Setelah diberi belaian dan nyanyian nina Bobo yang mengalun dari bibir kecil Kaivan, bocah itu akhirnya tertidur juga. Membuat si empu yang menidurkan ikut lelah. Hebat sekali, padahal dirinya tidak terlalu melakukan aktifitas berat, namun tetap saja terasa melelahkan.
Apakah ini efek samping dari sesuatu yang ia makan? Atau efek samping obat? Entahlah... Kaivan malas memikirkan nya.
Sebelum melakukan aktifitas wajib nya, yaitu tidur, Kaivan juga mesti mengerjakan tugas nya sebagai ketua OSIS apalagi sebentar lagi akan ada perlombaan di sekolah nya. Ia harus mengecek proposal nya lagi agar mudah mempresentasikan nya kepada para guru.
"Dengan ini kami selaku panitia...
Kaivan mulai membaca dengan seksama kalimat demi kalimat yang sudah di dusun rapi oleh sekretaris nya, Aurel. Proposalnya bisa terbilang sangat rapi dan tidak ada kesalahan lagi. Memang, tidak sia sia ia terus memarahi Aurel gara gara banyak prakata yang tidak tepat. Ternyata itu menjadi pembelajaran terbaik untuknya.
Krieeet...
" Ivan, kenapa belom tidur? " Tanya Yohan ketika mengecek kamar Razka. Ia menemukan Kaivan yang masih bergulat di atas meja belajar si bungsu.
Kaivan memberhentikan aktifitas nya untuk sekedar membalas pertanyaan Yohan. Ia lantas menampilkan cengiran tengil nya, persis seperti anak kecil yang tertangkap basah memakan cokelat diam diam.
"hehe, Ivan ngecek proposal dulu buat besok. Kan mau presentasi bang, " Jawabnya yang membuat Yohan geleng geleng.
"Jangan terlalu ambisius. badan kamu harus di istirahatin, kalau nggak nanti ngedrop lagi. Emang mau? Masuk rumah sakit lagi? " Yohan masih memperhatikan nya dari pintu.
"Iya iya, ini juga mau bobo. " Jawabnya lagi.
Yohan mengangguk. "Abang liatin sampe naik kasur, "
"Aelah... Sensitif amat lu bang. " Gumam nya yang masih terdengar jelas di telinga si abang.
Kaivan menarik selimut nya sampai sebatas dada dan mulai memejamkan matanya. Haaah... nikmat sekali karena ia bisa merebahkan diri di kasur besar nya.
Yohan lalu kembali menutup pintunya lagi setelah memastikan si adik tertidur.
Mimpi nya begitu indah, sampai sampai Razka sulit sekali di bangunkan. Entah itu tidur ataupun pingsan, tidak ada yang tau.
Karena pada akhirnya setelah beristirahat selama tiga hari akhirnya ia bisa kembali bersekolah seperti biasanya. Namun ada yang aneh disini.
Ada seorang laki laki yang hampir seumuran dengan Daniel tengah berdiri memakai setelah jas hitam lengkap dengan earphone jenis Earbud yang terpasang di telinga nya.
Pandangan nya tajam, rahang nya tegas serta wajah nya kaku dan dingin. Wajahnya memang tampan, tapi Razka merasa kalau ia lebih tampan dari pria itu.
Tanpa sadar ia mendekati Mahesa dan menarik belakang kemeja nya untuk sekedar bertanya.
"Itu siapa? Serem amat muka nya, " Bisik Razka yang terdengar lucu. Mahesa tentu saja terkejut melihat tingkah anak nya. Apakah ia sudah memaafkan Mahesa?
"Dia Nathan. Orang yang akan menjagamu mulai sekarang, " Jawabnya yang menurunkan nada nya agar si anak tidak lagi kesal padanya.
"Buat apa di jagain? Razka kan bukan anak kecil...
Ia lalu menatap Mahesa karena sadar sudah berbicara dengan siapa. Mahesa masih tersenyum tipis menatap anak nya dengan hangat. Razka berdeham dan cepat cepat melepaskan pegangan nya pada Mahesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raka Not Razka
Teen FictionRaka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya. Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di...