Bukan nya ngerepotin, tapi malah di repotin. Yudas menggelengkan kepala nya ketika denyutan di kepala nya kembali menghampirinya lagi.
Sang empu memandangi adik satu satu nya yang tengah terlelap dengan masker oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya.
Di tengah malam, di temani derasnya hujan, anak itu terbangun karena sesak yang menghujam paru paru nya . Ia meremas dadanya kuat dengan erangan pelan, tangan nya gemetaran karena panik, hingga membangunkan sang kakak.
Walaupun sesak itu sering mendatangi nya akhir akhir ini, tapi tetap saja, Razka tidak akan pernah terbiasa.
Paru paru nya mengamuk minta di isi pasokan oksigen yang tiba tiba sulit sekali di hirup olehnya. Suara erangan pelan, membuat telinga Yudas yang sensitif itu mendengar.Dengan langkah hati hati ia mengambil tabung oksigen lengkap dengan masker oksigen nya. Pria yang memiliki hidung dengan ujung runcing itu mulai memakaikan nya pada si adik. Razka menggenggam tangan kakaknya dengan kencang, seolah menyalurkan apa yang ia rasakan padanya.
"Yudas, tidur." Terdengar suara pelan dan samar yang keluar dari mulut adiknya. Pria dingin itu menoleh, mendapati sang adik yang menatap dirinya dengan mata yang menyorot sendu.
Cih! Apa apaan mata itu?!
"Gua, udah, gak, papa, mendingan, kok," Ucapnya terbata. Padahal napas masih ngek, ngek, kan kayak gitu tapi bilang kalau dia udah mendingan?!
Sebel banget Yudas dengernya.
Paru paru adiknya memang bermasalah, karena adanya cairan yang menumpuk dan mengental. Rasa sesak nya pasti tidak akan hilang begitu saja walaupun sudah dibantu oksigen. Pasti sakit, Yudas tahu.
"Loe aja yang tidur, gua gak bisa tidur lagi." Jawab Yudas seadanya. Dan seperti biasa, nada ketusnya tidak pernah berubah.
Razka tahu kalau Yudas itu peduli padanya, hanya saja ia tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan nya. Tapi Razka kesel banget sih. Padahal dah di suruh tidur lagi tapi malah ngeyel gak bisa tidur seolah dia yang paling bersalah disini.
"Maafin gue, dah ganggu tidur loe."
Yah, mau bagaimanapun juga tetap Razka yang salah sih. Kebanyakan tingkah sih sebenernya anak nya, makannya entu penyakit betah teros Ama dia.
Yudas menatap nya dingin. "Ganti semua itu dengan kesembuhan loe, gua gak butuh yang Laen."
"Emang loe yakin, gue bakal, sembuh?"
Ucapan yang sangat tidak di harapkan Yudas. Bukan itu yang ia mau. Seharusnya Razka bilang kalau ia akan mencoba untuk berjuang demi kesembuhan nya. Bukan pertanyaan konyol begitu.
"Ck, loe itu mau banget mati, ya?"
Setelah berkata ketus dan menusuk itu pun, akhirnya Yudas memutuskan untuk pergi keluar dari kamar tamu itu.
Razka mengepal tangan nya kuat. Kok lama lama si Yudas makin ngeselin aja ya?! Perlu di kaplok emang kepala nya!
Tapi emang pertanyaan Razka tadi salah ya?
Ah bodo Amad lah, suka suka di Yudas aja. Mending ia lanjut bobo sampe subuh. Abis itu bangun buat berangkat ke sekolah.
"Loe masih sakit Yudas, istirahat aja. Guru pun bakalan ngerti," Ucap Kaivan yang tengah menyiapkan roti selai dan segelas susu hangat untuk adik nya.
Udah tampil rapi aja nih kakak OSIS. Yudas mengambil satu lembar roti yang di sediakan Kaivan dan memakan nya.
"Gua dah sembuh, mau sekolah." Balas anak itu. Yudas menepis tangan kakak nya yang hendak meraih dahinya untuk memeriksa suhu tubuhnya.
"Heh, gue ketos kalau loe lupa. Gue juga Abang loe, gue yang paling tau kondisi loe. Muka loe tuh gak bisa boong Yudas ganteng..." Saking gemas nya si Kaivan sampe nyubit entu pipi nya Yudas. Alasan bohong itu sudah biasa Kaivan dengar ketika Yudas sakit.
"Gue tetep mau sekolah." Yudas mengambil tas nya dan segera menyambar kunci motornya. Mau berangkat sekarang aja lah, daripada ngedenger bacotan si Kaivan.
Kaivan hanya menggelengkan kepala nya. Susah jika harus menghadapi sikap keras kepala nya si Yudas. Kaivan pun bergegas mengambil tas dan tabung Vasodilator nya. Ia pun menyusul Yudas.
"WOE! Nebeng bang!" Teriak Kaivan setengah berlari.
"GAK USAH LARI!" Peringat Yudas padanya.
"Rainbow rainbow Ruby yeaah..."
Razka menghela nafas nya lelah. Bosan sekali sebenarnya. Sudah 2 jam ia hanya berdiam diri di kasurnya tanpa melakukan apapun.
Sialan emang si Yudas. Dia kan mau sekolah, tapi malah sengaja gak di bangunin. Kan jadi bablas anaknya!
Ia akhirnya mematikan tv nya dan kembali mengurut dadanya. Rasanya tidak nyaman, dadanya sakit lagi.
"Haaaaaahhhh...."
Ia memutuskan untuk turun dan mulai melangkahkan kaki kurus nya menuju taman belakang. Daripada semakin sakit ya mending pergi ke taman aja lah. Ngeliat liat bunga yang di rawati oleh Ratih, mengingat ibu nya itu sangat menyukai bunga.
Razka tersenyum tipis melihat banyaknya bunga yang warna warni menghampar di taman itu. Tidak buruk rupanya.
"Huuuh... Kangen sekolah," Gumam nya pada angin lewat.
"Lho... Boss kecil lagi sendiri aja nih? Mau bapak temani?" Sahutan dengan nada jawa yang khas itu membuat Razka menoleh. Mendapati pak Beno yang tengah tersenyum padanya.
"Bosen banget pak, makannya aku kesini." Keluh Razka padanya.
"Tapi disini dingin den, nanti sesek lagi karena kedinginan." Ujar Pak Beno yang menyampirkan sweater rajut padanya. Sebelum mengampiri Razka, ia sempat ke kamarnya untuk mengambilkan sweater itu.
"Tapi aku cuma liat kartun doang pak, gak rame. Upin Ipin nya juga udahan," Balas Razka lagi sambil memijit dadanya.
"Maen PS aja yuk? Pak Beno punya PS kan? Aku tahu, soalnya bunda ngasih, gak usah boong sama aku lho pak,"
Halo, aku baru update lagi sekarang.
Harap harap kalian tidak bosan untuk mampir kesini ya!Lain kali kita ketemu lagi, terimakasih dan... Babay!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raka Not Razka
Ficção AdolescenteRaka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya. Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di...