28

55.2K 4.1K 244
                                    







28

Laju lari kuda yang kencang menerbangkan tudung jubah Peony ke belakang hingga terlihat lah wajah dan warna rambutnya. Tak ada yang mengenalinya, tentu saja.

Gerbang istana ketat untuk dilalui secara sembarangan. Namun, begitu gerbang dilalui oleh para pedagang, meski penjaga gerbang ibu kota mengarahkan tombak kepada Peony, tetapi dengan modal nekat, Peony tetap menerobos.

Karena tekad kuatnya itu, dia berhasil lolos. Kuda istana yang didandani khas menjadi penyebab para Kesatria penjaga gerbang ibu kota mengurungkan niat mereka untuk menombak maupun memanah kuda itu. Mereka memilih untuk mengejar Peony dengan menunggangi kuda masing-mason.

Meski Peony ingin mati, tetapi tetap saja jantungnya berdegup kencang karena benda-benda tajam itu yang mengarah padanya.

Peony terus berada dalam kejaran para Kesatria. Satu-satunya tempat untuk terhindar dari mereka adalah hutan.

Peony membelokkan kuda dan menoleh ke belakang, para Kesatria semakin dekat. Peony meneguk ludah, kembali memandang ke depannya di mana hutan yang gelap menyambut kedatangannya.

[]

"Apa kau bilang? Coba katakan sekali lagi." Telunjuk dan jari tengah tangan kanan Khezar bergantian mengetuk meja dengan perasaan tak keruan.

Sir Archie kembali menunduk dan membisikkan hal tak masuk akal. "Nona Peony telah memanfaatkan Saintess untuk kabur dari istana. Sekarang Nona Peony sedang dalam pengejaran Kesatria penjaga gerbang di dalam hutan."

Kabur. Satu kata yang membuat Khezar berdiri buru-buru dan nyaris menggebrak meja. "Maafkan saya, Tuan-Tuan. Ada hal mendesak yang harus saya selesaikan terlebih dahulu. Permisi." Bahkan tak perlu menunggu balasan tamu dari Timur kekaisaran, Khezar langsung melangkahkan kedua kakinya keluar dari ruang pertemuan. 

Langkahnya langsung menuju kamar tamu, tempat di mana Saintess Cecilia berada saat ini. Kamarnya sedikit terbuka. Khezar masuk dengan buru-buru sementara seorang dokter istana yang rambutnya setengah beruban sedang menangani Saintess.

"Yang Mulia." Dokter sedikit menjauh dari tempat tidur. Saintess Cecilia sedang duduk bersandar di kepala ranjang. "Nona Peony memukul titik vital Saintess hingga Saintess pingsan."

Jujur saja, Khezar tak peduli Saintess. Khezar menatap sepasang mata Saintess Cecilia, meminta penjelasan detail tentang Peony. "Bagaimana Peony bisa kabur? Aku yakin dia tak akan bisa pergi jika kau dan Kesatria-mu tidak ceroboh."

"Maafkan saya, Yang Mulia." Saintess Cecilia menunduk dalam-dalam dengan air mata berjatuhan di selimut yang menyelimuti setengah tubuhnya. "Kami minum teh dan saya pikir telah akrab pada Nona Peony karena umur kami sama. Dia ingin bermain ke kamar saya. Ketika Nona Peony bertanya tentang topeng sihir yang ingin kugunakan menyamar di kondisi darurat, dia merebutnya dari saya dan mengubah dirinya menjadi diri saya. Saya tak ingat apa pun lagi setelah itu. Pelayan masuk dan menemukan saya tergeletak di lantai."

Sudah cukup mendengarkan perkataan Saintess Cecilia. Khezar berbalik dan segera keluar dari kamar tamu. "Sir Archie, kumpulkan semua prajurit untuk mulai melakukan pencarian. Aku akan pergi lebih dulu."

"Baik, Yang Mulia."

Khezar mengusap wajahnya. Bagaimana mungkin seseorang yang hidup selama belasan tahun di paviliun belakang istana bisa menunggangi kuda sampai memasuki hutan yang jauh itu?

[]

Jika bukan karena bulan purnama dan lampu-lampu sihir yang dibawa oleh masing-masing prajurit, hutan itu sudah gelap gulita.

Tenggorokan Khezar kering, nyaris sulit menelan saliva. Anjing-anjing pelacak berhasil menemukan kuda yang Peony tunggangi. Tali kuda itu terikat di pohon. Ada rumput-rumput yang disiapkan di dekatnya. Ada sepasang sepatu di tepi sungai yang begitu Khezar kenali.

