15

66.8K 4.3K 41
                                    



15

Peony mengusir semua pelayan dari kamar setelah dia sarapan di kamar. Dia hanya ingin berdua dengan Red. Karena tidak ada siapa pun, Peony membuka gaunnya hingga dia hanya memakai pakaian tipis semata kaki yang merupakan dalaman. Ini sejuk. Seperti memakai daster.

"Red, tadi malam aku bermimpi tentang si gila. Dia muncul di mimpiku! Ugh, benar-benar menyebalkan. Bahkan dia masih mesum di dalam mimpi." Peony menceritakan kejadian di mimpinya pada Red yang duduk di pangkuannya. "Ah, aku belum mengatakannya, ya? Si gila yang aku maksud itu Khezar. Orang nomor satu di Kekaisaran Ephraim. Bagiku dia tak lebih dari laki-laki mesum."

Peony menyandarkan kepala belakangnya di sandaran ranjang. Dia merenung sembari mengusap bulu halus Red. Peony menghela napas panjang. "Jika tidak ada yang mau membunuhku, aku harus kabur."

Red mengangkat kepalanya dan memandang Peony dengan mata menyipit.

"Aha! Aku punya ide." Peony menunduk, lalu menjepit tangannya di ketiak Red. Diangkatnya kucing itu ke atas sembari mendongak. "Kata Khezar, aku ini cantik. Peony juga jarang keluar dari paviliun sehingga jarang sekali bertemu dengan laki-laki. Jadiii, jika aku menggoda seorang prajurit biasa yang ada di istana, jika dia jatuh cinta pada kecantikanku, aku akan mengajaknya untuk kawin lari!"

Red menggeram. "Meong!"

Peony menaikkan alis. "Tentu saja aku akan mengajakmu pergi! Aku tidak berencana untuk hidup dengan prajurit itu apalagi benar-benar menikah. Aku hanya akan memanfaatkannya untuk kabur dari istana!"

Red menggeram, entah karena apa. Peony menurunkan Red dan segera turun dari tempat tidur untuk memakai gaunnya yang tersampir di kursi. Red turun dari tempat tidur dan duduk di dekat pintu, menatap Peony dengan tatajam tajam.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Peony berjongkok di hadapan Red setelah selesai memakai gaunnya kembali. Telunjuknya mendorong pipi Red yang imut. "Apakah kau cemburu?" Peony mengangkat Red sambil berdiri, lalu mencium pipi Red dengan brutal. Sesekali menggigitnya gemas. Red tampak pasrah. "Ayo kita keluar dari sini."

Peony membuka pintu. Pelayan-pelayan pribadinya ternyata menunggu di luar kamar. "Nona!" Mereka membelalak. "Kucing...?"

"Red adalah hadiah dari Yang Mulia. Di mana tempat latihan prajurit? Antarkan aku ke sana."

[]

Tadinya Peony ingin mengusir para pelayan pribadinya, tetapi mereka sepertinya senang mencuci mata melihat para prajurit bertelanjang dada dan sedang duel di lapangan.

Peony mengelus Red di gendongannya. Matanya membidik prajurit satu per satu. Meski tak boleh melihat dari kovernya, tetapi Peony akan menggunakan intuisi, mencari tampang-tampang laki-laki yang sekiranya gampangan dan bisa dibodohi.

Dia tak akan mendekati yang bergelar Kesatria karena yang bergelar Kesatria pasti akan setia pada Khezar. Jadi, Peony harus mendekati prajurit biasa.

Peony harus mendekati mereka satu per satu untuk melihat ekspresi mana yang terlihat jelas tertarik akan kecantikannya. Dia berdiri di luar lapangan. Para prajurit yang menyadari kehadiran Peony perlahan-lahan menghentikan duel mereka dan fokus pada Peony.

Ada banyak mata yang terpesona. Peony membawa tangannya ke rambut dan mengibaskan rambutnya dengan pelan. Dia harus semakin menebar pesona.

"Grrh!" Red menggeram, menatap para prajurit satu per satu. Peony terkekeh dan menutup wajah Red dengan tangannya.

Peony tak pandai menggoda dengan kata-kata. Jadi, dia menggoda dengan gerak tubuh saja. Toh, wajahnya sudah cukup untuk membuat prajurit mendekat.

Seseorang mendekatinya. Prajurit yang mungkin berumur tiga puluhan. Ada codet di wajahnya. Mungkin dia seorang Kesatria yang melatih. Terlihat dari pakaiannya yang lengkap.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Nona Peony?" tanya laki-laki itu, ternyata mengenal Peony.

Peony tersenyum lembut. "Ah, tidak. Saya hanya berjalan-jalan di sekitar sini dan tak sengaja melihat ada yang latihan."

Red berontak. Tiba-tiba kucing itu melompat ke bahu laki-laki di hadapan Peony. Red memukul kepala laki-laki itu berkali-kali sambil menggeram.

"Red! Tidak sopan seperti itu!" Panik, Peony mengambil Red yang sudah berdiri di atas kepala pelatih. "Maaf, Sir!"

Laki-laki itu berdeham. "Tidak apa-apa, Nona." Dia lirik Red di gendongan Peony. Red menatapnya tajam, lalu laki-laki itu menunduk dalam sembari menaruh tangan kanannya di dada. "Maaf kan saya, Nona. Area ini tidak boleh didatangi oleh orang lain karena berbahaya. Terutama Anda. Saya bisa dihukum Yang Mulia."

"Benarkah?" Peony menghela napas. "Hukuman apa yang akan Yang Mulia berikan?"

"Paling beratnya, hukuman mati, Nona."

Peony membelalak. "Baiklah, saya akan kembali." Bahunya terkulai lemas. Dia pandangi seorang laki-laki random yang tak sengaja bersitatap dengannya. Peony mengedipkan mata sembari tersenyum manis, lalu berbalik pergi.

Laki-laki yang mendapatkan kedipan manja dari Peony refleks memegang dada. Red muncul di bahu Peony dan menatap laki-laki itu dengan tatapan membunuh. "Apa perasaanku saja? Tatapan kucing itu mirip Yang Mulia."

[]


a.n:

Baca lebih cepat di karyakarsa: kandthinkabout https://karyakarsa.com/kandthinkabout

saran kalau mau beli kakoin lebih baik belinya dengan login lewat website https://karyakarsa.com karena lebih murah

setiap kali cerita ini tamat di wattpad, mungkin satu bulan sejak part terakhir update di wattpad, semua part cerita ini akan di-unpublish kemudian dipublikasikan ulang dari part awal. hanya repost. tidak ada yang berubah/diubah. di wattpad akan terus update sampai tamat lagi. polanya akan terus berulang seperti ini. (jadi jangan sampai kalian nabung terlalu lama tahu-tahu cerita ini sudah tamat dan publish ulang, kalian capek nunggu dari awal lagi)

PEONY - Antagonist's Sex SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang