dia tidak yakin bahwa dia akan diberikan pekerjaan yang bagus.
"Olive, kan?"
Perempuan itu terkejut ketika laki-laki datang dan menyebut namanya. "Eh, i-iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang
Romance18+ Sudah tidak heran dengan pergaulan bebas, kan? Sebenarnya aku sedikit syok, apalagi dengan lingkungan baru seperti ini. Ini juga aku lakukan karena terpaksa. Jika bukan karena mamaku yang sedang butuh uang untuk keperluan sehari-hari, mungkin ak...