Sepatu itu milik Peony. Selain itu tak ada jejak lagi selain dugaan bahwa Peony menceburkan diri ke dalam sungai yang airnya mengalir deras.

"Yang Mulia, sepertinya Nona Peony—"

"Tetap lakukan pencarian!" seru Khezar dengan mata berkaca-kaca. "Arahkan perahu ke sungai dan lakukan pencarian di sepanjang sungai. Jangan berhenti sebelum menekukannya. Sir Archie! Cepat panggil penyihir istana! Jika kita bisa menemukan Peony dalam keadaan tak bernyawa, maka kita bisa membangkitkan kembali jiwanya!"

Sir Archie meneguk ludah. "Tapi, Yang Mulia.... Sihir membangkitkan orang mati adalah sihir terlarang...."

Khezar menoleh pada Sir Archie. "Apakah kau baru saja membantah perintahku?"

"Saya akan segera ke istana, Yang Mulia!" Sir Archie mengarahkan kudanya memutar.

Khezar menatap kembali sungai yang mengalir deras memantulkan cahaya dari rembulan.

Jika Peony melompat ke sana, maka mustahil dia bisa hidup.

[]

Satu minggu kemudian.

Lima orang yang berada di atas masing-masing kuda mereka sedang memantau desa terdekat dari atas tebing bersalju. Illias menarik tali kuda, mengarahkannya untuk berbalik. "Para bandit tak akan mungkin memunculkan diri lagi. Ayo kembali ke mansion. Panggil yang lain."

"Tuan Duke!" Jim, salah satu bawahan Illias berlari ke arah Illias dengan menunggangi kuda. Dia berhenti dengan telunjuk yang menuju ke sebuah arah. "Kami melihat seorang perempuan yang nyaris pingsan. Di sana sudah ada Floyd dan Gery yang menunggu arahan Anda selanjutnya."

"Tunjukkan jalannya." Illias segera mengikuti Jim. Lima prajurit lain di belakangnya ikut pergi. Tak butuh waktu lama hingga mereka tiba di tujuan. Illias menarik tali kuda hingga kuda yang ditungganginya berhenti.

Floyd dan Gery nampak kebingungan, berdiri tak jauh di dekat seorang perempuan berambut hitam yang sedang berjongkok, menggigil di dalam tiga jas yang sepertinya milik Floyd, Jim, dan Gery.

Illias segera turun dari kudanya. Perempuan itu mendongak. Mata hijau yang tak asing membuat Illias sedikit terkejut. Rambut hitam dan iris mata hijau, mengingatkannya akan Peony kecil.

Mata perempuan itu terbuka lebar sesaat setelah memandang Illias, bibirnya yang bergetar karena dingin sepertinya kali ini bergetar karena hal lain. Dia berdiri hingga semua jas di tubuhnya jatuh. Kini perempuan itu hanya mengenakan gaun dan kaki telanjang yang tertimbun salju tebal.

Illias tak menduga perempuan itu akan melompat ke pelukannya bahkan sampai mengaitkan kedua kaki di punggung Illias. "K—kau! Apa yang kau lakukan!"

Bahkan para prajurit hanya bisa melotot kaget.

Perempuan itu menangis terisak di pelukan Illias dan berteriak dengan bahasa yang tak Illias pahami. "KAK RAMA! TERNYATA HIDUP JUGA DI DUNIA INI, HUWAAA! AKU NGGAK JADI MAU MATI! AKU BAKALAN HIDUP SELAMANYA DI SINI!"

[]

.

.

a.n:

Baca lebih cepat di karyakarsa: kandthinkabout https://karyakarsa.com/kandthinkabout

saran kalau mau beli kakoin lebih baik belinya dengan login lewat website https://karyakarsa.com karena lebih murah

setiap kali cerita ini tamat di wattpad, mungkin satu bulan sejak part terakhir update di wattpad, semua part cerita ini akan di-unpublish kemudian dipublikasikan ulang dari part awal. hanya repost. tidak ada yang berubah/diubah. di wattpad akan terus update sampai tamat lagi. polanya akan terus berulang seperti ini. (jadi jangan sampai kalian nabung terlalu lama tahu-tahu cerita ini sudah tamat dan publish ulang, kalian capek nunggu dari awal lagi)

PEONY - Antagonist's Sex SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang