Rumah sakit

3.4K 149 0
                                    

"Ada dua cara menyebarkan cahaya: menjadi lilin atau cermin yang memantulkannya."

•••

"Gila... Apa apaan lu...? Ngajak gue mati ... Hah...?" Razka turun dari motor Yudas dan berakhir ambruk karena kaki nya yang terlalu lemas.

Yudas ikut turun dari motornya. Ia lalu melepas helm dari kepala Razka dan mengajak nya untuk berdiri.

"Tinggalin aja gua... Loe mau gue mati muda, kan...?"

"Gak. Gue masih sayang ama loe," Jawabnya tetap datar tanpa ekspresi.

Ia pun menggendong Razka di punggung nya karena keadaan Razka yang mengkhawatirkan. Bisa bisa nya di ajak ngebut kayak gitu aja bikin dia lemes setengah mati kayak gini.

Bukan tanpa alasan mengapa ia mengajak Razka kebut kebutan di jalan seperti tadi. Hanya saja ia melihat ada beberapa orang yang menjadi musuhnya itu terus membuntuti motornya. Ia tidak dapat berkelahi sambil membawa Razka. Maka dari itu, ia putuskan untuk mengebut.

"Maaf, Lain kali kakak gak akan ajak ngebut lagi." Gumam nya yang masih terdengar samar di telinga nya.

" 'Lain kali' nya itu gak akan ada... Gue gak mau naik motor bareng lu lagi. Mending nunggu bang Kai pulang aja," Marah Razka yang mengeratkan pegangannya di leher Yudas.

Yudas tersenyum. Boong banget adek nya ini. Marah tapi tetep aja gak mau turun dari gendongan nya.

Ia pun mendudukkan si adek bungsu di sofa panjang dan membawa kotak P3K untuk mengobati luka si bungsu.

Razka merebahkan tubuhnya di sofa. Ia juga melepas rompi dan dasi nya karena gerah. Ia sudah memejamkan matanya karena lelah sekaligus lemas yang bercampur menjadi satu.

"Jangan dulu tidur, ganti baju." Titah Yudas yang sudah duduk di sebelahnya.

Razka kembali membuka netra nya ketika melihat sang kakak sudah di sebelahnya. "Gak mau ah, gue dah cape." Tolak Razka yang memalingkan wajahnya.

"Tetep aja. Nanti di serang kuman, sakit." Yudas tetap berusaha membujuk sang adik.

"Buka bajunya. Kakak bawain baju dulu." Yudas pun beranjak pergi menuju kamar si bungsu.

Razka mah bomat aja sama si kakak nya yang menyebalkan itu. Ia akan tetap bungkam sampai esok hari.

Ketika sedang menikmati semilir angin yang sepoi sepoi, ia tiba tiba merasakan gejolak aneh di perutnya. Rasanya sangat tidak enak. Razka pun memutuskan untuk segera pergi ke kamar mandi.

Ada sekitar 15 menit Yudas memilih baju untuk adiknya itu. Ia akan memilihkan baju yang terbaik untuk Razka yang menjadi kesayangan nya.

Setelah selesai memilihkan baju yang pas, yaitu piyama warna biru dengan motif kapten amerika itu, akhirnya ia pun turun.

"Ka, ganti baju dulu-

Ia terpatung melihat adiknya yang terkulai lemas sambil memegang perutnya. Razka menundukkan kepala nya menahan rasa sakit pada perutnya.

"Heh! Kenapa?!" Yudas yang panik pun cepat cepat menghampiri Razka.

Dilihatnya wajah Razka yang pucat pasi di sertai nafas yang sedikit tersendat. Ia menatap mata Yudas dengan netra sayu nya.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang