Manja sama ayah

262 49 10
                                    

Assalamu'alaikum....

Update lagi yak?! Ini masih tentang perjalanan Raka yang selama ini berusaha keras membujuk ayahnya, tapi versi Razka yang punya hati lebih lembut dan sabar.

Penasaran tydack?

Lanjut yaaak!

Mau di semangatin dooongggg...

••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••••

Hadi berlutut di sisi tempat tidur, tangannya gemetar saat ia dengan hati-hati mengelap sisa darah yang mengering di sekitar telinga Raka. Wajahnya tampak tegang, namun tatapan matanya sulit untuk diartikan—ada kelelahan, kepedihan, dan sesuatu yang lain yang tersembunyi di balik mata kelamnya. Ia menatap Raka yang masih tak sadarkan diri dengan perasaan campur aduk, seolah-olah ada sesuatu yang tak terucap antara mereka, sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Hadi berhenti sejenak, memandang dalam-dalam, seakan berharap ada jawaban di sana, di wajah pucat yang tak memberikan respons.

Ia tahu betul bahwa Raka seharusnya segera dibawa ke rumah sakit, tapi kepanikan dan kenyataan hidup menahannya. Di tangannya, hanya ada uang 200 ribu, hasil dari hari-harinya yang panjang menjaga parkiran dengan sabar. Jumlah itu terasa kecil sekali di saat-saat genting seperti ini. Ia meremas uang itu, merasa putus asa. Raka terbaring tak sadarkan diri di hadapannya, dan setiap detik yang berlalu semakin membebaninya. Di pikirannya, suara berulang-ulang mengatakan "bawa ke rumah sakit," tapi realitas kejam memaksa Hadi bertahan, terjebak antara kewajiban dan ketidakmampuan.

Hadi menggeleng, bagaimana bisa ia membawa anak itu berobat sedangkan 200 ribu itu hanya cukup untuk makan mereka berdua?

Meminta tolong kepada orang tua Razel? Hadi terlalu malu karena pernah memarahinya dan membuat kedua nya sakit hati karena perlakuan kasarnya kepada Raka.

"Yah... "

Suara parau itu membuat lamunan nya buyar. Ia menoleh, mendapati anaknya sudah membuka kedua matanya dan menatapnya sayu.

"Mau minum? " Tanya nya dengan nada tegas. Raka menganggukan kepalanya dan meminta tolong untuk duduk.

Hadi membantunya duduk dan minum. Setelah nya kedua nya sama sama diam, tak tahu siapa yang harus membuka topik duluan.

"Harusnya ayah bawa kamu ke rumah sakit. " Terangnya yang membuat Raka kembali fokus kepadanya.

"Tapi uang nya aja gak cukup buat bayar obat kamu. " Sambungnya merasa bersalah.

"Gak papa. Tadi kayaknya kecapean, makannya darahnya keluar lagi—

Raka menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Sialnya dia malah keceplosan lagi. Hadi kan jadi natap dia lagi.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang