UGD

2.5K 96 0
                                    

"kepedulian menjadi salah satu bukti bahwa semua orang memiliki sisi baiknya, " -Yudas

•••

Selama di perjalanan, Yudas terus meminta sang adik untuk tidak tertidur. Ia berusaha keras untuk membangunkannya. Tentu ia sangat khawatir ketika mendapat kabar bahwa adiknya kambuh.

Apakah penyebab kambuh nya kali ini?

Tangan nya tergerak untuk mengusap surai lembut yang sedikit lepek karena keringat. Wajah nya yang pucat itu tertutupi masker oksigen dengan netral yang tertutup tajam.

Tidak... Jangan lagi ia melihat hal mengerikan seperti ini. Yudas sungguh menyesal karena tidak ada di sampingnya saat Razka kambuh.

"Hei, kamu janji gak akan bikin abang khawatir lagi. Kamu ngelanggar janji kamu, " Gumam nya yang tak mendapat balasan apapun dari si empu.

Tiba lah mereka di rumah sakit. Para perawat yang ada di sana langsung menarik Razka ke atas brankar yang telah di siapkan dan mulai mendorongnya menuju UGD. Sepanjang itu pula Yudas menggenggam tangan adiknya, ia tidak mau adiknya kesakitan lagi disana.

Sret.

Ada pergerakan kecil dari tangan Razka. Yudas melihatnya sendiri! Obsidian nya lalu beralih menatap wajah sang adik. Ia membuka kedua netral nya dan kini tengah menatapnya.

Namun tidak lama dari sana, para perawat menyuruhnya untuk menunggu dan dilarang masuk.

Yudas mengepalkan tangan nya erat. Ia lantas terduduk di kursi tunggu dan mengacak rambutnya frustasi. Apa yang harus ia katakan pada keluarga nya???

Di dalam ruangan...
Razka yang setengah sadar itu dapat merasakan ketika baju seragam nya di robek paksa. Ia juga mendengar para dokter berteriak untuk mengambilkan alat alat, juga tidak lupa dengan jarum suntik yang menembus permukaan kulitnya.

Razka merasakan semuanya. Rasa sakit di dada nya masih ada, juga sesak yang kian tidak ada akhirnya. Ia mulai menghirup udara yang sejuk, entah apa tapi dapat membuat pernafasan nya sedikit membaik. Tidak lama matanya mulai di serang kantuk, ia kemudian kembali tertidur.

'Gue... Gak mau mati dulu... Kasih gue kesempatan... Lagi... '

"Hei, apa yang jadi penyebab adik gue kambuh? " Tanya Yudas ketika melihat Kavi yang ikut menyusul.

Kavi menelan saliva nya. "Gue gak tau kak. Tapi daritadi dia emang ngeluhin sakit dada. " Terangnya dengan tenang. Jika menghadapi Yudas tidak boleh sampai salah kata maupun ucapan.

Yudas berdecak, Tidak bisa lagi berbuat apa apa sekarang. Yang bisa ia lakukan hanyalah berdoa dan meminta kepada sang Pencipta untuk menyembuhkan adiknya dan membiarkan nya bahagia. Ia tidak berharap lebih, sekali pun masalah nyawa, ia harap nyawanya yang lebih dulu di ambil daripada adiknya.

Tidak berselang lama, datanglah ketiga kakak nya yang lain dengan raut wajah yang sama khawatirnya seperti Yudas. Mereka langsung menyerangnya dengan berbagai pertanyaan, namun Yudas hanya menggelengkan kepala nya sebagai balasan.

"Hadeuh... Kok bisa tu anak sampe kambuh— " Yohan lalu menoleh kepada Daniel yang masih menunggu tepat di depan ruang UGD.

"Kak, lu gak lupa kan kalau dia punya penyakit... Cis... Cis... " Yohan menggaruk pelipisnya ketika lupa dengan nama penyakit Razka.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang