Accident

4.2K 236 2
                                    

"Keluarga bahagia itu pilihan." -Raka Sahasya

•••

Tiin! Tiin!
Ckiit...!
Braaakk!!!

Sungguh! Kecelakaan itu tak dapat di hindari. Bahkan beberapa orang yang menyaksikan berteriak histeris melihat seorang anak laki laki yang terpental karena tertabrak truk besar itu.

Raka. Laki laki itu berusaha keras mendorong anak laki laki yang meringkuk tadi. Alhasil, balasan yang ia dapatkan adalah... Dirinya terpental lumayan jauh hingga kepala nya membentur trotoar lumayan kencang.

Aaaahhh... Seperti inikah rasa sakit ketika di tabrak...? Batinnya yang menikmati setiap rasa sakit yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

Ia tidak menyesal sama sekali atas apa yang terjadi padanya. Tubuhnya benar benar remuk hingga ia mulai mati rasa. Beberapa orang mendatanginya dan meneriakinya untuk membuat Raka tetap mempertahankan kesadarannya.

Namun nihil. Raka bahkan tak bisa mendengar apa yang mereka teriakan. Yang ia dengar hanya dengungan keras yang membuat telinga nya semakin sakit.

Ia tak mampu menggerakkan tangannya bahkan tak bisa berbicara sepatah kata pun.

Benar benar mengenaskan.

Sebelum benar benar meninggalkan dunia yang kejam ini, Raka ingin meminta maaf kepada Razel atas apa yang selalu ia ucapkan dan memperlakukan Razel dengan acuh.

Di saat saat terakhir seperti ini, ia malah terbayang wajah Razel yang terus tersenyum padanya bahkan mengajaknya kesana kemari tanpa tahu perasaan anak itu.

Aaah... Sialan! Ia benar benar merindukan Razel.

Tidak terasa air mata nya mengalir deras membasahi pipi nya. Orang orang pasti mengira ia menangis karena rasa sakit itu. Bukan, ia menangis karena menyesal tidak bisa memanfaatkan waktunya yang berharga bersama Razel.

Hingga perlahan, kesadaran nya mulai menghilang bersamaan dengan mata nya yang mulai terpejam dan kegelapan menghampirinya.

'Padahal gua mau minta jajanin cilok lagi sama lu Zel... Maaf... Gua gak bisa jadi temen yang baik buat lu...'

Baiklah...
Sebelum menginjakkan kaki nya di jenjang yang lebih tinggi, yaitu SMA, Raka sudah berpulang duluan dan berada di sisi Tuhan, dan ia bahkan belum pernah merasakan belaian dari ayah maupun ibunya yang telah pergi meninggalkan keduanya ketika sang Ayah bangkrut.

Sialan memang.

•••

Sreeet...
Mata yang sudah terpejam lama itu akhirnya dapat terbuka dengan sempurna walaupun perlahan.

Ia menatap langit langit yang bernuansa putih itu. Telinga nya mendengar suara beberapa orang yang menangis di sekitaran nya. Selain itu, satu tangan nya tak dapat ia gerakkan.

"Oh my god... My prince was awake..."

Suara perempuan yang terdengar lembut itu membuatnya menoleh. Ada perempuan dan lima laki laki disana. Siapa mereka?! Apakah ia di culik?!

Ketika tengah menatap mereka dengan penuh artian alias ngelamun, wanita itu memeluk tubuhnya erat. Raka memejamkan matanya karena ia ingat saat terakhir kali ia ditabrak truk besar. Namun ia kembali membuka matanya ketika ia bahkan tak dapat merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

"Razka anak bunda... Makasih sayang... Makasih udah mau bangun buat kita... Hiks,hiks."

Raka semakin kaget mendengar pernyataan wanita yang di depannya ini. Apa katanya? Razka?

Woi lah, nama gue itu Raka. Siapa Razka?!

Tangan kanan nya mencoba mendorong tubuh wanita yang memanggilnya Razka. Dadanya macam terhimpit, sakit banget lah.

"M,maaf... T,tapi... Nama saya... Raka..." Cicit Raka berusaha sopan.

Raka bingung. Kok ngomongnya gak enak gitu? Pas di pegang... Astaga! Siapa yang memakaikan nya masker oksigen seperti ini?!

Raka mencoba melepas masker oksigen yang terpasang apik di wajahnya karena sangat sangat tidak nyaman.

Tep.
Namun yang mengesalkan. Laki laki yang terlihat lebih tua dari keempat laki laki yang lainnya itu menahan tangannya agar tidak coba coba melepas alat bantu pernapasan itu.

"Jangan berani melepas." Peringatnya dengan tatapan seperti mau melahapnya hidup hidup.

"Dan ingat. Namamu adalah Razka. Razka Pangeran Ganendra, Putra Mahesa Ganendra."

Tatapan yang tajam bak Elang itu justru membuat Raka takut. Matanya memanas dan pada akhirnya air matanya meluruh begitu saja. Ia menunduk agar orang orang itu tidak melihatnya menangis.

Ratih, sang ibunda dengan sigap memeluk tubuh putranya yang rapuh itu. Ia mengelus punggung nya dengan lembut agar anaknya tenang.

Ia lalu melemparkan tatapan tajam pada suaminya. "Kamu menakutinya! Dia baru bangun dari koma nya! Gimana kalau keadaannya drop lagi?! Mau tanggung jawab?!" Marah Ratih pada Mahesa.

"Hiks, hiks, tapi beneran... A,aku Raka... B,bukan... R,Razki... Hiks, hiks," Raka menangis tersedu sedu. Entahlah, ia juga bingung kenapa ia jadi menangis hanya dengan tatapan nyalang yang diberikan Mahesa.

Padahal ia juga biasa menatap balik sang ayah saat hendak melawan dan memberontak. Tapi ia tidak bisa menatap Mahesa bahkan menangis?! Memalukan!

"Razka. Nama kamu Razka, bukan Razki." Koreksi Mahesa lebih lembut dari yang tadi.

"Raka... Aku Raka... Bukan Razka... Hhh, hhh, hhh," Oke. Selain menangis yang membuatnya malu, sekarang dadanya serta dadanya malah terasa sakit sehingga membuat tangisannya jadi kencang. Membuat Ratih tambah khawatir dan berakhir kembali memanggil dokter.

"Razka baru saja terbangun. Jangan membuatnya terkejut, dia sedikit syok karena anda sedikit memberinya tekanan." Jelas Dokter Radit pada kedua orang tua nya.

Mahesa dan Ratih menatap Razka yang kini sudah tertidur damai setelah diberi obat penenang tadi.

Ratih memeluk Mahesa dan kembali terisak. "Dia bakal baik baik aja kan...?"

"Pasti. Razka pasti akan baik baik saja," Balas Mahesa sembari mengecup kening sang istri.

'Gue udah bikang. Nama gue Raka Sahasya, nyolot banget manggil gue Razka.'

Ternyata Raka belum sepenuhnya tertidur. Ia masih mendengarkan percakapan dokter dan juga Mahesa.

•••

Yoooi guys, si Raka masih nyolot kalau dia bukan Razka. Belum ngaca, makannya masih berani nyolot ama Ratih dan Mahesa.

Salam author^v^

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang