THE PROBLEMATIC PRINCE

Bab 55- Maybe Cruising

Pavel memeriksa surat itu. Tulisan tangannya familier, tetapi stempelnya tidak. Ia meletakkan surat itu sambil tersenyum sedih.

   “Erna Dniester.”

   Ia teringat wajah gadis itu ketika ia membisikkan namanya, sebuah nama yang masih belum biasa ia dengar. Gadis itu adalah adik perempuannya, sebagai Erna Hardy, seorang gadis cantik dari desa terpencil. Erna Hardy.

   “Saya akan menulis surat.”

   Wajah Erna melayang di atas kertas yang diam itu, penuh dengan tulisan tangan yang rapi, ia menampakkan senyum yang cerah.

   Baroness Baden telah mengundangnya makan siang, di musim gugur, tepat sebelum pernikahan. Ia mengungkapkan rasa terima kasihnya atas persahabatan Pavel dengan Erna dan bahwa keluarga itu berutang budi padanya. Ia dapat merasakan niatnya, untuk menyelesaikan hubungan emosional sebelum pernikahan dan hati Pavel berdebar-debar seperti debu di padang pasir.

   Itulah saat terakhir, mungkin itu juga saat terakhir Erna dan Pavel bisa saling berhadapan sebagai sahabat masa kecil. Persahabatan mereka berakhir di sana, saat gadis desa itu menjadi Yang Mulia, Grand Duchess.

   Pavel tersenyum lembut dan mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Erna. Setelah beberapa saat, Erna mengulurkan tangan untuk meraih tangan Pavel, menatapnya dengan tatapan kosong. Erna mencoba tersenyum, tetapi hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Erna menganggukkan kepalanya seolah mengatakan bahwa dia mengerti.

   Erna memperhatikan punggungnya saat Pavel pergi sore itu. Ia takut Pavel tidak akan menoleh ke belakang, tetapi sebelum Pavel mencapai ujung jalan, Erna menoleh dan melihat Erna melambaikan tangan sedikit. Ia masih gadis kecil yang ditemuinya di alun-alun desa, dengan satu gigi depan yang tanggal.

   Dia mengangkat tangan ke arahnya, tetapi tidak melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal terakhir kepada wanita yang merupakan saudara perempuannya, tetapi sekarang menjadi Putri-nya.

   Pavel membuka matanya dan membiarkan ingatannya memudar dan mulai membaca surat itu.

  Pavelku tersayang.

   Aku tahu apa yang kau maksud dan aku mengerti sepenuhnya, tapi Pavel, aku ingin mengucapkan selamat tinggal terakhirku dengan baik. Kupikir aku tidak akan mendapat kesempatan itu, tapi ketika Nyonya Fitz berkata bahwa menulis surat kepada keluargaku adalah hal yang sopan, untuk berterima kasih kepada mereka atas semua hari-hari yang telah berlalu, aku langsung teringat padamu.

   Terima kasih, Pavel Lore.

   Terima kasih telah mengulurkan tangan kepada anak yang kesepian, berlumpur, dan basah serta memberiku tumpangan di kereta dorongmu. Itu sangat menyenangkan. Terima kasih telah bersabar denganku, ketika aku terus mengikutimu berkeliling desa. Terima kasih atas semua permen dan foto-foto indah yang kau berikan padaku, aku suka semuanya. Terima kasih telah menjadi wajah yang akrab dan ramah ketika aku datang ke kota ini, aku akan sangat tersesat tanpamu. Aku sangat berterima kasih padamu dan kebaikanmu. Aku berharap itu tidak terjadi, tetapi ini harus menjadi perpisahan terakhirku dan satu-satunya penyesalanku adalah aku tidak dapat membalas semua yang telah kau lakukan.

   Aku tidak akan bisa menulis surat lagi kepadamu, tetapi aku akan baik-baik saja, aku janji, jadi kamu tidak perlu khawatir lagi. Aku akan baik-baik saja.

   Sungguh menyedihkan bahwa persahabatan kita harus berakhir di sini, seperti ini, tetapi aku tidak akan pernah melupakanmu dan aku akan menghargai semua kenangan yang kita miliki bersama. Tolong, berjanjilah padaku bahwa kau akan pergi keluar dan menemukan kebahagiaan untuk dirimu sendiri.

   Selamat tinggal, Erna Dniester.

   Pavel tersenyum, ia bisa merasakan setiap tetes ketulusan dalam setiap kata yang tertulis dalam tulisan tangan yang rapi itu. Jalannya masih panjang, tetapi Erna begitu bersemangat dan melihat perpisahan terakhir Erna, ia agak lega.