[Req by hakkitos_]
Au!School
[]Keluar dari gymanisium, [Name] langsung mengerutkan dahi. Ah, diantara ribuan orang ia malah bertemu dengan orang ini!
Merasa akan tatapan yang menusuk dari belakang. Childe menoleh, ia tersenyum seperti senyuman yang sering ditebar membuat hati para gadis-gadis melayang.
Tidak berlaku untuk [Name].
"Hai [Name]."
"Ya."
Keringat dingin turun dari dahi. Childe tak pernah kesusahan dalam menghadapi wanita—[Name] adalah kasus spesial. Tak seperti siswi-siswi yang langsung jatuh hati pada pesona Childe, [Name] malah memberi tatapan benci.
Sekarang pun, mata itu menatapnya terus.
Childe bertanya-tanya apa yang telah dia perbuat sampai dibenci oleh gadis menawan ini.
"Apa kau haus?" Childe menawarkan botol air yang ia sempat beli sebelum duduk di tangga gymanisum. "Aku belum meminum nya kok."
Sorot sinis [Name] mengamati botol air dan Childe bergantian. "Apa ini cara mu memikat wanita?"
"Hah?"
"Menjijikan. Jangan gunakan kebaikan untuk mempermainkan orang."
Childe tersentak, ia tak terima. "Tidak— aku serius nawarin—"
"[Name]!" Kaveh berteriak, ia menarik tangan empunya nama. "Kau lagi gak enak badan bukannya ke UKS malah keluyuran. Ayo! Tighnari udah di UKS."
[Name] dibawa pergi begitu saja. Childe mengawasi tangan jelita yang di genggam Kaveh. Bahu Childe terhenyak kala matanya tak sengaja bertemu dengan pupil mata si gadis. Cukup lama mata mereka bertemu hingga si gadis hilang dari pandangan.
Kenapa dia menatapku kek gitu?
AKU GILA!!
Emang
[Name] masih memikirkan ucapan kasar yang ia lontarkan kemarin ke Childe. Ia terus kepikiran hingga tak tidur dan masuk fase menyesal.
Kenapa nih mulut gak make filtur kalo ngomong!
[Name] menyembunyikan wajah di balik telapak tangan. Aku ingin mengubur diri
"Selamat pagi [Name]."
[Name] menurunkan tangan dari wajah. Ia menoleh, lantas memberikan tatapan tak senang pada Childe.
Childe membeku, ia tak mampu berkutik. Apa dia salah lagi?
[✨]
Mengambil botol tea yang dijatuhkan dari mesin minum. "Anjir setan!" Aether kaget tak menyadari seseorang di samping mesin minuman.
Aether mendekat. "Kau kenapa?"
[Name] mendongak. "Aku baik aja." Sorot matanya kosong tanpa kehidupan.
Dia gak baik aja "Cerita, biar ku dengerin."
[Name] makin meringkuk, lebih erat lagi memeluk lutut. "Aku bakal seppuku untuk menebus dosa."
"Emangnya kau samurai!?"
.
"Udah membaik?" Aether bertanya. Dia mengajak [Name] duduk di luar biar pikirannya tenang. "Oh, Childe sama Lumine."
Mendengar nama gebetan disebut, [Name] mengikuti arah mata Aether. Di lapangan yang tak jauh dari tempat duduk mereka bisa melihat Childe dan Lumine. Dua insan itu lumayan sering bersama. Tak heran ada yang mengira mereka berpacaran, termasuk [Name].
Tapi rumor ini udah dibantah.
[Name] mengamati, tak ada yang tau arti di balik mata apiknya. "Aku pengen jadi Lumine."
"Kenapa pula?"
"Biar bisa temenan sama Childe."
"Kau suka sama Childe?" Alis Aether mengerut. Ia asal nanya aja.
"Ya. Aku menyukainya." Kata ini keluar dari bibirnya dengan mulus tanpa ada kebohongan, murni dari hati.
Botol di tangan Aether jatuh. Mulutnya menganga lebar. Apa yang barusan dia dengar!? Apa boleh dia mendengar ini!? Haruskah dia berpura-pura tak dengar!? Daripada itu, kenapa harus suka Childe!?
[✨]
"Kenapa lagi ini?" Aether yang kembali ke kelas, disambut ramah tamah oleh Childe yang pundung di pojongan.
"Oh! Abang." Aether jalan ke samping Lumine. "Tadi kami ketemu [Name]."
Lumine bercerita apa yang membuat pria fatui ini pundung. Kebetulan ketika Childe dan Lumine masuk ke gedung, tak sengaja berpapasan dengan [Name]. Childe ingin menyapa. Namun seluruh kalimat Childe tertahan di ujung lidah karna [Name] lebih duluan memberi tatapan sinis.
"Dia benar-benar membenciku." Lirih Childe. Ada awan mendung di atas kepalanya yang mengguyurnya dengan hujan.
"Ya udahlah mau kemana lagi."
"Aku gak mau [Name] membenciku!" Childe tiba-tiba teriak.
"Emangnya kenapa?"
"Karna aku.... suka samanya."
"Seriusan?"
"Iya."
"Kau benar-benar menyukainya? Nggak bohong?"
"Apakah muka ini keliatan bohong?"
"Keliatan banget."
"Tak terduga orang kek lu bisa beneran suka sama cewe." Gumam Lumine. Karna image Childe seperti 'player' sulit mempercayai beliau suka beneran.
Udah banyak hati yang dipatahkan Childe.
Aether disamping Lumine, memijat dahi. Ia heran kenapa terlibat dalam hubungan romantis fatui ini.
Apakah Aether harus terlibat agar hubungan dua orang ini berjalan maju!?
"Sini lu ikut gw." Aether narik kerah baju Childe, menyeret pergi pria jangkung itu.
[✨]
"[Name]!" Kebetulan yang dicari ketemu. Empunya nama berbalik, ia terhenyak akan pria yang diseret Aether.
"Noh bilang." Aether menyorong Childe ke hadapan [Name].
Mata Childe berkaca-kaca laiknya anak anjing. 'Seriusan nih!?' begitulah tatapan itu terdengar oleh Aether.
"Bilang anjing!" Desak Aether, ia tak mau berlama-lama disini.
Childe dan [Name] sama-sama terkejut ketika mata mereka tak sengaja bertemu. Aether di belakang mulai emosi.
"Anu [Name]." Childe bertingkah aneh. Ada rona merah di pipi hingga telinga.
"Ya?" Jantung [Name] berdebar seakan bom yang bisa meledak kapan saja. Ia bisa merasakan wajahnya memanas. Ini membuat ia pusing.
"Kau pasti gak percaya! Tapi aku benar-benar serius!" Ah, kenapa disaat begini Childe jadi bodoh. "Aku benerab menyukaimu!"
Kata-kata Childe berhasil meledakkan kepala [Name]. [Name] di larikan ke ruang kesehatan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Happy ending kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐕𝐢𝐚𝐭𝐫𝐢𝐱┋𝘎𝘦𝘯𝘴𝘩𝘪𝘯 𝘐𝘮𝘱𝘢𝘤𝘵
Fanfiction·˚✎ ﹏ Genshin Impact ❝Semuanya, hanya lah perjalanan imajinasi❞ ↷ ⋯ ♡ᵎ┊V I A T R I X ˎˊ˗ ✎... 07 October 2023 ✎... ⌢ : ♡ ⤹ ぃ ゚. ﹏ sensitive content . . . . . ©Marsruel . . . . . ©HOYOVERSE