Toilet

1.2K 100 0
                                    

Yah... Mau bagaimana pun juga Razka tak dapat menghindari si Gavin babi yang kini tampak menyeringai padanya.

"Gua bakal bales semua perbuatan loe waktu itu!"

Razka hanya tertawa remeh. Mengandalkan kemampuan nya karate yang waktu itu mungkin tidak akan bertahan lama kalau memakai tubuh ini. Tapi ia akan berusaha sekuat mungkin demi melawan mereka dan tidak terlalu merugikan nya juga.

Ia langsung memasang siaga ketika mereka mereka memulai untuk maju duluan. Asal kalian tahu saja, Razka anak yang cukup pemberani walaupun harus melawan lima orang seperti ini.

"Hehe, mau sampe kapan lu angkat kepala singing lu itu? Gue rasa loe terlalu ambil resiko deh buat ngelawan gue— Eheh! Yudas!!!" Tiba tiba saja anak itu melambaikan tangan nya tanpa melihat kepada Gavin dan teman temannya.

Mereka ikut menoleh untuk melihat ke belakang. Gavin sebenarnya tidak mau berurusan dengan Yudas. Tapi tiba tiba saja dia ada disini?!

Nyatanya kosong. Mereka tak menemukan siapa pun disana. Langsung saja Razka berlari dan memukul salah satu komplotan nya si Gavin.

"Weh! Trik murahan kayak gitu aja masih bisa ketipu loe! Mau mati langsung hah?!"

"Sialan loe RAZKA!!!"

Gavin lah yang maju lebih dulu karena murka padanya. Sekuat apapun menahan, tenaga Gavin yang sekarang jelas lebih kuat karena waktu itu sudah Razka lumpuhkan. Tapi sekarang anak itu berada dalam kondisi yang segar bugar alias kuat.

Bisa mati kalau Razka tidak melawan nya. Tanpa meragukan tubuhnya lagi, ia langsung menendangnya dan berhasil menjatuhkan Gavin, lalu berbalik dan memukul Wisnu.

Tak berselang lama kedua tangan nya sudah di tahan oleh Bobi dan Tura menahan kaki nya. Membiarkan sang ketua yang memukulnya. Tak habis pikir, Razka lebih baik menyumbangkan kepala nya saja lah, daripada perutnya yang harus merasakan sakit. Ia membenturkan kepalanya pada wajah Bobi dan memukul Tura yang memegang kaki nya.

Saat menyadari, Gavin sudah tepat di depan matanya dan memukul wajahnya, telak. Hingga ia jatuh tersungkur.

Deg!

Sialan! Lagi lagi dadanya kembali sakit di saat saat genting seperti ini. Ia tidak boleh menunjukan kelemahan nya kepada orang lain apalagi di depan musuhnya sendiri.

Ia masih berusaha mengatur nafasnya dengan bantuan mulut sambil sesekali mengelus dadanya penuh kelembutan. Razka harap ia tumbang saat ini, ia tidak boleh jatuh pingsan karena hal sepele seperti ini.

Masih dengan pikiran positifnya, ia kembali bangkit dan membalas serangan mereka walaupun sudah tidak terlalu bertenaga seperti tadi.

Sakit yang kedua kalinya ini membuatnya kembali payah. Janganlah hanya dengan kelelahan ia kembali kelimpungan. Ia tidak mau menyusahkan teman temannya lagi, tidak mau masuk rumah sakit lagi, tidak mau membuat kakak kakak nya maupun orang tua nya menangis lagi.

"Udahlah... Ngaku kalah aje luu... Masih berani lawan gua,hah...?"

Gavin sedikit terdiam melihatnya. Padahal mereka bertarung tidak terlalu lama tapi melihat keadaan Razka tampaknya ia sudah seperti bertarung selama tiga jam.

Keringat itu terus bercucuran dari dahinya, di tambah lagi langkah nya mulai gontai. Gavin menyeringai, mana mau dia mundur di saat ada kesempatan, kan?

Ia kembali berdiri dan berlari menuju Razka yang kini sudah tidak bisa bertenaga lagi untuk melawannya.

Bugh!

Di detik selanjutnya ia berhasil memukul perut Razka hingga ia tersedak dan akhirnya sedikit memuntahkan darah dari sana. Gavin dan teman temannya tertawa melihatnya yang sudah jatuh ambruk.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang