Sesuai yang di harapkan Abizar, akhirnya mereka dapat duduk dengan tenang. Yudas sengaja menarik sofa yang ada di ruangan Abizar agar ia dan Kaivan bisa duduk tanpa harus berhimpitan dengan kakak nya yang lain.
"Sebelumnya, perkenalkan. Nama saya Abizar. Sebenarnya bukan tugas saya untuk menangani pasien Razka tadi, tapi sepertinya... Kalian akan sering bertemu saya ke depannya." Ucap Abizar sebagai pembukaan. Yohan mengangguk saja lah, daripada lama.
"Apa Razka memiliki riwayat asma?"
Setelah mendengar pertanyaan yang di lontarkan Abizar, Yohan menjawab duluan.
"Bener dok. Razka punya penyakit asma, dokter pinter banget deh." Canda Yohan yang mendapat tatapan tajam dari Daniel.
Abizar tertawa sambil menyugak rambutnya ke belakang, merasa bangga.
"Kalo gak pinter saya gak mungkin duduk disini sekarang, pe'a."
Yohan terkekeh. Abizar kembali melanjutkan pertanyaan yang selanjutnya.
"Apa kalian gak ngerasa janggal sama perkembangan Razka akhir akhir ini?" Tanya Abizar serius.
Yohan bertatapan dengan Kaivan, lalu ia melemparkan tatapan nya pada Daniel.
"Iya dok. Ngerasa banget. Sekarang dia jadi agak gak waras gitu, karna efek benturan di trotoar waktu itu." Yang menjawab tadi adalah Kaivan. Ia angkat suara perihal masalah Razka.
Abizar menggeleng. "Bukan masalah gak waras nya... Tapi melihat dari segi perkembangan anak itu. Sekarang dia umur berapa?"
"Mau naik 17 tahun dok," Giliran Yudas yang menjawab. Daniel belum mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan Abizar.
"Saya kira baru mau naek 15, karena tubuhnya sangat kecil bahkan bisa di sebut terlambat dalam pertumbuhan."
"Berat badan nya pun begitu. Ketika kami para dokter hendak menaikkan tubuh nya ke kasur, nyatanya tidak seberat yang kami bayangkan. Tubuh Razka sangat ringan. Tadi dia sempat sesak nafas sehingga membutuhkan alat bantu pernafasan. Lalu dia juga terus terusan buang air namun tidak mendapatkan apa apa alias hanya sakit melilit di perutnya. Kemungkinan itu adalah gejala awal." Terang Abizar panjang lebar. Sebenarnya Yudas kesulitan untuk mencerna apa yang di katakan oleh Abizar. Namun ia hanya mengangguk karena tidak mau di anggap anak kecil.
"Apa jangan jangan... Ini bukan asma?" Daniel menebak apa yang ada di dalam pikirannya.
Jika asma, maka nafsu makan Razka juga tidak akan menurun. Ditambah anak itu selalu mengeluhkan kelelahan dan sakit dada. Dilihat dari segi mana pun tubuhnya memang yang paling kecil di antara adik adiknya yang lain.
"Anda benar Tuan. Kemungkinan besar... Gejala ini bisa disebut gejala awal Cystic fibrosis disease. "
Seketika nafasnya tertahan mendengar diagnosa nya. Adiknya menderita penyakit... Kronis?
"Saya Abizar, dokter khusus penyakit paru paru. Dan Penyakit Razka ini berhubungan dengan saya. "
"Saya sempat mengambil darah dan lendir dan mengetesnya di labolatorium. Memang... Sudah di pastikan kalau Razka menderita Cystic fibrosis." Final Abizar yang membuat keempat nya tercengang.
Yohan merangkul Kaivan yang masih terkejut dengan penjelasan Abizar tadi. Ia meminta izin kepada Abizar untuk membawa Kaivan keluar demi menjaga kesehatan nya agar jangan sampai stress.
"Anda tau sendiri kan? Saya adalah dokter spesialis paru paru. Dan Cystic fibrosis disease ini adalah salah satu penyakit paru paru yang langka. Hanya ada beberapa orang yang mampu bertahan dengan penyakit ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raka Not Razka
Teen FictionRaka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya. Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di...