"RAZKA PANGERAN GANENDRAAAAAAAAAA!!!"
Pekikan keras yang berasal dari arah yang berlawanan membuat yang di panggil merasa jengkel. Dua laki laki berperawakan tinggi itu berlari terbirit birit kepadanya.
Setelah sampai di depan Razka, ia langsung menyentuh wajahnya, memeriksa apakah teman nya itu cedera atau memliki bekas luka kemarin.
"Aiissh! Papa khawatir banget sama kamu nak,"
Jengkel. Itu yang pertama kali ia rasakan ketika melihat teman nya yang over acting itu. Detik selanjutnya, ia memeluk Razka dengan tulus hingga membuatnya terdiam.
Kaivan terkekeh melihat wajah adiknya. Ia pun merangkul salah satu teman Razka dan memperkenalkan nya padanya.
"Mereka temen temen kamu. Ini Kavi, itu Davka, yang meluk kamu itu namanya Varent. "
Razka mengangguk paham. Sedangkan Varent, Davka dan Kavi menoleh kompak padanya seolah bertanya dengan apa yang ia katakan barusan.
"Iya... Adek abang sempet ilang ingatan. Jadi bantu Razka lagi ya?" Ucap Kaivan memohon kepada teman temannya.
"Pasti bang. Serahin aja sama Varent!" Seru Varent yang selalu terlihat menonjol.
"Yaudah, abang duluan ya." Setelah memeluk Razka, ia pun berjalan duluan.
"Kelas?" Tanya Kavi pula.
"Yooi!" Seru Davka juga.
Masih bingung dengan mereka. Karena selama ini teman yang mau ia ajak mengobrol hanya Razel. Tidak ada satu pun yang berani mendekati nya karena ia yang memiliki sifat buruk.
Sekarang ia akan memperbaiki semuanya di tubuh baru nya. Ia ingin berteman dengan semua orang. Ia akan menunjukan sifat yang terbaik agar orang orang nyaman jika dekat dengan nya.
Razel. Aaahh... Razka jadi merindukan nya. Bagaimana kabar anak itu sekarang ya? Ia benar benar penasaran.
Apakah Razel akan frustasi atas kematian nya?
"Weh! Bengong mulu!" Varent berusaha menyadarkan nya dari lamunan.
"I,iya... M,maaf..." Cicit Razka. Kavi hanya menghela nafasnya dan menyuruhnya untuk duduk.
"Loe... Sebangku ama gue!!!" Ujar Davka padanya.
"Oh iya? Oke oke. Sekarang... Kasih tau gua, ada PR apa yang belom gua kerjain." Ucap Razka memulai percakapan ringan agar bisa lebih dekat dengan teman temannya.
"Gak ada PR apa apa kok Ka. Apa yang loe lakuin sampe bisa ke jedot gitu?"
Razka terdiam. Ia pernah di beritahu Yohan tentang apa yang terjadi padanya sehari sebelum ia mengalami kecelakaan.
Ia mulai menceritakan masalahnya kepada teman teman nya. Waktu itu Razka berdebat dengan kedua orang tuanya karena ia sudah lelah dengan semua urusan yang menyangkut bisnis.
Namun di sana Mahesa marah karena Razka menjadi anak yang selalu melawan ucapan orang tuanya. Alhasil dengan ketidaksengajaan nya, Mahesa menampar Razka hingga ia kecewa dengan sifat ayahnya.
Akhirnya ia kabur dari rumah, namun di pertengahan jalan ia terjatuh hingga tak mampu berdiri karena rasa sakit yang tiba tiba menghujam paru paru nya.
Dan... Yah... Akhirnya nama Raka disebut. Ia didorong oleh Raka namun ia juga sama sama terbentur trotoar hingga tak sadarkan diri.
"Makannya kenapa dapet luka ini," Razka mengakhiri ceritanya.
"Miris cok..." Davka merasa prihatin.
"Terus hubungan loe sekarang sama orang tua loe gimana?" Tanya Kavi pula. Laki laki yang selalu diam memperhatikan itu akhirnya angkat suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raka Not Razka
Roman pour AdolescentsRaka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya. Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di...