Taman rumah sakit

1.9K 90 4
                                    

Ayah, orang yang paling kurang bicara, hanya menyoal sesekali. Tetapi dia memerhatikan semua perkara dan kita senantiasa dalam hatinya"

•••

Mahesa adalah sosok ayah yang sangat tegas namun berhati lembut jika bersama orang yang tepat. Ia tidak pernah sekalipun memarahi Razka secara berlebihan, namun kejadian hari itu, kejadian dimana Razka mendapat bekas luka di hatinya gara gara tamparan nya.

Ia lupa kalau Razka anaknya saat itu. Ia tengah hilang kendali karena seseorang berusaha menggelapkan uang perusahaan dan membobol data data yang ada. Tentu ia pulang dengan keadaan sangat marah. Ditambah Razka mengeluh kalau ia lelah belajar mengenai bisnis dan berkata bisa di lanjutkan saat kuliah nanti.

Perdebatan tak dapat dihindari sampai pada akhirnya ia berhasil menampar Razka. Ratih sudah berusaha menahan tangan Mahesa, namun tenaga nya jauh lebih kuat daripada istrinya.

Darisana ia sangat menyesal bahkan tak tidur, demi mengucapkan kata maaf untuk Razka. Ia bahkan tak menyangka kalau anaknya kabur dan berakhir pingsan karena syok dan kepala nya terbentur trotoar.

Sebenarnya Razka bersikap seperti itu karena kesal dengan sikap ayahnya yang dulu. Mereka tidak bersalah disini, hanya saja... Mengingat kata orang tua malah memutar memorinya ketika ia di pukuli, ditendang dan di tampar tanpa ada nya perlawanan dari nya.

Ia merasa tidak enak hati, tapi ia juga belum bisa menerima keduanya. Ia jadi gundah, ada yang mengganjal hatinya ketika mengingat Ratih yang menangis histeris ketika memeluknya dan terus menangis ketika para dokter kembali menanganinya.

"Razka anak bunda... Sesuap lagi, ya?"

Ah iya. Dia lupa, bunda nya ada di sebelahnya dan tengah menggantikan peran para kakak nya untuk menyuapi nya. Ia menoleh dan memandang datar, masih canggung sih. Malu juga sebenarnya.

"Janji, cuma sekali lagi. " Ujar Razka yang membuat Ratih tersadar. Ia baru menyuapi anaknya itu 3 kali. Duh, anaknya harus kembali gembul agar bisa puas mencubiti pipinya.

"2 kali lagi deh, " Tawar Ratih dengan senyum manisnya. Razka mengerucutkan bibirnya. "1 kali tadi bilangnya... " Keluh nya yang merengek. Sesekali ia membenarkan nasal kanula yang agak longgar itu.

Rasanya gatal sekali, sampai ia ingin mencabutnya secepatnya. Hidungnya juga agak memerah karena ia tidak terbiasa memakai alat ini.

Ratih tertawa. "Yaudah, salah bunda juga karna bunda bilang nya sesuap lagi. Abis nya sih, kamu ngelamun mulu. "

"Bunda... Gak marah sama aku? " tanya Razka hati hati. Ia kemudian menunduk ketika tidak ada respon dari bundanya. Sebenarnya Ratih juga merasa sedikit sakit hati ketika mengingat pernyataan Razka tadi malam. Tapi ia mengerti, anaknya sedang emosional. Tidak baik jika ia harus marah kepada putra kesayangan nya.

"Kenapa harus marah? Bunda mengerti apa yang kamu pikirkan sayang. Bunda jarang ada di rumah dan jarang memperhatikanmu. Bunda juga bersalah karena tidak ada di sampingmu saat kamu butuh bunda. Ingat nak, seburuk apapun sikapmu, berapa kali pun kamu mengucap kata 'benci' dan memberontak, bunda akan tetap menyayangimu. Karena kamu adalah anak bunda, permata nya bunda. Bunda tidak tahu jika kamu tiba tiba Meninggalkan bunda, jadi... Bunda harap kamu tetep ceria ya? Jangan hilangkan raut ceria mu. Orang orang akan sedih jika melihatmu seperti ini lagi, " Ucapan dan nasihat yang panjang lebar itu bagaikan sihir.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang