UKS

2K 94 2
                                    

"VARENT!!! "

Teriakan lantang itu membuat orang yang memukul Varent terhenti karena terkejut. Ia pun menoleh, mendapati Razka yang tengah berjalan ke arahnya dengan tangan yang mengepal erat dan urat urat yang menonjol dari pelipisnya. Nafasnya memburu karena amarah yang tak tertahan.

Bukannya memukul, Gavin justru diam terpaku di tempatnya. Tiba tiba badannya kaku dan sulit di gerakan.

Bugh!

Satu pukulan berhasil mendarat di rahang Gavin hingga ia terjungkal ke belakang. Belum puas sampai di sana, ia kembali melayangkan pukulan nya pada pipi Gavin hingga akhirnya Gavin tersadar.

"APA YANG LOE LAKUIN SAMA VARENT, HAH?! LOE MANCING GUA, GAK GINI CARANYA GOBLOK!!! "

Maki Razka yang sangat emosi, apalagi setelah melihat wajah jelek macam Gavin ini. Makin makin lah ia marah terhadapnya.

"PECUNDANG LOE! HADAPIN GUA LANGSUNG! GAK USAH BAWA BAWA TEMEN GUE SETANNN!!! BANGSAT BANGET DAH MUKA LOE! "

Teman teman sekawanan Gavin mulai mengelilingi nya ketika ia lengah dan fokus melawan Razka.

Namun Razka ini cepat tanggap. Ia memberhentikan pukulan nya pada Gavin dan fokus untuk melawan mereka.

"Jangan sok jadi orang, orang lemah mesti tau diri lah. Gak usah kayak jagoan, " Ucap Tura, salah satu teman Gavin.

Razka tersenyum seringai. "Kalo gua udah bisa jatohin temen loe yang bangsat itu... Tanda nya gua beneran jagoan, Ragu? Cobain sensasi nya SENDIRIIIII!!!"

Razka mulai menyerang nya dan berlari demi memukul orang orang yang berani membully Varent.

Bugh!

Gini gini Razka juga bisa gelud kali. Dia gak akan kalah gitu aja ngelawan musuh printilan macam Gavin and the geng.

Bugh!

"Ini buat loe yang udah remehin gua!"

Terlalu fokus kepada teman teman Gavin, Ia sampai lupa kalau masih ada yang harus ia selesaikan, Yaitu Gavin sendiri.

Ia memukul wajahnya hingga Razka sempat terhuyung ke belakang. Razka menggertak giginya marah. Ia kembali bangkit dan akhirnya adu jotos dengan Gavin.

"RAZKA! UDAH! " Teriak Varent tak kalah lantang. Setelah ia berhasil mengumpulkan tenaga, akhirnya ia bisa teriak sekencangnya demi menghentikan Razka dan Gavin.

"Gua kayak gini karna gua tau kalau gua kuat! "

Razka berusaha mengatur nafasnya yang memburu karena masih terbakar emosi. Ia masih mendengar kata kata Varent.

"Gavin... Mulai dari sekarang jangan harap loe bisa santai kalau ketemu gua, " Peringat Razka yang menarik tangan Varent.

Gavin berdiri dari tempatnya. Tidak... Harga dirinya baru saja di jatuhkan oleh seorang Razka!

Ia pasti akan membalasnya nanti.

"Loe gak papa? " Tanya Tura padanya.

"Ck! Bawa dia ke gudang pulang sekolah! SE-RET! "

Razka menarik tangan Varent cukup kencang hingga membuat si empu kesakitan karena cengkraman nya yang kuat.

"Ka... Sakit... "

"KENAPA?! "

Deg!

"Kenapa gak bilang kalau loe di bully, bodoh!!! Loe gak percaya sama gua, hah?! Gua bilang gua bisa ngelawan dia! Gak usah ngelindungin gua dengan hal yang gak guna kayak tadi!" Marah Razka padanya.

Bisa Varent lihat kalau mata Razka memerah menahan tangis. Kalau bicara lagi, mungkin Razka benar benar bisa menangis. Dan ia akan merasa semakin bersalah.

"Badan loe gede! Tinggi! Masih gak bisa lawan dia, hah?! Perlu gua ajarin bela diri?! "

"Dari dulu loe selalu minta perlindungan gua ka! Ketika sekarang gua lindungin loe, ini balasan loe?! " Kini Varent tak lagi diam. Ia harus membela dirinya karena ini semua juga demi Razka.

"Nggak... Nggak gitu Varent... Gua gak mau di anggap lemah kayak dulu... " Ucapan nya yang terdengar lirih itu membuat Varent semakin di selimuti rasa bersalah karena berhasil membuat Razka menangis.

"Ikut gua ke UKS. Loe harus tebus rasa kecewa gue, " Razka menyeka air matanya kasar. Ia memang cengeng.

Tanpa penolakan lagi, ia mengikuti langkah Razka yang sangat terburu buru menurutnya. Entah mengapa, tapi ia rasa ada yang tidak beres dengan nya.

Ada satu hal yang Varent sembunyikan dari teman temannya. Ia adalah salah satu pengidap CIPA yang tergolong langka di dunia ini. Jadi, sekeras apapun pukulan nya, ia tidak akan merasakan sakit. Makannya ia berani mengatakan bahwa ia akan melindungi Razka.

"Udah gue sumpahin tu anak jadi Babi, jadi lu gak usah khawatir lagi. " Ucap Razka sesampainya di UKS.

Varent hanya mengangguk. Ia harus berakting seolah olah ia merasa perih. karena... Ia benar benar tidak bisa merasakan sakit.

Razka mengambil obat dari kotak p3k lalu mulai mengucurkan alkohol berniat membersihkan luka Varent.

"A, Adddoooohh.... Sakit bego! " Rintih Varent ketika alhokol itu mulai menyentuh permukaan kulitnya.

"Ck, lebay amat lah! Belom gue bersihin juga! "

"Pelan pelan ya... Perih soalnya. Alkohol itu dosis nya tinggi Ka, " Ucap Varent memohon.

Razka menyeringai. Ia mengangkat tangan kanan nya dan mulai menggosokkan alkohol itu di wajah Varent.

Varent sungguh ingin tertawa, tapi sayang sekali ia harus drama demi meyakinkan Razka.

"Sialan! Sakit!!! "

"Aah! Bersihin sendiri! " Razka melempar obat merah pada Varent, biarkan laki laki itu yang membersihkannya sendiri.

Kini ia duduk di ranjang, ber balikan dengan Varent yang tengah mengobati luka nya dengan tenang dan damai.

Razka masih terdiam di tempatnya, entah mengapa... Nafasnya terasa tercekat. Dadanya terasa sakit daritadi, semenjak ia mulai bertengkar dengan Gavin. Entahlah, padahal ia sudah mengatur nafasnya sebaik mungkin, tapi tetap masih terasa sesak.

Masa bodoh, mungkin karena ia masih menyimpan rasa amarah itu sehingga dada nya sakit karena ia menyimpan dendam.

Tidak apa... Ia akan terus berkata konyol dan tidak mau tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya.

"Gue udah. " Kata Varent menyadarkan Razka.

Razka menarik nafas dalam dalam dan menghembuskan nya perlahan. Membuat Varent merasa kalau Razka memang tidak sedang baik baik saja.

"Loe mau di obatin juga? " Tanya Varent padanya.

"Gak usah, ke cakar dikit. Balik kelas aja, "

Razka pun turun dari kasurnya dan mulai berjalan lebih dulu dibanding Varent.

Ia tersenyum, setidaknya Razka memang sangat berubah. Dari penakut menjadi pemberani, dari manja menjadi tangguh.

Ia sangat bersyukur memiliki sahabat macam Razka yang rela mengorbankan diri ketika ia tengah membutuhkan nya.

The end.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang