Tak bisa disebut Venti pintar atau bodoh. Dia memikirkan dengan keras ide tak masuk akal Kaeya.
Bukan jadi anjing, tapi menjadi kucing agar [Name] mengelus kepalanya.
Apa yang harus ia lakukan? Meminta Albedo membuat ramuan yang bisa merubah jadi kucing.
Kalo ada Author mau. Lelah jadi manusia.
Teriakan dari makanan darurat sang pengembara menarik perhatian Venti. Dia menghampiri anomali tersebut.
"Ayo pakai!" Paimon berteriak. "Udah di kasih Navia masa gak di pakai!"
Aether mencoba menghindar. Sayanganya Paimon berhasik memasang bando telinga kucing di kepala Aether.
Hadiah dari membantu Navia.
"Wow..." Paimon dan Venti bersamaan.
"Kalo di jual foto mu make bando kucing kira-kira berapa mora yang ku dapatkan dalam sehari? 2 digit? Tidak aku bisa menjual 4 digit per foto."
"Jangan coba-coba!"
"Itu dia!" Venti berseru, Paimon yang disebalahnya terkejut, tak sengaja memaki—
Canda.
"Aku pinjam itu!"
[✨]
[Name] berkedip beberapa kali. Ada telinga kucing (palsu) di kepala Venti. Ia tak menyangkal bando itu sangat cocok untuk Venti.
"Meong!" Venti meniru sikap manja para kucing yang ingin di kasih whiskas.
[Name] berusahan menahan senyuman di bibir atas tingkah laku Venti. Ini terlalu imut tak baik untuk kesehatan jantung.
Dia mengelus puncak kepala Venti. Memperlakukan si pria layaknya seekor kucing. "Kucing siapa ini~"
"Kucing [Name]." Suaranya sangat manis bak madu, untuk sesaat. Venti menggenggam tangan [Name], terus mendekatkan wajah hingga membuat si gadis merasa takut. "Jangan deketin kucing lain."
"Cemberu kok sama hewan." Celutuk Aether.
"Naik anjing aja, naik anjing juga enak." Tambah Paimon.
Venti bersin berkali-kali karna masih ada bulu kucing yang menempel di pakaian [Name].