Canggung

1.5K 98 1
                                    

Kaivan masih menenangkan Razka saat ini. Anak itu masih terisak di dalam pelukannya. Padahal Abizar bilang Razka tidak boleh stress, tapi sekarang ia malah menangis kencang ketika menghadapi ayahnya.

"Kenapa...? Takut sama ayah? " Tanya Kaivan sembari mengusap usap puncak kepalanya.

Razka mengangguk pelan sembari mengeratkan pelukan nya kepada Kaivan. Ia terkekeh, mungkin kejadian waktu itu membuatnya sedikit trauma.

"Ayah bilang dia mau minta maaf sama kamu. Mungkin sekarang belum pas, tapi bener kok. Ayah bener bener nyesel waktu itu. Ayah sampe gak makan selama kamu tidur panjang. Jadi... Jangan berfikir kalau ayah benci kamu, ya? " Ucap Kaivan menasehati.

Di sela sela tingkah nya yang konyol, ia bisa menjadi pendengar yang baik dan bisa menjadi motivator terbaik baik adiknya.

"Turun yuk? Perut kamu mesti diisi biar gak sakit lagi. Semua nya nungguin kamu, "

"Kalau Razka gak mau makan gimana...? " Tanya nya sedikit mendongak agar bisa menatap Kaivan.

Kaivan mengangkat bahu nya dan tersenyum usil. "kita gak akan makan juga. Emang mau bikin maag nya Yudas kambuh? Emang kamu mau bikin anemia nya bang Yohan kambuh? Emang mau penyakit lambung nya Kak Daniel kambuh? Emang mau—

" semua nye aje penyakitan. Boong banget, " Potong Razka merasa sebal.

Kaivan terkekeh lagi. Mereka semua sehat kok, Kaivan nya aja yang ngada ngada. Tak lama dari sana, Daniel menyusul bersama Yohan dengan raut wajah khawatir.

"Kenapa nangis? " Tanya Yohan yang membuat Razka menoleh padanya.

"Ada tikus gede. Takut, " Jawab Razka yang membuat Kaivan harus menyentil mulutnya pelan.

"Gak boleh gitu, " Tegur Kaivan terlihat tegas.

"Makan yuk. Udah nungguin semua nya di bawah. Bunda juga khawatir kalau kamu gak makan. Kamu harus minum obat adek gemush... " Ucap Yohan yang membujuk Razka.

Razka menghela nafasnya pelan. Terasa sedikit sesak, padahal cuma nangis bentaran doang. Ia pun akhirnya mengangguk dan meminta Yohan untuk membantunya berdiri.

Ia jadi lupa tujuan nya mendekati lemari untuk apa. Tapi tak apa apa lah, ia juga terlanjur nyaman dengan  baju iron man nya.

"Kenapa Razka gak ikut turun mas? " Tanya Ratih yang ada di meja makan bersama Mahesa dan Yudas.

Mahesa menghembuskan nafasnya pelan. "Kayaknya dia gak suka sama aku abis kejadian waktu itu. " Jawab nya lesu. Kedua bahu nya meluruh seperti tidak ada tenaga.

Di cuekin anak nya lebih sakit daripada di tembak peluru bagi Mahesa. Semangatnya jadi sirna ketika ia tak dapat melihat senyuman manis dari Razka. Sungguh sakit! Mahesa tidak berbohong.

Ratih lalu mencolek lengan suaminya dan menunjuk seseorang yang tengah menuruni anak tangga.

"Anak nya udah turun, minta maaf gih. " Titah Ratih padanya. Mahesa langsung mengangguk semangat.

Ia berjanji akan meminta maaf kepada Razka. Ternyata Razka sangatlah rapuh, ia sangat menyesal.

Razka terus menunduk, sementara satu tangan nya terus di genggam Daniel. Persis seperti anak kecil.

"Duduk, makan dengan  tenang. " Titah Daniel yang langsung di angguki Razka.

Sial sekali, ia malah duduk di antara Ratih dan Mahesa. Kan jadi canggung plus malu gitu karna abis nangis depan ni bapak bapak.

"Kamu mau tambah ayam nak? " Tawar Ratih yang langsung di angguki Razka.

"Mau pake telur gak? " Tanya Mahesa juga. Razka langsung menggelengkan kepala nya.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang