akur terus ya...

478 53 10
                                    

Lanjut lagi yok ah!

Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak geess....

•••

"Gimana... Kabar loe sekarang? "

Razka dengan sepenuh hati menanyakan keadaan Yudas walaupun gengsi nya sangat besar. Jujur saja, Razka masih takut ada sesuatu yang terjadi kepada nya.

Walaupun cuek begini, Razka kembali ingatkan.

Ia adalah orang yang khawatiran.

Yudas yang sedang mengupas buah pun akhirnya menoleh. Kaget dengan pertanyaan adiknya, tapi diam diam ia tersenyum. Sangat tipis sampai Razka tidak akan menyadarinya.

"Loe khawatirin gua? " Tanyanya berniat menggoda.

Razka berdecak kencang. Mau jawab iya, dia malu. Mau jawab nggak juga tanggung dah nanyain.

"Yaiya lah! Loe kira gue gak khawatir pas liat loe tiba tiba ngeguprak gitu aja di lapangan?! Gue takut loe tiba tiba, mati, gitu... " Razka memelankan suaranya di akhir. Matanya juga beredar, sengaja tidak menatapnya.

Terdengar kekehan pelan  dari kakaknya itu. "Gak mungkin gua mati cuma karna kepanasan. Emangnya gua elo? Yang kalau kepanasan langsung pingsan? " Ledek Yudas dengan alis yang terangkat satu.

Razka memelotot. Mulutnya sudah mangap hendak berucap, tapi Yudas akhirnya berhenti meledek nya.

"Becanda. Gua minta maaf, " Ucap Yudas kembali serius. Razka yang lagi misuh misuh tiba tiba diem dan nengok.

"Loe masih panas ya kak? Biar gue panggilin dokter, "

"Gua serius. Gua minta maaf, " Ucap Yudas lagi. Ia lalu memberikan apel yang sudah terkupas itu untuk Razka.

"Gua denger dari Ilham kalau asma lu tiba tiba kambuh pas gendong gua, gua minta maaf. " Lagi lagi Yudas meminta maaf. Ia memang cuek, tapi rasa sayangnya kepada Razka itu nyata. Merasa bersalah karena sudah membuat asma adiknya kambuh.

"Halah, kumat bentaran doang. Itu juga gara gara gue baru sembuh. Loe gak perlu minta maaf kayak gitu kak." Balas Razka tersenyum. Ia memotong apel itu dan memberikan nya kepada Yudas.

"Makan nih. Napa malah kasih gue? " Razka menyodorkan apel miliknya juga kepada Yudas.

Kedua orang tuanya sedang tidak ada, Kaivan juga sedang menjalani pemeriksaan, begitu juga Daniel yang sedang menguruskan beberapa hal penting di kantor.

"Keliatannya lu dah sehat. Bisa kali, besok sekolah. " Ledek Razka padanya. Yudas hanya tersenyum. Tidak membalas ledekan adiknya.

Razka tidak tahu kalau malam tadi Yudas drop dan kejang kejang. Demamnya sangat tinggi dan sempat membuat para dokter panik. Ratih menangis, anaknya kesulitan mengendalikan diri.

Dan baru siang ini Yudas membaik, itu pun dokter belum mengizinkan nya untuk pulang. Ia masih dalam pengawasan dokter. Takut jika kejadian malam tadi terulang kembali.

"Antar gue ke taman. Bosen disini mulu, " Katanya. Razka mengangguk dan menurut. Ia mengambilkan kursi roda dan membantu Yudas untuk duduk disana.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang