Di kepung(?)

1.4K 85 1
                                    

Bunda menatap heran kepada Mahesa yang sekarang kembali murung. Padahal jelas sekali ia ingat kalau suami nya itu sangat sumringah kemarin malam. Menceritakan acara jalan jalan nya dengan Razka dengan sangat antusias dan bersemangat.

Namun hari ini ia murung dan tidak ada tenaga sama sekali untuk berangkat kerja? Apakah hal buruk terjadi lagi sehingga menurunkan mood suaminya?

"Kenapa lagi mas?" Tanya Ratih yang mengusap tangan Mahesa yang dingin dan kekar.

Terdengar helaan nafas gusar dari mulutnya, bahwa ia tengah depresot sekarang.

"Razka, dia dingin lagi sama aku. Aku kira kami sudah lebih baik baik saja di banding hari hari sebelumnya, nyatanya lebih buruk dari perkiraan. Dia bahkan mengabaikan ajakanku dan memilih untuk berangkat bersama Nathan." terang nya yang membuat Ratih sangat paham.

Razka yang sekarang sangat keras kepala bahkan cenderung menimpal ucapan nya dan menolak semua ajakan kedua orang tuanya. Dia memang berubah sejak insiden hari itu. Membuat Ratih juga tidak bisa melakukan apa apa untuk sekarang.

"Yasudah. Jangan terlalu larut dalam kesedihan mu. Masih ada pekerjaan yang harus kamu urus dan Kaivan yang menantikan mu. Ah, atau sekalian saja tanyakan tips yang tepat cara meluluhkan Razka. Anak itu punya ribuan solusi." Ratih berusaha menghibur suami nya agar kembali semangat.

Bisa saja bisnis nya hancur hanya karena ia memikirkan cara terbaik untuk Razka. Mahesa tidak boleh kehilangan fokusnya menjadi seorang pemimpin perusahaan.

Mahesa mengangguk. Ia hanya berharap pada Kaivan untuk saat ini. Ia juga merasa kalau Kaivan membutuhkan nya sekarang. Anak itu memang mengkhawatirkan jika jantung nya kembali berulah.




Dimana Razka sekarang? Tentu saja ada di sekolah. Anak itu tidak bisa berlama lama berada di kamarnya hanya untuk sekedar duduk manis. Ia ingin bersekolah dan tak mau melewatkan masa masa SMA nya. 

Sayang banget soalnya. Kapan lagi dia kayak gini coba? Ntar keburu mati, malah jadi arwah penasaran... UPS!

Ngomong ngomong dia tidak fokus memperhatikan guru sekarang. Karena si Varent ini nempel terus malahan sampai bergelayut manja di tangan nya. Jijay banget gak sih?

Razka mencoba melepaskan nya sekuat tenaga agar anak itu tidak menganggu nya lagi. Sayang sekali ia harus pindah duduk dengan Yudha karena anak itu duduk di sebelah Ilham. Jadi dia malah di satuin Ama si Varent ini.

"Rent bisa gak sih gak usah megang megang? Gue gak bisa nulis bener," Bisik Razka sepelan mungkin agar tak ketahuan guru killer itu.

"Nanti aja nulisnya... Gue lagi kangen banget sama lor Razzzzkaaaa..." Varent membuat nada bicara nya menjadi kekanak Kanakan dan bikin dia tambah kesel pengen gampar tu mulut.

"Rent, gue gak mau di sangka gay sama loe. Gue normal, jadi jauh jauh sebelum ada gosip aneh yang nyebar. Loe inget aja kalau mulut manusia lebih tajam dari mulut harimau, rawrr." Ucap Razka mencoba memperingati teman nya dengan mempraktekan dirinya menjadi harimau.

Apa yang di dapatnya? Justru Varent malah terkikik geli dan menatapnya seolah menggoda nya.

"Pacaran aja gak sih? Kita kayaknya udah serasi banget."

"GILA!"

Tanpa sadar Razka berteriak kencang sampai semua atensi menoleh kepadanya. Razka cepat cepat menutup mulutnya yang keceplosan gara gara si Varent ini.

Duh... Tatapan muka si guru Killer bikin dia merinding lagi. Pasti abis ini dimarahi abis abisan.

"Apa kamu bilang?! Saya gila?! Dimana sopan santun mu saat menjadi seorang murid, Razka?!"

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang