When Razka said: "Kalau tidak ada orang baik di sekitarmu, maka jadilah salah satu nya. "
•••
"Mmm... Bang, gak usah masuk sekolah juga ya? Lu cukup anter jemput gua doang. Sisa nya gue bisa sendiri, " Ucap Razka memperingati Nathan.
"Gue malu soalnya kalau misalnya temen temen tau gue di jagain bodyguard modelan lu, gak bisa di ajak bercanda. " Razka memberikan pendapat bahwa Nathan memang tidak bisa di ajak bercanda karena muka datarnya itu.
"So... Lu pulang aja ke rumah. Nyantai dulu selagi gue di sekolah, oke? " Razka mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba hal yang menggemaskan agar Nathan mau menurut padanya.
Kesannya dia lagi kayak naklukkin anjing galak. Karena si Nathan ini terus terusan mau ngikut dia kemana mana.
Nathan sempat berpikir dengan ucapan Razka tadi. Benar juga... Kalau ia bisa masuk ke sekolah ini dan menjadi murid agar mudah mengawasi Razka... Ia juga tidak perlu susah susah untuk antar-jemput anak setan itu.
Nathan lalu tersenyum seringai. Percayalah... Nathan itu tidak sedingin muka nya. Karena dia terpaksa seperti itu untuk menjaga citra nya sebagai orang penting kepercayaan Tuan Mahesa dan Daniel.
"Bener juga yang kamu katakan... "
Suara datar itu membuat Razka agak merinding. Nathan mendekat, sementara Razka mundur. Udah kayak drama percintaan aja dah.
"Saya akan menyamar sebagai murid baru agar mudah mengawasi anda, "
Deg!
Mimpi buruk!
Bahaya banget kalau misalnya si Nathan masuk sini. Di jamin dia bakal trauma dah!
"Nggak boleh ah! Dah tua! Itu mukak dah banyak keriputnya woi! " Seru nya sambil menunjuk wajah Nathan.
"U, udahan ah! Nanti gue telat masuk! Babay!!! " Razka segera berlari menjauhi Nathan.
Sang empu terkekeh sebentar lalu kembali memasang wajah datarnya dan mengawasi area sekitaran nya.
Akhirnya Razka sampai juga di kelasnya. Ia sedikit lelah dan sesak karena berlarian dari gerbang depan sampai ke kelas. Kavi dan Davka langsung saja menghampirinya.
"Weh! Kemana aja lu?! Kenapa baru keliatan sekarang??? Lu bikin khawatir tau gak? " Davka memulai interogasi nya sambil memegang kedua bahu Razka. Nampak sekali raut khawatir dari teman temannya itu.
Kavi ikut mengangguk menyetujui ucapan Davka. Memang anak itu tidak ada kabar sehingga membuat kedua nya khawatir. Razka melepas pegangan Davka pada nya. Ia pun menepuk bahu nya dua kali.
"Libur biasa sih, kena demam doang. " Kata Razka yang tidak mau membuat teman temannya khawatir.
"Hah? Demam doang? Gua denger sampe masuk rumah sakit dan di infus gara gara asam lambung loe naek! Mau nyoba boong lu ama gue?! Hah? Mau gue cubit pipi loe itu hah?!" Sungguh! Davka ini gemas dengan tingkah Razka yang tidak pernah mengubah kebiasaan nya. Ia selalu berbohong tentang masalah kesehatan nya agar teman temannya tidak khawatir.
"Lu kira gampang boongin kita kayak gitu? Sorry, bukan anak kecil lagi. " Timpal Kavi tersenyum smirk.
Apa ini...? Rasanya ia seperti di todong dan di pojokkan disini. Mengapa mereka sangat sensitif dan protektif terhadapnya?

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raka Not Razka
Teen FictionRaka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya. Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di...