Hilang - 9

49 39 21
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca🖤
.
.
.

Demi mengambilkan Mitha air, akhirnya Olive keluar dari kamar. Ia berlari cepat agar sampai di dapur, sadar karena penampilannya yang cukup seksi menurutnya. Walau pun itu hanya dress, tapi menurut Olive ini sangat pendek sampai pahanya terlihat jelas.

"Kenapa Mitha?"

Olive langsung menoleh cepat, ia menghela napas ketika melihat Ara dan Geby di belakangnya. "Ngagetin gue aja!"

Ara berdecih, ia melirik ke arah pintu kamar Olive yang terbuka itu. Perempuan itu meneguk pelan air yang ada di gelas dalam genggamannya, ia kembali menatap Olive.

"Pasti dia hamil, kan?"

Perempuan berambut sebahu itu mengerjap. Geby terkekeh, sembari menoleh Geby melipat tangannya di depan dada. "Gue sama Ara tadi ketemu dia di apotik, dia kayak takut gitu pas ketemu kita. Eh, ternyata emang lagi beli tespack, kan."

"Makanya jadi cewek jangan munafik! Sok-sokan ngatain orang jual diri, kita lebih berharga dari pada lo yang gratisan, tolol!" teriak Ara.

Olive mendelik mendengar suara Ara yang sangat keras. Dia beberapa kali menoleh ke arah kamarnya berharap Mitha tidak mendengar ucapan Ara. "Heh, Olive! Gue kasih tau, ya. Lo jangan sekali-sekali deket sama cewek munafik itu, lo enggak tau kalau di belakang lo dia gimana. Giliran sedih-sedih gini dia datengin lo, nangis-nangis sama lo. Kemarin enak-enak ngewe sama pacarnya kagak mikirin nasib! Malu, anj*ng!"

"Eh, udah-udah, jangan teriak-teriak," pekik Olive.

Suasana semakin riuh, Olive benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. "Kita jual diri di sini biar dapet duit, untung-untung dapet duit. Dari pada situ, udah gratisan malah dapet bayi!" lanjut Geby tak kalah kuat.

Dan yang di takuti pun terjadi. Mitha keluar dari kamar Olive dengan napas yang memburu, ia mendekat dan berdiri tepat di hadapan Ara, Geby dan Olive. Ara dan Geby yang melihat kehadiran Mitha, dua perempuan itu langsung menegakan tubuhnya. Mereka tidak ada takutnya, dengan berani melangkah maju menghadap langsung dengan Mitha yang matanya memanas.

"Maksud lo apa teriak-teriak kayak gitu? Tau apa lo tentang gue di sini?"

Ara tertawa remeh. "Mitha..., Mitha. Lo kira gue goblok? Gue tau apa yang lo beli di apotik tadi, lo kira gue enggak nanya?"

"Ya, terus, urusan lo sama gue apa?!" balas Mitha dengan keras. "Lo kalau enggak tau apa-apa enggak usah ngebacot!"

Suasana semakin memanas. Olive sedikit memundurkan tubuhnya, ia mendekat ke arah Mitha walau pun dia belum berani memegang tubuh perempuan itu. "Heh, lonte! Gue kasih tau lo, ya, sekali lo ngurusin kehidupan gue di luar kayak gimana, gue juga bakal ngurusin kehidupan gratis lo ini sampai gua mati!" ucap Ara penuh tekanan.

"Lo kira gue enggak tau setelah apa yang lo omongin ke anak-anak kos lainnya? Lo bilang gue lonte paling enggak laku, lonte murahan dan oh, ya, lo bilang gue kerja karena orang tua gue yang enggak mau ngurusin gue. Sebaik apa, sih, orang tua lo sampai lo berani banget nyebut-nyebut orang tua gue? Lo pikir Adiba, Mawar dan Ziva di atas sana enggak ngomong ke gue?" lanjut Ara.

"Ternyata mulut lo busuk, tau enggak?" Tambah Geby.

PLAKK!!!

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang