Mengintip ke dalam ruangan sang Duke. [Name] tak menemukan empunya ruangan lantas kakinya melangkah masuk tanpa ijin.
Seraya kaki berayun, mata mengawasi setiap sudut ruangan. Dia berhenti di depan meja milik sang Duke. Iris apik mengamati mantel hitam sang Duke yang dibiarkan di atas meja.
Ukuran mantelnya dua kali tubuhku
Tangannya meraba mantel tersebut. Muncul dorongan yang membuat [Name] ingin mencium harum dari mantel hitam ini.
Sepertinya ia memilik fetish pada bau.
Harum yang tersisa di mantel menjadi candu. Semakin ia menghirup semakin banyak kupu-kupu yang menggelitik di perut.
Ugh... sial
"Enak?"
[Name] membatu, ia tercengang akan suara berat yang muncul dari belakangnya, bertanya langsung di telinga. [Name] tak merasakan seseorang yang datang ke ruangan, oh, atau dari awal ada orang di ruangan!?
Kedua tangan Wriothesley berada dipinggir meja, mengukung si gadis dalam rangkulan. [Name] bisa merasakan dada si pria menyentuh punggungnya, dan hembusan napas yang menggelitik telinga.
"Apa harum ku merangsangmu?"
[Name] menelan ludah. Aroma Wriothesley menyerbak, lebih menyengat daripada harum di mantel. Dia mulai kesulitan bernapas, bahkan berpikir saja menyulitkan.
"Bisakah Tuan Duke pura-pura gak lihat?" Suara [Name] terdengar bergetar. Ia masih diposisinya, tak berani bergerak, tak berani menatap.
"Gimana yah..." Wriothesley makin menempelkan tubuh ke punggung jelita. [Name] bisa merasakan sesuatu menusuk bokongnya. "Bukankah seharunya kau menawarkan sesuatu yang ku inginkan agar aku mau tutup mulut?"
[Name] diam, kepalanya kosong, ia tak tau harus berbuat apa dalam situasi ini. Diamnya di jadi Wriothesley sebagai jawaban untuk 'melakukan sesuka hatinya'
Tangan besar Wriothesley mencengkram leher [Name], pelan-pelan menjatuhkan si wanita ke permukaan meja. Wriothesley berdesis. Gejolak kupu-kupu mulai merangsangnya. Pinggulnya maju, menekan miliknya ke bokong [Name].
[Name] menyakar mantel hitam Wriothesley. Pikirannya kosong. Hanya kegelisahan mengisi jantungnya.