Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
."Maaf, Kak. Mungkin sebaiknya Kakak tunggu di luar, pasien akan ditangani terlebih dahulu sama dokter di dalam."
Olive menggeleng, air matanya begitu deras turun membasahi pipinya.
"Enggak, Sus. Saya mau nemenin pacar saya, Sus, please!!"
Namun, perawat itu hanya tersenyum dan mendorong lembut tubuh Olive lalu menutup pintu ruangan tersebut. Di sana, Olive menutup mulutnya dengan tangan sambil sesekali mengintip ke arah dalam. Dia tidak melihat apa-apa, hanya keheningan di dalam sana.
Olive berjalan ke arah kursi panjang, duduk dengan memeluk tubuhnya sendiri yang basah kuyup. Namun dia tidak peduli akan hal itu, setelah melihat Sandy pingsan tadi pun dengan sekuat tenaga ia berteriak keras meminta pertolongan siapa pun di sana. Dan akhirnya salah satu satpam penjaga komplek tersebut datang, membantu menelfon ambulan dan membantu Sandy dan Olive menuju rumah sakit dengan cepat.
Hatinya sakit sekali. Setelah mendengar semua ucapan Sandy, Olive tahu bagaimana besarnya cinta laki-laki itu kepada dirinya selama ini. Usaha Sandy yang tidak pernah pupus untuk mencari Olive, meminta Olive untuk mendengar penjelasannya sampai mengalami kecelakaan tersebut.
Tangan Olive yang tadi terluka, tubuhnya yang dingin menembus tulang kini seketika hilang ketika melihat Sandy tak sadarkan diri. Tangannya terus berkedut, mata perempuan berambut sebahu itu pun sedikit membengkak karena sedari tadi tak habis-habisnya ia menangis sembari menggenggam tangan Sandy sepanjang perjalanan menuju rumah sakit.
Di sepanjang perjalanan pula otaknya kembali memutar bagaimana pertama kali dia bertemu dengan Sandy. Awal yang membuatnya tertarik ingin mengetahui Sandy lebih dalam dan bagaimana Sandy meneriakinya saat sedang mabuk saat itu.
Semua terekam jelas, tak ada yang kurang atau hilang.
Dan kini telah berjalan sangat jauh. Sandy bukan lagi laki-laki menyebalkan seperti pertama mereka bertemu, dia adalah laki-laki tulus, lembut dan laki-laki yang akan Olive ajak dalam segala hal nantinya. Bagaimana pun, dia akan ikut membuktikan bahwa Sandy tidak bersalah.
***
"Galang!"
Bayu memukul keras pundak Galang yang berhenti menunggu Bayu yang berjalan di belakang menghampirinya. Galang mendengus, menepis kasar tangn Bayu yang memukulnya sehingga pundak Galang merasakan panas mendalam. "Anjing," umpat Galang pelan.
"Ya elah, ke mana aja lo kemarin? Betah amat di rumah emak lo, biasanya juga hidup mati di sini bareng kita."
Galang mengedikan kedua bahunya. "Pengen aja."
"Halah! Bilang aja mau menghindar dari Sandy gara-gara lo enggak mau terus-terusan bertengkar sama dia karena Olive, 'kan?"
"Apaan, sih?"
Galang tak lagi menggubris ucapan Bayu. Dia berjalan meninggalkan Bayu yang berdecak melihat Galang meninggalkannya. Benar, beberapa hari belakangan ini Galang memang tidak berada di rumah tersebut. Dia pergi ke rumah orang tuanya selama kurang lebih empat atau lima hari kemarin.
Tujuannya memang seperti itu. Galang tidak ingin terus menerus melihat Sandy yang pusing karena Olive, begitu pun dengan Galang yang sedang menghindar dari perempuan berambut sebahu itu agar mencegah perasaannya yang semakin tumbuh untuk Olive.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang
Romance18+ Sudah tidak heran dengan pergaulan bebas, kan? Sebenarnya aku sedikit syok, apalagi dengan lingkungan baru seperti ini. Ini juga aku lakukan karena terpaksa. Jika bukan karena mamaku yang sedang butuh uang untuk keperluan sehari-hari, mungkin ak...