36

37K 3.4K 179
                                    



36

Mata Illias terbuka.

Perasaannya tidak nyaman. Apakah Peony baik-baik saja? Sudah cukup dirinya kurang tidur di malam pertama Kaisar menginap di mansion ini. Mengapa juga harus ada badai? Jika bukan karena cuaca, maka Peony sudah keluar dari persembunyian.

"Haaa." Illias terduduk di tepi tempat tidur, menunduk dan merenung. Dia pandangi kedua jemari tangannya yang saling bertautan.

Perasaannya tidak enak. Gara-gara pelayan itu yang menarik perhatian Kaisar.

Kaisar Khezar tak akan berhenti jika hal yang membuatnya penasaran tak dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Saat kecil, Kaisar bahkan membelah perut katak dan mayat manusia hanya untuk mengetahui apakah isi di dalam perut katak sama dengan isi perut manusia.

Perasaan khawatir akan Peony yang ketahuan Kaisar Khezar begitu mengganggu pikirannya. Illias beranjak dari tempat tidur. Dia berjalan keluar dari kamarnya. Illias akhirnya menginjak lantai empat mansion dan terus berjalan hingga berhenti di depan pintu kamar Peony.

Ketika tatapannya tertuju pada gagang pintu yang rusak ditambah suara teriakan Peony dari dalam sana, Illias tak berpikir dua kali untuk mendorong pintu kamar tersebut hingga akhirnya dia masuk ke dalam kamar itu, berhenti di dekat pintu, memandang Peony yang duduk di atas perut Kaisar dengan tangan yang terangkat, siap menampar pipi orang nomor satu di Kekaisaran Ephraim.

"Kakak! Aku bisa menjelaskannya!"

"Hei..., adikmu telah menyiksa seorang Kaisar." Bukannya marah, Kaisar Khezar malah tersenyum semringah. Perasaan Illias tak enak akan ucapan selanjutnya yang mungkin akan dimanfaatkan Kaisar. "Karena dia telah bersikap kurang ajar, aku akan membawanya ke penjara istana. Tenang saja. Dia tak akan di penjara di penjara bawah tanah, tetapi penjara khusus yang jauh lebih nyaman dari kamar yang kau sediakan di sini untuknya."

[]

"Peony.... ha...."

Takut! Peony berhadapan dengan musang birahi. Sungguh. Terkadang Kaisar merapatkan tubuh mereka, lalu Peony akan histeris. Teriakan Peony akan dihentikan oleh bibir Kaisar yang melumat bibirnya.

"Berhentiiii!" Peony sekuat tenaga mendorong wajah Kaisar dengan kedua tangannya. "Jika aku hidup di dalam novel, maka aku tidak mau berada dalam novel dewasa!"

Kaisar mengernyit. "Apa yang kau katakan?" Lalu laki-laki itu menangkap tangan Peony dan mencium telapak tangannya.

"Ini pemerkosaan!" seru Peony.

Kaisar berhenti, lalu dia berbaring di samping Peony yang baru saja duduk. Kedua lengannya terlipat di bawah kepala sembari memandang Peony dengan mata sayu. "Kalau begitu, kau saja yang memerkosaku. Aku rela."

Peony geregetan sampai kedua tangannya naik dan kaku. Ingin mencekik leher Kaisar, tapi dia langsung sadar. Kaisar itu gila. Peony menghela napas. "Keluarlah."

"Kita belum saling melepas rindu." Kedua tangan Kaisar memegang masing-masing pinggang Peony dan mengangkat perempuan itu ke atas perutnya.

"Lepaskan aku!" Peony berusaha menarik jari-jari Kaisar yang begitu kuat di pinggangnya. "Lepaskaaan!"

"Tidak mau."

Peony mengangkat tangannya dan telapak tangannya yang tipis itu menampar keras pipi Kaisar.

Si gila itu malah menatap Peony dengan senyum kecil. Wajah Kaisar memang memerah, tetapi bukan hanyaa merah karena tamparan Peony, tetapi karena laki-laki itu cabul. "Tampar aku lagi. Kau membuatku bergairah."

PEONY - Antagonist's Sex SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang