Hilang - 19

40 31 22
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

Galang menunduk, ia menggeleng pelan ketika kembali mengingat dirinya yang duduk berlutut di hadapan Olive tadi. Perempuan itu terus menghiasi otaknya, tangisannya masih terdengar jelas di benaknya.

Galang tidak bisa terus begini, Olive bukan siapa-siapa untuknya. Bahkan perempuan itu milik sahabatnya, Sandy. Sandy sudah sangat menyanyangi Olive. Bahkan Galang tahu bagaimana setresnya Sandy ketika Olive memutuskan hubungan mereka. Sandy yang Galang kenal laki-laki yang sangat jahil, tidak bisa diam, suka usil bahkan tidak segan-segan mendekati perempuan mana pun, kini menjadi Sandy yang pendiam, kalem dan bahkan tidak pernah ikut minum semenjak Olive melarangnya.

Sebesar itu dampak perempuan dalam kehidupan laki-laki jika memang dialah tujuan laki-laki itu.

Galang menegakan tubuhnya, ia menoleh melihat mobil yang berhenti tepat di depan kos samping rumahnya. Galang menyipitkan matanya, di sana Sandy membukakan pintu untuk Olive dan keduanya bergandengan masuk ke dalam kos bersama. Sontak saja Galang mengukir senyumannya, Galang tidak bisa membohongi dirinya jika Galang juga menyukai perempuan berparas manis itu.

"Woi!"

Galang mengerjap kaget ketika tepukan tangan itu mengenai pundaknya. Galang menoleh, mendapati Bayu yang datang dengan sebotol minuman yang ada di genggaman tangannya. "Ngapain?"

Galang tidak menjawab, namun Bayu tahu apa yang sedang Galang lihat sekarang. "Oh," lanjutnya. "Lo suka juga sama Olive?"

Lagi-lagi Galang hanya memilih diam. Bayu berdecih pelan, memalingkan wajahnya sambil meminum botol itu untuk kesekian kalinya sehingga kini tatapannya menjadi sedikit sayup. Bayu kembali menoleh, tertawa pelan tanpa sebab.

"Cantik, sih. Gue juga akuin dia cantik," ucap Bayu.

"Ini bukan karena cantik atau enggaknya," balas Galang.

Hanya itu. Galang pun diam sesaat setelah mengucapkan ucapan itu, ia menunduk memejamkan matanya. Menghela napas pelan dan mendongak cepat untuk melepaskan kesesakan dalam dadanya, Galang menggeleng. "Gue jadi dejavu kalau lihat dia."

"Kenapa? Inget mantan lo yang meninggal?" tanya Bayu tanpa menunggu jawaban Galang. "Gue kira lo bakalan jadi homo setelah mantan lo yang kemarin meninggal."

"Bukan," Galang menggeleng.

"Dia persis anak perempuan yang gue tolong waktu itu nangis karena diusilin sama sepupu gue, Joy. Dan kejadian itu udah lama banget, waktu gue kecil." Galang mengingat kembali bagaimana raut wajah kesal sekaligus sedih anak perempuan itu.

"Joy?" Ulang Bayu memastikan. Setelah itu laki-laki yang memegang botol minuman keras itu tertawa keras dan memukul pelan pundak Galang. Dia seakan-akan tahu siapa pemilik nama itu.

"Tapi lo beneran suka sama Olive, kan?" tanya Bayu lagi. "Lo percaya cinta?"

Galang tidak tahu. Dia pun memilih untuk tetap mengatup mulutnya rapat-rapat sambil menatap Sandy yang keluar dari kos sana. Laki-laki bertubuh tinggi itu terlihat bahagia, memutar-mutar kunci mobil di jarinya sembari sesekali bersiul. Sandy tentunya langsung berjalan ke arah rumah sebelah kos, yang di mana Galang dan Bayu berada sekarang.

Dia tidak tahu dengan perasaannya. Apa dia betul menyukai Olive? Tapi dia tidak ingin melukai hati sahabatnya sendiri. Tidak mungkin dia akan merusak persahabatannya yang sudah sejak kecil ia jaga bersama, dengan gampangnya ia hancurkan karena seorang perempuan saja.

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang