31

20.9K 2K 185
                                    



31

"Apa ... yang kau katakan baru saja?" Perempuan berumur tiga puluh delapan tahun itu menatap Illias dengan pandangan tak percaya. "Anak itu?"

Illias mengangguk. Setelah mempercayakan Peony kepada Kepala Pelayan, Illias langsung mendatangi Ibu di rumah kaca. Sejak Ayah meninggal, Ibu selalu menghabiskan waktu di rumah kaca dan mengurus berbagai tanaman dibanding bergabung dengan para Nyonya bangsawan sosialita.

"Siapa namanya tadi?" Ibu memegang cangkir tehnya yang masih baru. Ekspresi tidak senang tergambar di wajah Ibu. Meski tampang Ibu menurut kebanyakan orang memiliki garis wajah tegas hingga selalu terlihat marah, tetapi Illias bisa membedakan mana marah yang sebenarnya mana yang tidak.

Kali ini, Ibu terlihat sedikit terkejut yang bercampur dengan ketidaksukaan.

"Namanya Peony," balas Illias.

Ibu mendengkus. "Kabur dari istana dan meminta pertolonganmu. Bukankah anak itu tak tahu malu? Dia pasti telah melakukan kesalahan besar dan sekarang ingin menyeretmu ke jurang kesalahannya."

"Ibu...." Illias menaruh tangan kanannya di atas punggung tangan Ibu. "Peony hanyalah seorang anak yang tidak bisa memilih untuk lahir di Ibu yang mana. Jika dia bisa memilih, maka mungkin dia akan memilih lahir di rahim seorang ibu dengan pernikahan sah."

Illias mencoba untuk membujuk. Seperti apa yang sudah dia katakan kepada Peony tadi, dia tak peduli pada Peony. Illias hanya terganggu pada fakta bahwa Peony merupakan darah daging Ayah.

Bagaimana mungkin Ayah menelantarkan anaknya sendiri setelah apa yang dia perbuat? Tak ada pertanggungjawaban sama sekali. Duke Caldwell adalah pemimpin wilayah yang baik, tetapi buruk dalam memimpin sebuah keluarga.

Ibu yang mengusir Peony dan ibunya belasan tahun lalu adalah bentuk dari rasa sakit hati Ibu, tetapi meskipun begitu, seharusnya Ayah tetap memberikan kasih sayangnya kepada Peony karena merupakan anak kandungnya.

Peony telah kehilangan sosok Ayah sejak kecil. Meskipun memiliki ayah tiri yang merupakan seorang Kaisar, anak-anak kandung Kaisar Philemon sendiri terabaikan. Apalagi Peony yang hanyalah anak tiri.

Illias ingin menebus semua kesalahan Ayah, dengan cara memberi perlindungan kepada Peony.

"Peony berbeda dengan ibunya," bisik Illias. "Dia kabur dari istana karena tak ingin menjadi gundik Yang Mulia. Dia bahkan rela mati, melewati badai salju dengan pakaian setipis itu, demi bisa sampai ke tempat kita."

Ibu menghela napas panjang. "Benar bahwa Peony tak salah apa pun, tetapi hanya dengan mendengar namanya saja mengingatkanku akan masa lalu."

"Aku adalah kakaknya dan siap bertanggung jawab dengan semua yang terjadi padanya," kata Illias dengan tegas. "Jika dia meminta untuk dilindungi dari Yang Mulia, maka aku rela mempertaruhkan nyawaku demi menyembunyikannya di sini."

Ibu memejamkan mata. "Jika kau dihukum atas dasar membohongi Yang Mulia, maka semua yang ada di mansion ini juga akan kena hukuman." Pejaman matanya terbuka dan memandang Illias lekat-lekat. "Kau bahkan rela mempertaruhkan nyawa ibumu hanya demi anak yang bahkan baru bertemu denganmu lagi setelah sekian lama?"

"Karena aku baru bertemu dengannya lagi, aku merasa... jika aku tidak melindunginya, aku akan gagal menjadi seorang pemimpin. Dia anak Ayah dan aku adalah kakaknya. Dia bagian dari Herschel. Memiliki darah Herschel. Sekarang dia telah menjadi tanggung jawabku."

Ibu menghela napas dan memalingkan pandangannya ke dinding kaca yang memperlihatkan salju yang berjatuhan di luar sana. "Dia bahkan sudah dewasa dan bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Baiklah. Jika kau ingin melindunginya, maka itu pilihanmu. Ibu tak punya hak untuk melarangmu. Kau seorang Duke. Tahu mana yang terbaik," Ibu memandang Illias, "dan benar ... Peony tak pernah memilih untuk terlahir dari rahim siapa. Begitupun dengan Ibu yang tak bisa menahan rasa benci padanya."

PEONY - Antagonist's Sex SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang