Beberapa kali Razka hampir terantuk karena mengantuk di kelas. pelajaran sejarah memang paling membosankan disini, ia tidak menyukainya. Apa yang harus ia lakukan agar tidak mengantuk, ya...?
Oh iya, kemarin Razka sudah memarahi Davka dan Kavi karena tidak memberitahu hal yang sebenarnya tentang Varent yang di bully demi melindungi nya.
Namun mereka juga bilang kalau sebenarnya Varent sendiri yang bilang kalau mereka harus menjaga rahasia ini dari Razka.
Kenapa sih harus jadi seperti itu? Setingkat Razel saja dulu tidak sampai mengorbankan diri sendiri, tapi mereka justru mati matian untuk melindunginya. Aneh, benar benar aneh.
Sekedar informasi saja. Ngomong ngomong sakit di dada Razka belum kunjung hilang. Entah mengapa tapi ia merasa tidak terlalu kelelahan, namun tetap saja nyeri nya tetap ada.
Diam diam ia memijit dada nya karena sedikit sakit. Sesekali obsidian nya beredar agar tidak ada orang lain yang melihatnya.
Ia menghela nafas lelah. Rasa kantuk nya hilang dan terganti oleh rasa sakit di dadanya. Razka menunduk, berusaha mengatur nafasnya. Ia mulai bernafas menggunakan mulut karena tidak bisa bernafas dengan baik.
Ada apa ini???
"Kenapa ka? Sakit? " Tanya Yudha yang duduk di sebelahnya. Ia memperhatikan Razka sedari tadi, jadi ia berinisiatif untuk bertanya.
Razka mendongak sedikit untuk melihat Yudha, ia lantas menggeleng sambil tersenyum tipis.
"Sesek dikit... Kebanyakan makan kayaknya, "
"Masa kebanyakan makan sampe bikin pucet kayak gini? Mending loe ke UKS biar bisa di tidurin, "
Deg!
Demi apa Razka ngerasa deja vu sama ucapan Yudha tadi. Persis seperti ucapan Razel waktu itu. Tiba tiba bibirnya mengerucut menampilkan ekspresi ingin menangis. Matanya memerah dan sudah berkaca kaca. Ia pun memegang kedua bahu Yudha dan kembali menunduk sambil mengangguk.
"Sesek Yud... Dari kemaren dada gue sakit... Hiks, "
Yudha jadi ketar ketir lah ngeliat si Razka yang nangis depan dia. Ia pun merangkul Razka dan membantunya untuk berdiri.
"Pak, izin bawa Razka ke UKS. Badannya anget maju ke panas pak, " Ujar Yudha yang membuat ketiga temannya ikut menoleh. Anak itu tidak berbicara sama sekali.
"Saya ikut pak, " Kavi berdiri dari tempatnya. Razka menoleh kepadanya dengan raut kesal.
'Ikut ikutan aje lu ah. ' batin Razka.
"Saya juga pak, mual nih. " Varent ikut beralasan.
"Saya mau nemenin Varent pak, " Sahut Davka juga.
Kini yang berdiri jadi lima orang. Membuat Pak Wendi bingung. Ini yang sakit sebenarnya berapa orang???
"Yang sakit beneran Razka pak, saya saksi mata. " Yudha tak mau kalah.
"Kita teman temannya yang baik hati pak. Kita bakal ngurusin Razka sebagaimana ngurusin debay. " Timpal Varent dengan tampang serius nya.
Razka memutar bola matanya malas. Sial sekali ia hari ini. Selain rasa sesak nya yang semakin menjadi, ia juga di buat pusing oleh tiga insan titisan setan itu.
"Yasudah, bawa Razka ke UKS. Udah pucet banget itu... "
"Siap pak! " Jawab keempat insan itu bersamaan.
Pak Wendi hanya menggelengkan kepala nya karena melihat empat orang itu beramai ramai mengantar Razka ke UKS.
"Ngapain ikut? " Tanya Razka ketika sampai di luar. Davka dan Kavi yang jelas pelaku utama nya jadi merasa bersalah karena tidak memberitahu soal Varent.
"Kita... "
"Mau ngurusin loe sebagai teman baik!!! " Sambung Davka yang membuat Razka mengernyit.Ia masih mengeratkan pegangan nya pada Yudha karena rasa pusing yang sangat menjalar di kepala nya.
"Teman baik...? Kalau teman baik harusnya ngebela teman kan? Kemana kalian waktu itu??? "
"Haaah... Udahlah Ka, jangan terlalu permasalahin mereka. Yang salah gua, karena gak ngasih tau loe. " Jawab Varent membela Davka dan Kavi.
Razka hanya berdecak. "Terserah, "
Ia pun melanjutkan langkahnya bersama Yudha. Sementara ke tiga teman nya itu masih berunding.
"Loe beli bubur, Davka beli bye bye fever, dan gue nyusul Razka sama Yudha ke UKS. " Interupsi Kavi pada mereka.
Kedua nya mengangguk patuh dan melaksanakan tugas mereka masing masing. Kavi cepat cepat mengikuti langkah Yudha yang terbilang sangat cepat.
"Sakit Yud... " Razka berhenti dulu di pertengahan jalan dan kembali memijit dada nya.
Rasanya paru paru nya seperti di remas saat ini. Ia tidak bisa bernafas dengan baik.
"Kita ke UKS dulu, barangkali ada minyak anget. Nanti gue minta ke dokter Tia buat ngobatin lu, "
Razka kembali mengangguk. Ia melanjutkan langkahnya pelan pelan hingga pada akhirnya Razka ambruk, membuat Yudha khawatir.
"Weh! Kenapa?! "
Alih alih menjawab, Razka justru semakin meremat dada nya kuat. Nafasnya mengeluarkan bunyi dan semakin memburuk.
"S, sakit... Hhh... Hhh... Hhh... "
"Razka! " Panggil Kavi yang berlari. Ia pun cepat cepat membopong tubuh Razka bersama Yudha.
Hingga akhirnya mereka sampai di UKS dan menemukan dokter Tia. Mereka langsung menjelaskan kondisi tubuh Razka saat ini.
Kavi bergerak cepat, sementara Dokter Tia menangani Razka, ia menelpon ambulan dan memanggil Yudas juga Kaivan. Ia tidak bisa diam saja sekarang.
Dokter Tia mulai membuka baju Razka dan membalurkan kayu putih pada dada nya. Namun tetap saja, rasa sesak itu tak kunjung hilang justru semakin parah.
Sebelum benar benar datang, akhirnya Dokter Tia memutuskan untuk memberinya oksigen portabel dulu sambil menunggu ambulan tiba. Benar, ia tidak bisa membiarkan Razka kesakitan seperti ini.
"Apa kamu memiliki riwayat asma? " Tanya Dokter Tia sambil mengusap peluh di dahi Razka yang bercucuran deras.
Razka menggeleng. Ia tidak tahu, karena ia bukan Razka yang asli. Tolong Razka, oksigen portabel ini tidak berpengaruh sama sekali.
Tidak lama kemudian, Yudas datang dan langsung menghampiri adiknya yang kini menangis. Yudas tampak sangat khawatir, ia meraih tangan Razka untuk di genggamnya dan berusaha untuk menenangkan nya.
"Don't worry, everything will be fine, "
Razka menatap Yudas dengan tatapan sayu nya. Matanya menunjukkan kalau ia sangat kesakitan, Yudas jadi tersenyum.
"I'm with you, " Kembali ia mengeluarkan kata kata yang memungkinkan untuk memenangkan adiknya yang tampak panik karena tidak terbiasa menghadapi rasa sesak yang hebat seperti ini.
Padahal bukan itu yang Razka pikirkan. Justru ia tak habis fikri dengan si abang nya yang satu ini. Udah tau lagi bengek, suruh tenang.
Kalau lagi gak bengek, udah dia tempeleng kepala abang nya ini. Emang gak peka banget dah!
Perlahan matanya mulai di serang kantuk yang hebat. Lama lama suara di sekitaran nya tidak lagi terdengar. Ia harap ini bukan yang terakhir ia bernafas.
Ia masih belum bisa menerima takdir nya. Lantas, apakah ia akan kembali di takdir kan untuk mati konyol lagi?
the end.
Helo guys...
Gimana nih ceritanya sampai sini?
Semoga kalian suka ya.Sedikit cerita ya, jadi aku tuh ngunci aplikasi aku kan. Salah satu nya galeri, WA sama instagram. Terus aku lupa sandi nya apa. Alhasil aku di landa stress sampe pusying 🤣
Okeh! Terimakasih bagi siapa saja yang sudah membaca curhatan saya yang di atas itu.
Kalau ada yang bisa bantu boleh di komen ya... Terimakasih.
Aku bahkan gak bisa kasih kalian foto si Razka aduuuh... Gimana nih...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raka Not Razka
Teen FictionRaka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya. Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di...