37

33.2K 3.2K 153
                                    



37

Khezar, Duke Illias, dan masing-masing prajurit mereka memulai pencarian di waktu dini hari. Melewati salju yang dingin menembus pakaian, mereka menyebar di sepanjang wilayah duchy sembari memegang penerangan lampu sihir.

"DIA PASTI BELUM TERLALU JAUH!" seru Khezar. Perasaan takut kehilangan untuk kedua kali yang menyelimutinya, membuat air matanya nyaris membeku di pipi. Dia menarik tali kuda, menghentikan kuda ketika mendapati pergerakan di dekat pepohonan. Tak ada manusia. Hanya hewan kecil yang berusaha bersembunyi setelah melihat banyaknya manusia yang menunggangi kuda.

"Aku mohon, Peony," bisik Khezar. "Berhenti kabur dariku lagi."

[]

Dini hari, penghuni mansion dihebohkan akan berita menghilangnya Peony. Tak ada yang bisa tidur. Nyonya Teresia, Tuan Raymond, sampai pelayan-pelayan dibangunkan untuk mencari keberadaan Peony.

Duke Illias dan Kaisar Khezar bersikeras mencari di penjuru ruang, bertanya pada pelayan-pelayan perempuan sekiranya di dalam kamar mereka Peony sedang bersembunyi. Namun, semua menggeleng. Tak mungkin di antara mereka ada yang berani berbohong pada keluarga Herschel. Apalagi kepada seorang Kaisar.

Karena kabar Peony yang menghilang, Nyonya Teresia shock berat. Sejak terbangun dini hari, dia tak bisa tidur ditambah dengan kepala berdenyut-denyut sakit. Satu jam pertama menangisi Peony, terisak pilu hingga menarik perhatian para pelayan.

Hingga matahari terbit, tak ada yang bisa tidur. Tim pencarian yang terdiri dari ratusan orang, gabungan dari prajurit keluarga Herschel dan pasukan Kekaisaran, belum juga kembali.

Para pelayan langsung bekerja pagi-pagi dengan mata yang berat setengah mengantuk.

"Ah, aku harus mengikat rambutku." Joanna menepuk Grania yang tampak tak bersemangat. "Aku akan mengambil ikat rambutku di kamar."

Setelah Grania mengangguk, Joanna segera keluar dari ruang pencucian pakaian menuju kamarnya di lorong kamar para pelayan perempuan. Dia berhenti di depan pintu kamarnya dengan sedikit linglung karena kekurangan tidur, lalu mendorong pintu kamarnya yang tak terkunci.

Ketika berada di dalam sana, dia mengangkat kedua tangan dan merenggangkannya. Dia tatap meja kecil di sudut kamar, mencari-cari tali untuk mengikat rambutnya. Gerakan yang terlihat di atas tempat tidur lewat ekor mata, membuat Joanna langsung mematung. Dengan gerakan leher yang patah-patah, dia menoleh. Ditatapnya gundukan selimut seperti ada seseorang di balik selimut tipisnya itu.

"S—siapa?" tanya Joanna, berbisik takut. Tak ada suara, membuatnya mendekat dan memegang ujung selimut dengan ujung ibu jari dan telunjuknya. Perlahan dia angkat selimut itu dan ketika menemukan rambut hitam yang berarti di dalam sana adalah manusia, Joanna langsung histeris.

[]

Di tengah-tengah mansion lantai satu, tepatnya di depan tangga, berdiri Peony, Nyonya Teresia dan beberapa pelayan yang berkumpul menunggu arahan.

"Sungguh. Mengapa mereka berlebihan sampai berpikir aku kabur?" Peony memijat pelipisnya.

"Kau bertanya seperti itu setelah semua yang terjadi?" tanya Nyonya Teresia dengan rahang mengeras dan air mata yang terakhir kali keluar dari matanya beberapa menit lalu. Dia peluk Peony dengan sayang. "Peony! Hampir tiga ratus orang mencarimu, termasuk Yang Mulia Kaisar dan Illias!"

"Aku tahu. Aku tahu." Peony menghela napas. "Maksudku, aku hanya memilih tidur di kamar Joanna karena malas mendengarkan perdebatan mereka..., tetapi kenapa berakhir seperti ini...? Aku juga tidak menyangkanya Ibu."

"Maafkan aku, Nyonya! Maafkan aku, Lady!" seru Joanna dengan tubuh gemetar dan terisak pelan. "Duke Illias dan Yang Mulia Kaisar telah bertanya tentang keberadaan Lady Peony yang mungkin bersembunyi. Saya baru ingat bahwa semalam ada Lady Peony masuk ke kamar saya dan izin tidur di samping saya, tetapi karena setengah sadar karena terlalu mengantuk, saya jadi tidak fokus...."

Peony menjauh dari pelukan Nyonya Teresia dan dia usap bahu Joanna. "Tidak apa-apa, Joanna." Peony menatap Kepala Pelayan. "Tuan Raymond, prajurit Herschel tidak pergi semua, kan? Harus ada satu utusan untuk mendatangi Yang Mulia Kaisar dan lllias dan memberi kabar bahwa aku telah ditemukan."

[]

"HAHAHAHAHA!" Kaisar terbahak dan menjadi perhatian prajurit baik dari Kekaisaran maupun Herschel.

Prajurit Herschel yang baru saja memberikan kabar bahwa Peony sebenarnya ada di mansion sejak semalam tampak tubuhnya gemetar beserta gigi-gigi yang terlihat bergemelatuk. Mungkin dia berkeringat karena rasa takut tiba-tiba yang menderanya ditambah berada di tempat bersalju.

"Apa kau bilang? Peony ternyata ada di mansion? Seorang pelayan setengah sadar saat Peony-ku masuk?"

Kening Illias bergerak. "Peony-ku...?"

"Hah. Dia benar-benar menggemaskan," kata Kaisar, tersenyum lebar dengan tatapan yang tertuju pada prajurit Herschel seolah kata menggemaskan itu dia tujukan pada prajurit Herschel.

Illias hanya bisa terdiam. Dia juga terkejut karena kebodohan sendiri yang tak mencari Peony dengan baik. Namun, dia tak bersikap berlebihan seperti Kaisar. Beberapa jam lalu saja Kaisar menangis seperti anak kecil. Bukannya diam-diam menjaga wibawanya sebagai seorang pemimpin, dia menangis di depan para pasukan.

Illias saja bisa menahan tangisnya di depan para prajuritnya. Kaisar saja yang memang tak ada malunya.

"Baiklah. Hentikan pencarian dan kembali ke mansion Tuan Duke!" perintah Kaisar Khezar sembari menarik tali kuda, mengarahkannya menuju mansion keluarga Herschel.

[]

Ketika gerbang besar itu terlihat baru saja naik, Peony langsung mengangkat gaunnya dan berlari ke lantai bawah untuk menyambut orang-orang yang telah mencarinya. Sebagai permintaan maaf agar Joanna tak dipecat, Peony menyuruh perempuan itu agar membuat kue kering yang telah dia ajarkan untuk dibagikan kepada para prajurit nantinya. Enak dicelupkan di susu atau teh.

Peony tiba di ambang pintu depan beranda rumah bertepatan dengan satu-satunya orang yang baru saja datang. Duke Illias dan yang lain belum terlihat. Hanya Kaisar Khezar yang tampak tak sabaran turun dari kudanya. Laki-laki itu berlari menaiki tangga dan langsung menarik Peony ke dalam pelukannya.

"Tidak! Turunkan aku!" seru Peony, sesak napas. Kedua alas sepatunya bahkan tak menginjak lantai karena Kaisar memeluknya sembari mengangkatnya.

"Peony...." Kaisar menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Peony. "Aku kedinginan. Tolong hangatkan aku dengan tubuhmu."

Peony mendelik tajam. "Dasar Kaisar gila mesum!"

[]

.

.

a.n:

Baca lebih cepat di karyakarsa: kandthinkabout https://karyakarsa.com/kandthinkabout

saran kalau mau beli kakoin lebih baik belinya dengan login lewat website https://karyakarsa.com karena lebih murah

setiap kali cerita ini tamat di wattpad, mungkin satu bulan sejak part terakhir update di wattpad, semua part cerita ini akan di-unpublish kemudian dipublikasikan ulang dari part awal. hanya repost. tidak ada yang berubah/diubah. di wattpad akan terus update sampai tamat lagi. polanya akan terus berulang seperti ini. (jadi jangan sampai kalian nabung terlalu lama tahu-tahu cerita ini sudah tamat dan publish ulang, kalian capek nunggu dari awal lagi)

PEONY - Antagonist's Sex SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang